Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 55-61
E-ISSN: 3026-4014
- 55 -
Tinjauan Pustaka
Naskah dikirim: 10/12/2024 Selesai revisi: 12/02/2025 Disetujui: 20/04/2025 Diterbitkan: 01/06/2025
Implementasi Trilogi Kepemimpinan dan Nilai Budi Pekerti dalam Pembelajaran Abad
ke-21
Wahyuni Dwi Safitri
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Togyakarta, Indonesia
e-mail: dwiy30326@gmail.com
Abstrak: Artikel ini mengkaji tentang pentingnya membangun pendidikan karakter pada peserta
didik di sekolah dasar pada abad ke-21 melalui ajaran Tamansiswa berupa Trilogi Kepemimpinan
dan nilai-nilai budi pekerti. di tengah-tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang
semakin hari semakin pesat, pendidikan tidak hanya dituntut untuk mengembangkan kecerdasan
intelektual saja, akan tetapi pendidikan juga dituntut untuk membentuk kepribadian yang baik
sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti. Konsep pendidikan karakter menurut Ki Hadjar Dewantara
berakar dari nilai kemanusiaan, menekankan pembentukan individu yang mampu berpikir kritis,
mandiri, dan memiliki kesadaran sosial. Implementasi Trilogi Kepemimpinan yang berbunyi Ing
Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi contoh dann teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di
tengah membangun semangat), Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan motivasi atau
dorongan). Memberikan panduan bagi guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif dan memotivasi peserta didik. Penerapan nilai-nilai budi pekerti yang meliputi: tanggung
jawab, disiplin dan kejujuran, kasih sayang dan toleransi, kesederhanaan, kemandirian, dan gotong
royong, dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di kelas serta contoh nyata dari guru. Meskipun
terdapat tantangan dalam penerapannya, seperti kurangnya pemahaman pendidik dan dukungan
lingkungan, Trilogi Kepemimpinan dianggap relevan dalam mempersiapkan peserta didik agar
memiliki keterampilan abad ke-21 (berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas) dalam
menghadapi tantangan di masa depan.
Kata kunci: Pendidikan Karakter, Trilogi Kepemimpinan, Nilai-Nilai Budi Pekerti, Keterampilan
Abad Ke-21
Implementation of the Leadership and Moral Values Trilogy in 21st Century Learning
Abstract: This article examines the importance of building character education for students in
elementary schools in the 21st century through Tamansiswa teachings in the form of the
Leadership Trilogy and moral values. In the midst of the increasingly rapid flow of globalization
and technological developments, education is not only required to develop intellectual
intelligence, but education is also required to form a good personality in accordance with moral
values. The concept of character education according to Ki Hadjar Dewantara is rooted in
humanitarian values, emphasizing the formation of individuals who are able to think critically,
independently, and have social awareness. The implementation of the Leadership Trilogy which
reads Ing Ngarsa Sung Tuladha (in front giving examples and role models), Ing Madya Mangun
Karsa (in the middle building enthusiasm), Tut Wuri Handayani (in the back giving motivation or
encouragement). Provides guidance for teachers in creating a conducive learning atmosphere and
motivating students. The application of moral values which include: responsibility, discipline and
honesty, compassion and tolerance, simplicity, independence, and mutual cooperation, is carried
out through classroom learning activities and real examples from teachers. Despite challenges in
its implementation, such as lack of understanding from educators and environmental support, the
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 48-54
E-ISSN: 3026-4014
- 56 -
Leadership Trilogy is considered relevant in preparing students to have 21st century skills (critical
thinking, communication, collaboration, and creativity) in facing future challenges.
Keywords: Character Education, Leadership Trilogy, Moral Values, 21st Century Skills
Hak Cipta©2025 Wahyuni Dwi Safitri
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
1.
Pendahuluan
Di tengah-tengah arus grobalisasi yang semakin pesat seperti sekarang, tantangan dalam
dunia pendidikan juga semakin kompleks. Pendidikan tidak hanya dituntut untuk menghasilkan
peserta didik yang memiliki kecerdasan secara intelektual saja, akan tetapi pendidikan juga
dituntut untuk mampu membentuk karakter kepribadian peserta didik yang baik dan berintegritas.
