JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 2, November 2024, page: 67-74
E-ISSN: 3031-2957
67
Efi Susilawati et.al (Nilai Kearifan Lokal pada Kesenian.)
Nilai Kearifan Lokal pada Kesenian Budaya Ondel-
ondel di Tanah Betawi (Studi Daerah Khusus Ibu
Kota Jakarta)
Efi Susilawati
a,1
, Heri Kurnia
b,2
a, b
Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Banten
1
efisusilawati08@gmai.com;
2
herikurnia312@gmail.com
*
herikurnia312@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 15 Agustus 2024
Direvisi: 5 September 2024
Disetujui: 20 Oktober 2024
Tersedia Daring: 1 November 2024
Penelitian ini membahas nilai kearifan lokal yang terkandung dalam kesenian
ondel-ondel sebagai bagian dari budaya masyarakat Betawi di Jakarta. Ondel-
ondel, yang awalnya memiliki fungsi sakral sebagai media tolak bala untuk
mengusir roh jahat, telah mengalami transformasi fungsi menjadi ikon budaya
dan sarana hiburan, khususnya dalam konteks pariwisata dan perayaan
komunal di Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan
menganalisis nilai-nilai kearifan lokal dalam kesenian ondel-ondel serta
memahami bagaimana masyarakat Betawi memaknai dan melestarikan
kesenian ini di tengah arus modernisasi. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data
melalui wawancara mendalam, observasi lapangan, dan studi literatur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ondel-ondel mengandung nilai spiritual, sosial,
dan budaya yang mencerminkan identitas masyarakat Betawi. Nilai spiritual
terlihat dalam peran ondel-ondel sebagai simbol perlindungan; nilai sosial
tergambar melalui kebersamaan dan gotong royong dalam pembuatan serta
penyajian ondel-ondel; sedangkan nilai budaya tercermin dari penggunaan
ondel-ondel sebagai ekspresi identitas Betawi yang unik. Namun,
komersialisasi dan perubahan fungsi ondel-ondel di era modern telah
mengaburkan makna aslinya, sehingga upaya pelestarian diperlukan agar
nilai-nilai kearifan lokal tetap terjaga. Kesimpulan dari penelitian ini
menegaskan pentingnya peran komunitas dan pemerintah dalam melestarikan
kesenian ondel-ondel melalui program edukasi dan promosi budaya yang tetap
mempertahankan nilai-nilai tradisionalnya.
Kata Kunci:
Ondel-ondel
Kearifan Lokal
Budaya Betawi
Pelestarian
Identitas Budaya
ABSTRACT
Keywords:
Ondeel-ondel
Local Wisdom
Betawi Culture
Preservation
Cultural Identity
This study discusses the local wisdom values contained in the ondel-ondel art
as part of the Betawi community culture in Jakarta. Ondel-ondel, which
originally had a sacred function as a medium to ward off evil spirits, has
undergone a transformation in function into a cultural icon and a means of
entertainment, especially in the context of tourism and communal celebrations
in Jakarta. The purpose of this study is to identify and analyze the local wisdom
values in the ondel-ondel art and to understand how the Betawi community
interprets and preserves this art in the midst of modernization. The research
approach used is descriptive qualitative with data collection techniques
through in-depth interviews, field observations, and literature studies. The
results of the study show that ondel-ondel contains spiritual, social, and
cultural values that reflect the identity of the Betawi community. Spiritual
values are seen in the role of ondel-ondel as a symbol of protection; social
values are reflected through togetherness and mutual cooperation in making
and presenting ondel-ondel; while cultural values are reflected in the use of
ondel-ondel as an expression of unique Betawi identity. However,
commercialization and changes in the function of ondel-ondel in the modern
era have obscured its original meaning, so that preservation efforts are needed
so that local wisdom values are maintained. The conclusion of this study
emphasizes the importance of the role of communities and governments in
preserving ondel-ondel art through educational programs and cultural
promotions that maintain its traditional values.
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 2, November 2024, page: 67-74
E-ISSN: 3031-2957
68
Efi Susilawati et.al (Nilai Kearifan Lokal pada Kesenian.)
©2024, Efi Susilawati, Heri Kurnia
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Pada Era modernisasi, di negara Indonesia dipenuhi dengan embel-embel yang dipenuhi
berbagai macan pemandangan dan dihiasi dinamika perkembangan kota khususnya di Ibukota
DKI Jakarta, diberbagai tempat dan disudut selalu kita temukan banyak hal yang terlihat
mengikuti irama perkembangan yang setiap orang melihatnya sebagai locus dari buah perubahan
jaman. Padahal, lain dari pada itu embel-embel terjadi atau mengikuti perkembangan kota bukan
hanya sebagai hal biasa dan umum. Di samping embel-embel hanya dilihat sebagai hiasan kota
semata. ada nilai-nilai budaya yang terkandung disana. Nilai budaya inilah, sepanjang dinamika
perubahan kota yang besar sekalipun tidak dapat menyeret nilai budaya lokal yang terkandung.
Ondel-ondel, di sepanjang kota jakarta yang ramai ini masih terlihat sebagai buah serta upaya
orang betawi memperkenalkannya kepada publik.