Pendidikan di Indonesia pada abad ke-21 seperti sekarang sedang mengalami berbagai masalah,
hal ini dapat kita lihat dari banyaknya peristiwa yang sering terjadi dalam proses pendidikan yang
menandakan bahwa pendidikan yang terdapat di negara kita ini sedang mengalami proses yang
kritis. Menurut Rasyid (2020), pendidikan memiliki peran penting dalam mengembangkan
kesadaran diri dan sosial serta menjadi pedoman yang stabil dalam kehidupan sosial. dalam UUD
1945 menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak dalam mendapatkan pendidikan yang layak.
Namun kenyataannya pendidikan sekarang kehilangan arah dalam implementasinya. Di tengah-
tengah arus grobalisasi seperti sekarang ini sangat mempengaruhi pendidikan di Indonesia.
Seiringan dengan perkembangan teknologi tersebut kita dihadapkan dengan berbagai fakta bahwa
kita telah berada pada abad ke-21 yang dimana kita dituntut untuk dapat menghadapi berbagai
peluang yang masuk dan tantangan masa depan pada pendidikan di Indonesia. Salah satu cara
yang dapat kita lakukan adalah dengan menghadapi berbagai tantangan tersebut dan
memanfaatkan peluang yang terdapat pada perkembangan teknologi dengan cara beradaptasi
secara cepat dan berkesinambungan kerhadap suatu perubahan yang muncul akan tetapi dalam
pemanfaatannya harus disaring mana bagian yang bisa diambil mana bagian yang tidak bisa
diambil.
Ajaran tamansiswa berupa trilogi kepemimpinan yang berbunyi Ing Ngarso Sung Tulodo,
Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, memberikan panduan bagi guru dalam
membangun karakter peserta didik. Ajaran ini tidak hanya menekankan pada pentingnya
kepemimpinan yang baik, akan tetapi juga mendorong peserta didik untuk aktif dan berpartisipasi
dalam proses pembelajaran di kelas. dengan menerapkan ajaran tamansiswa berupa trilogi
kepemimpinan diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran di kelas yang kondusif,
peserta didik menjadi lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, dan memberikan dorongan
kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Menurut Ki Hadjar Dewantara (Apriliyanti, 2021) pendidikan karakter dapat diartikan juga
dengan budi pekerti. Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti atau yang biasa kita sebut
dengan karakter, serta pikiran dalam tubuh pererta didik yang tidak dapat dipisahkan dikarenakan
merupakan suatu kesatuan yang sangat utuh dan berjalan secara bersamaan. Pendidikan pada abad
ke-21 tidak hanya dituntut untuk mengembangkan pengetahuannya atau kognitifnya saja akan
tetapi pendidikan juga dituntut untuk mengembangkan pendidikan karakter bagi peserta didik.
Untuk menciptakan karakter yang bagi bagi peserta didik dimulai dari keluarga yang memberikan
penanaman pendidikan karakter pertama atau sejak dini. Sekolah menjadi tempat kedua dimana
peserta didik menumbuhkan pendidikan karakternya. dalam hal ini guru tidak hanya memiliki
peran untuk memberikan atau mentransfer ilmu saja, tetapi guru juga ikut serta dalam membangun
pendidikan atau budi pekerti yang baik pada peserta didik sesuai dengan pendapat Ki Hadjar
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 48-54
E-ISSN: 3026-4014
- 57 -
Dewantara (Lestari & Mustika, 2021).
Nilai budi pekerti yang dikembangkan disini meliputi: tanggung jawab, disiplin dan
kejujuran, kasih sayang dan toleransi, kesederhanaan, kemandirian, dan gotong royong.
Pembiasaan nilai-nilai budi pekerti dapat tercermin dalam kegiatan-kegiatann di sekolah, baik
kegiatan pembelajaran, kokulikuler, dan ekstrakulikuler. Kegiatan ini dilakukan sebagai sarana
penanaman karakter budi pekerti yang baik dan pembentukan sikap, kepribadian, dan perilaku
peserta didik. Penerapan nilai budi pekerti ini dapat diterapkan melalui pelestarian, pembiasaan,
pengarahan, dan pemantapan nilai-nilai karakter yang baik dalam setiap kegiatan yang dilakukan di
sekolah.
Dalam konteks pendidikan modern seperti sekarang ini, di mana teknologi dan informasi
dapat berkembang dengan sangat cepat, sehingga penting bagi pendidik untuk menanamkan nilai-
nilai budi pekerti di dalam proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru
(Kanji et al., 2020). Hal ini dilakukan untuk membentuk peserta didik yang tidak hanya memiliki
kecerdasan secara intelektual saja, akan tetapi juga membentuk individu yang mempunyai
keperdulian terhadap sesama teman. Dengan demikian, pendidikan yang menggunakan ajara
tamansiswa berupa trilogi kepemimpinan yang berbunyi Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo
Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, dapat dijadikan sebagai solusi untuk menghadapi tantangan
pendidikan di era grobalisasi seperti sekarang ini dan digunakan sebagai sarana untuk membangun
karakter peserta didik sebagai generasi muda agar memiliki karakter yang kuat. Peserta didik pada
abad ke-21 dituntut untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis (critical thinking),
komunikasi (communication), kolaborasi (collaboration), dan kreativitas (creativity).
Meskipun menerapkan ajaran tamansiswa berupa triolgi kepemimpinan dan nilai-nilai budi
pekerti memiliki potensi besar dalam membangun karakter peserta didik, akan tetapi juga terdapat
beberapa tantangan dalam mengimplementasikanya di sekolah. Hal ini dikarenakan karena banyak
pendidik yang belum memahami dan menerakan ajaran tamansiswa berupa trilogi kepemimpinan
dan nilai-nilai budi pekerti dalam proses pembelajaran. Selain itu, kurangnya dukungan dari
lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik seperti orang tua, teman, dan masyarakat dapat
menjai hambatan dalam proses penerapan ajaran tamansiswa berupa trilogi kepemimpinan dan
nilai-nilai budi pekerti. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan ajaran
tamansiswa berupa trilogi kepemimpinan dan nilai-nilai budi pekerti dalam proses pembelajaran,
serta dapat menemukan relevansi pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan pada abad ke-
21.
2.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah studi pustaka atau studi literatur dengan
melihat dari berbagai jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian yang diambil, yaitu
membangun karakter melalui ajaran tamansiswa: trilogi kepemimpinan dan nilai budi pekerti
dalam pembelajaran pada abad ke-21. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam metode
studi literatur ini adalah dengan melihat dari sumber pustaka yang relevan dengan topik yang
diambil, menggunakan penelitian sebelumnya sebagai acuhan (Soemantri et al., 2022). Studi
literatur merupakan upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi yang
relevan dengan topik atau masalah yang akan diteliti (Hermawan, 2020). Untuk memperoleh
informasi tersebut, peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, dan
skripsi yang berkaitan dengan topik penelitian yang diambil. Tahapan dalam penyusunan studi
literatur pada penelitian ini meliputi: 1) mendefinisikan ruang lingkup topik yang akan dibahas. 2)
mengidentifikasi referensi yang relevan dan sesuai dengan topik yang diambil melalui bantuan
Google Scolar, 3) memilih beberapa referensi yang relefan dengan topik yang diambil kemudian
mengelompokkannya berdasarkan kriteria tertentu, 4) menyusun matrik
sintesis
dari
artikel
yang
diperoleh,
5)
menulis
review,
6)
menyimpulkan
dan mengaplikasikan hasil review
(Prasetya, 2020). Artikel ini menggunakan teknik analisis data dengan kattagorisasi dan
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 48-54
E-ISSN: 3026-4014
- 58 -
interpretasi niai-nilai dan relevansi dari ajaran yang digunakan.
Artikel ini berfokus pada Membangun Karakter melalui Ajaran Tamansiswa: Implementasi
Trilogi Kepemimpinan dan Nilai Budi Pekerti dalam Pembelajaran pada Abad ke-21. Sumber
didapatkan dari Google Scolar dengan menggunakan kata kunci “Trilogi Kepemimpinan Ki
Hadjar Dewantara dalam pembelajaran abad ke-21”, “Nilai-nilai budi pekerti dalam pembelajaran
abad ke-21” dan Implementasi ajaran tamansiswa berupa trilogi kepemimpinan dan nilai-nilai
budi pekerti dalam pembelajaran abad ke-21. Tujuan dari langkah ini adalah membahas
bagaimana ajaran Tamansiswa, khususnya Trilogi Kepemimpinan dan nilai-nilai budi pekerti,
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran pada abad ke-21. Tujuan dari langkah ini adalah
untuk memahami bagaimana cara membangun karakter melalui ajaran tamansiswa berupa trilogi
kepemimpinan dan nilai-nilai budi pekerti dalam pembelajaran pada abad ke-21. Artikel dapat
digunakan pendidik, peneliti, dan pembuat kebijakan dalam merancang strategi pendidikan
karakter yang relevan dengan tantangan abad 21.
3.
Hasil dan Pembahasan
Ki Hadjar Dewantara merupakan bapak Pendidikan Nasional Indonesia dengan pemikiran
yang sangat modern. (Hikmasari et ai. 2021) Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan pendidikan
karakter merupakan konsep yang berawal dari kegiatan pembiasaan yang dilakukan terus menerus
untuk membangun kecerdasan karakter sehingga bisa menjadi kepribadian dan karakter yang baik
dan kuat. (Ramadhani et ai., 2021) Kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan secara rutin dapat
memberikan dampak positif terhadap diri manusia. Setiap manusia mempunyai potensi
kecerdasan, watak, dan sikap yang berbeda-beda antara individu satu dengan individu lainnya
(Shohibah, L. N., 2023). Manusia sering dikatakan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan
karakter yang dalam menjalankan kehidupannya selalu menggunakan pemikiran, perasaan serta
pertimbangan yang matang untuk mengambil suatu keputusannya.
Konsep pendidikan karakter menurut Ki Hadjar Dewantara merupakan sebuah sistem
pendidikan yang holistik dan berakar dari nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan yang terdapat
di Indonesia. Pendidikan tidak hanya berfokus pada upaya memberikan pengetahuan saja, akan
tetapi pendidikan juga harus mampu membentuk manusia yang memiliki kecerdasan intelektual,
spiritual, dan moral yang baik. Pendidikan karakter menurut pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu
yang berhubungan dengan pembentukan pribadi diantaranya membentuk individu yang mampu
berfikir kritis, bertindak secara mandiri, namun juga tetap memiliki jiwa kesadaran untuk
bersosialisasi yang tinggi.
Ki Hadjar Dewantara menekankan pada pentingnya pendidikan karakter yang
diimplentasikan dengan kehidupan nyata peserta didik, sekolah harus bisa menjadi tempat dimana
peserta didik dapat belajar mengenai pendidikan karakter dimana peserta didik diajarkan cara
untuk berinteraksi dengan baik antara peserta didik dengan guru dan peserta didik dengan peseta
didik yang lainnya untuk memecahkan masalah bersama-sama, dan tempat dimana peserta didik
dapat mengembangkan keperdulian sosial terhadap temannya. Dalam proses pendidikan karakter
disini tidak boleh terpisah dari kehidupan nyata peserta didik, melainkan harus tumbuh secara
alami dan bersamaan melalui berbagai pengalaman dan interaksi sosial secara langsung di
lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat peserta didik itu sendiri.
Ki Hadjar Dewantara memiliki gagasan yang disebut Trilogi Kepemimpinan yang berbunyi
Ing Ngasra Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Gagasan ini
menjelaskan tentang bagaimana peran pemimpin, bagaimana perilakunya, dan bagaimana
karakternya untuk dijadikan sebagai contoh dan panutan bagi anggotanya sehingga ajaran
tamansiswa berupa Trilogi Kepemimpinan ini sangat relevan dengan pembelajaran pada abad ke-
21 di sekolah dasar (Suryana, C., 2022).
Ing Ngarsa Sung Tuadha, memiliki arti pemimpin saat di depan menjadi contoh dan teladan.
Pemimipin harus memiliki karakter budi pekerti yang baik untuk digunakan sebagai contoh yang
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 48-54
E-ISSN: 3026-4014
- 59 -
baik bagi anggotanya. Pemimpin yang baik harus menjadi panutan bagi anggotanya baik itu dari
segi sikap, perilaku, dan tindakkannya dalam memimpin, sehingga dapat dijadikan panutan yang
baik bagi anggotanya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari- hari.
Ing Madya Mangun Karsa, memiliki arti pemimpin saat berada di tengah membangun
semangat. Pemimpin saat berada di tengah-tengah anggotanya harus membangkitkan semangat
kerja dan memberikan kekuatan bagi anggotanya dengan memberikan motivasi. Pemimpin kuga
harus menciptakan suasana yang kondusif, nyaman, dan aman bagi anggotanya. Pemimpin juga
harus bisa membaur dan bergaul dengan anggotanya tanpa memandang status dan jabatannya
sehingga antara pemimpin dan anggotanya tidak ada batasannya untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai.
Tut Wuri Handayani, memiliki arti pemimpin saat berada di belakang harus memberikan
dorongan dan pengaruh. Pemimpin saat berada di belakang harus mampu mendorong dengan
memberikan motivasi dan memberikan arahan bagi anggotanya. Pemimpin saat berada di belakang
anggotanya harus terus mengamati situasi dan kondisi dari anggotanya sehingga apabila saat
anggotanya memiliki kesulitan pemimpin bisa langsung memberikan solusi beruba arahan untuk
memecahkan masalah yang dialami oleh anggotanya (Yuliwinarti, E. M., 2023). dengan begitu,
anggotanya dapat merasakan adanya dorongan dan dukungan berupa arahan dari pemimpin
sehingga dapat menambah semangat dan memotivasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Penerapan nilai-nilai budi pekerti dilakukan dalam proses pembelajaran di dalam kelas bagi
peserta didik. Penerapan nilai-nilai budi pekerti ini dimulai dari proses perencanaan dalam proses
pembelajaran dengan cara menyusun modul ajar dalam menerapkan pembelajaran guru
menerapkannya sesuai dengan minat dan gaya belajar dari peserta didik. dalam penyusunan modul
ajar guru mencantumkan nilai-nilai budi pekerti yang meliputi: tanggung jawab, disiplin dan
kejujuran, kasih sayang dan toleransi, kesadaran, kemandirian, dan gotong royong. Nilai- nilai
budi pekerti tersebut dapat diterapkan sesuai dengan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai yang
sudah tercantum dalam modul ajar.
Penanaman nilai karakter tanggung jawab di sekolah dasar dapat diterapkan dalam proses
belajar mengajar (Primayana, K. H., 2022). Guru dapat berperan sebagai contoh atau teladan
kepada peserta didik harus menunjukan sikap tanggung jawab bagi setiap tindakan dan keputusan
yang diambil, contohnya seperti mempersiapkan materi pembelajaran dan datang tepat waktu serta
guru harus menciptakan lingkungan belajar nyaman dengan tidak membeda bedakan antara
peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain agar peserta didik merasa dihargai, serta
dalam pemilihan topik proyek guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih
topik proyek (Primayana, K. H., 2022). Guru bisa mengaitkan mata pelajaran dengan situasi nyata,
seperti kegiatan sosial atau lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. dari pendekatan tersebut, nilai
budi pekerti berupa tanggung jawab dapat tertanam dalam diri peserta didik dan berguna untuk
menghadapi tantangan di masa depan.
Penanaman nilai karakter disiplin dan kejujuran dapat diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas dengan cara guru dapat membuat dan menetapkan aturan dan rutinitas yang jelas
untuk mendorong kedisiplinan peserta didik, seperti mengharuskan peserta didik untuk datang
tepat waktu dan menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.
Untuk menanamkan nilai kejujuran guru dapat memberikan contoh nyata tentang pentingnya
kejujuran dan mengajak pesera didik untuk berdiskusi mengenai konsekuensi yang dapat dialami
dari ketidakjujuran. dari pendekatan tersebut dapat membuat peserta didik merefleksi diri agar
selalu menanamkan nilai disiplin dan kejujuran.
Penanaman nilai budi pekerti kasih sayang dan toleransi dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran di sekolah dasar dengan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, dimana
setiap peserta didik merasa dihargai. Guru dapat membagi peserta didik menjadi beberapa
kelompok untuk membuat peserta didik saling mengenal dan menghargai perbedaan. Selain itu
guru juga dapat, bercerita atau menontonkan sebuah film tentang pentingnya nilai budi pekerti
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 48-54
E-ISSN: 3026-4014
- 60 -
kasih sayang dan toleransi. Peserta didik juga dapat diajak oleh guru untuk melakukan kegiatan
sosial seperti penggalangan dana untuk orang yang membutuhkan sehingga dapat menanamkan
nilai keperdulian kepada orang lain.
Penanaman nilai budi pekerti kesadaran di sekolah dasar dapat diterapkan melalui proses
pembelajaran di kelas. Guru dapat mengajak peserta didik untuk melakukan refleksi tentang
tindakan mereka dan dampak yang dapat ditimbulkan bila melakukan suatu tindakan. Guru juga
dapat melakukan pembelajaran secara langsung dengan mengajak peserta didik untuk mengamati
keadaan di lingkungannya seperti mengamati anak-anak yang terlantar dipinggir jalan, sehingga
peserta didik dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Penerapan nilai budi pekerti kemandirian dalam pembelajaran di sekolah dasar dapat
diterapkan melalui pemberian tugas yang mendorong peserta didik untuk menyelesaikan pekerjaan
secara mandiri, seperti proyek individu. Guru juga dapat mengajarkan keterampilan dalam
memanajemen waktu serta mengambil keputusan yang dapat membantu peserta didik untuk
menjadi pribadi yang mandiri dalam belajar dan beraktivitas di dalam lingkungan masyarakat.
Penanaman nilai budi pekerti gotong royong dapat diterapkan di sekolah dasar dalam
kegiatan pembelajaran dengan melalui kegiatan berkelompok yang mendorong peserta didik untuk
bekerja sama dalam menyelesaikan tugas atau proyek. Guru dapat meciptakan lingkungan belajar
yang mendukung kolaborasi, dimana peserta didik diajarkan untuk menghargai pendapat dan
berkontribusi dengan teman-temannya. Guru juga dapat menggunakan permainan dalam kegiatan
pembelajaran sehingga dapat membantu peserta didik untuk memahami pentingnya penerapan
nilai gotong royong untuk mencapai tujuan bersama.
Penanaman nilai budi pekerti dalam proses pembelajaran pada abad ke-21 dapat menjadi
benteng diri bagi peserta didik untuk menghadapi arus grobalisasi dalam kehidupan nyata dan
kehidupan di masa depan. Abad ke-21 memberikan kemudahan dalam mengakses informasi yang
dapat memberikan dampak positif dan negatif, sehingga dibutuhkan kesadaran penuh dari generasi
muda terutama peserta didik usia sekolah dasar. Apabila dilihat dari tingkat fase
perkembangannya maka fase yang paling rentan terkena dampak negatifnya yaitu peserta didik usia
sekolah dasar karena mereka belum mampu ngenenal jati dirinya. dalam pembelajaran abad ke-21
peserta didik dituntut untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis (critical thinking),
komunikasi (communication), kolaborasi (collaboration), dan kreativitas (creativity) agar dapat
digunakan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan di era globalisasi yang
berubah-ubah, keterampilan ini tidak hanya relevan digunakan dalam dunia kerja saja akan tetapi
juga untuk digunakan dalam kehidupan pribadi dan sosial peserta didik.
4.
Simpulan dan Saran
Artikel ini membahas tentang pentingnya membangun karakter dalam jiwa peserta didik di
sekolah dasar pada abad ke-21 melalui implementasi ajaran tamansiswa berupa trilogi
kepemimpinan yang berbunyi Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri
Handayani dan nilai-nilai budi pekerti yang meliputi: tanggung jawab, disiplin dan kejujuran,
kasih sayang dan toleransi, kesadaran, kemandirian, dan gotong royong. di tengah-tengah
tantangan grobalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin hari semakin pesat, pendidikan
tidak hanya dituntut untuk menciptakan kecerdasan intelektual saja akan tetapi pendidikan juga
dituntut untuk membentuk kepribadian yang baik sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti. Konsep
pendidikan karakter menurut Ki Hadjar Dewantara berakar pada nilai kemanusiaan, menekankan
pembentukan individu yang mampu berpikir kritis, mandiri, dan memiliki kesadaran sosial.
Implementasi Trilogi Kepemimpinan memberikan panduan bagi guru untuk menjadi teladan
dan memberikan contoh, membangkitkan semangat, dan memberikan dorongan kepada peserta
didik. Sementara itu, penerapan nilai-nilai budi pekerti yang meliputi: tanggung jawab, disiplin dan
kejujuran, kasih sayang dan toleransi, kesadaran, kemandirian, dan gotong royong dilakukan
melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas serta contoh nyata dari guru. Meskipun terdapat
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 48-54
E-ISSN: 3026-4014
- 61 -
tantangan dalam penerapannya, seperti kurangnya pemahaman pendidik dan lingkungan, ajaran
Tamansiswa berupa Trilogi Kepemimpinan dianggap relevan untuk mempersiapkan peserta didik
yang memiliki karakter yang kuat dan keterampilan abad ke-21 yaitu berfikir kritis (critical
thinking), komunikasi (communication), kolaborasi (collaboration), dan kreativitas (creativity)
untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan.
5.
Daftar Pustaka
Apriliyanti, F., Harnurawan, F., & Sobri, A. Y. (2021). Keterlibatan Orang Tua dalam
Implementasi Nilai-nilai Luhur Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara. Jurnal Obsesi:
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(1), 1-8.
Hasandi (2020). Penerapan Nilai-Nilai Karakter Melalui Budaya Sekolah. Jurnal Pendidikan dan
Kependidikan (IDARAH). Vol 3 (No. 2)
Hermawan, I. (2020). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif & Mixed Methode.
Kuningan. Hidayatul Quran Kuningan
Hikmasari, D, N., Susanto, H., & Syam, A. R. (2021). Konsep Pendidikan Karakter Perspektif
Thomas Lickona dan Ki Hadjar Dewantara. AL-ASASIYYA: Journal Of Basic Education,
6(1), 19-31.
Kanji, H., Nursalam, N., Nawir, M., & Suardi, S. (2020). Model integrasi Pendidikan Karakter
dalam Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dasar
Perkhasa: Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar, 5(2), 104-115.
Lestari, A., & Mustika, D. (2021). Analisis Program Pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) Di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(3), 1577-1583.
Nugroho, M. H. P., dkk. (2024). Penerapan Trilogi Kepemimpinan di Sekolah Dasar untuk
Membentuk Karakter Siswa. Jurnal Penelitian Multidisiplin Terpadu. Vol. 8 (No.1).
Prasetyo, W. (2020). Literature Riview: Stres Perawat Di Ruang Instalasi Gawat Darurat. Jurnal
Ners LENTERA, 5(1), 43-55
Primayana, H., K. (2022). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar.Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol 5 (No. 1)
Ramadhani, M. A. (2021). Lingkungan Pendidikan dalam Implementasi Pendidikan Karakter.
Jurnal UNIGA, 8(1), 28-37.
Rasyid, M.R. (2015). Pendidikan Dalam Perspektif Teori Sosiologi. Rasyid Tabiyah Dan Keguruan
UIN 6121 Implementasi Konsep Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara di Sekolah Dasar
pada Era Digital-Cucu Suryana, Tatang Muhtar.
Shohibah, L. N., dkk. (2023). Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. National
Conference for Ummah. Vol. 01 (No. 01)
Suryana, C. (2022). Implementasi Konsep Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara di Sekolah
Dasar pada Era Digital. Jurnal Basicedu. Vol 6 (No. 4)
Yuliwinarti, E. M. (2023). Implementasi Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara di Sekolah
Dasar Kelas Awal pada Era Digital. Jurnal of Contemporary Issues in Primary Education
(JCIPE). Vol. 1 (No. 2)