Bukan hanya ondel-ondel saja. di kota jakarta ini masih banyak lagi nilai budaya yang
terkandung dalam banyak hal yang di packing dalam sebuah hiburan. Ada angklung, ada seni
musik daerah dan sebagainya. Hal inilah yang terlihat masih terdapat jejak budaya serta adat dari
daerah masing-masing di bumi Indonesia. Disudut Kota Jakarta tampak terlihat Ondel-ondel
menghiasi jalan Ibukota dan selalau berpasangan. Ada perempuan dan laki-laki. Kerap ini bukan
hanya hiburan, saya melihat dibalik ondel-ondel ada nilai budaya betawi yang besar di dalamnya.
Dari segi ukuran fisik ondel-ondel, hanya sekitar 2.5 sampai 3 meter. Rangkanya digunakan dari
rotan atau bambu Tingginya sekitar 1-2 meter. Wajahnya terlihat seperti patung kayu yg dicat
warna merah dan putih. Beratnya hanya sekitar 5-10 kg sesuai dengan diameter tubuhnya.
Ondel-ondel Menurut para penliti kebudayaan Betawi bahwa Masyarakat Betawi meyakini
ondel-ondel yang memiliki kekuatan gaib dan hadir sebelum kedatangan ajaran Islam ke tanah
betawi. Yang berlandaskan ini bahwa boneka tersebut kerap disertakan dalam kegiatan terutama
upacara adat, termasuk acara pesta pernikahan, yang di percaya sebagai pelindung dari
marabahaya. Terdapat kekuatan mistis atau umumnya yang mengenal ada kekuatan
supranatural. Disamping keduanya itu, memang secara umum orang betawi sangat peka terhadap
ondel-ondel. Selain itu ada juga, yang terdapat kekuatan goib dari ondel-ondel ini diyakini bisa
menangkal segala macam wabah penyakit seperti cacar air, muntahber dan terutama penyakit
kulit lainnya, serta mencegah bahaya yang mengancam terutama dari kalangan penati dapat
mencegah gagal panen akibat serangan hama.
Begitu banyak hal yang terkandung didalamnya selain kekuatan-kekuatan yang diyakini
orang betawi. Hal lain sebagai seni, budaya lokal betawi menampilkan ondel- ondel sebagai
kesenian tradisional yang tetap hidup sepanjang zaman. Ondel-ondel juga dapat digunakan
sebagai pelengkap upacara sedekah bumi, dan mengarak iring- iringan dan diberikan sajen dan
diletakkan di empat penjuru kampung. Hal ini dapat diyakini sebagai kekuatan dari leluhur
untuk melindungi dari kekuatan jahat terutama dalam keberlangsungan hidup anak cucu. Orang
Betawi, sangat akrab dengan ondel-ondel ini. Sampai sekarang nyatanya ondel-ondel masih
terjaga dan masih terlihat menghiasi beberapa kota di tanah jawa. Eksistensi ondel-ondel
masih tetap di pertahankan oleh orang betawi sendiri. Dari berbagai kalangan tokoh Betawi
ondel-ondel yang semula sebagai penolak bala dan gangguan roh halus yang bergentayangan,
perlahan mulai sedikit bergeser. Sebab, nilai budaya dan tradisi bagian penting untuk menjaga
eksistensi budaya hidup. Mari menjaga serta melestarikan ondel-ondel dan seluruh bentuk nilai
budaya lokal di Indonesia.
Pada Fernomena yang terjadi diberrbagai kalangan terutama di masyarakat sangat di
khawatirkan memiliki sudut pandang lain tentang ondel-ondel, yang berdampak pada kesenian
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 2, November 2024, page: 67-74
E-ISSN: 3031-2957
69
Efi Susilawati et.al (Nilai Kearifan Lokal pada Kesenian.)
ondel-ondel jarang sekali di pentaskan di kota asalnya DKI Jakarta yang merupakan budaya
Betawi itu sendiri. Dari segi pengrajin lokal yang pembuatan boneka dan mainan ondel-ondel
masih memiliki beberapa konsumen untuk pembuatan mainan dan boneka ondel-ondel
diberbagai icon sudut kota Jakarta terutama di dalam Gedung-gedung kesenian, halaman kantor
pemerintahan DKI Jakarta dan diberbagai RSUD mereka di wajibkan untuk memilik boneka
ondel-ondel untuk di pasang di setiap pintu masuk. Sehingga hal ini dapat dilihat dari perhatian
pemerintah terhadap keberadaan kebudayaan kesenian ondel-ondel begitu besar dinamika pada
pelestarian budaya pada budaya kesenian ondel-ondel, dari aspek itu terdapat pesan moral dan
memiliki nilai maupun, sakralitas dan makna. Untuk dapat melestarikan kesenian budaya lokal
terutama dari masyarakat Betawi di Ibukota DKI Jakarta, memberi dampak ke hal positif
terutama pengenalan Kebudayaan Betawi Ondel-ondel. Dampak positif selanjutnya memberikan
informasi dan memperkenalkan kesenian budaya Betawi dari segi sejarah dan esensi maupun
fungsi serta makna-makna yang terkandung dari aksesoris, motif pakaian dan warna ondel-ondel
serta berbagai macam hiburan untuk masyarakat lokal maupun mancanegara dan sekaligus
menjaga keseniannya. Dengan cara ini bisa untuk mempertahankan dan melestarikan ke
eksistensian dari kebudayaan Betawi dengan menitikberatkan berbagai macam informasi
tentang kesenian budaya Betawi terutama tentang budaya kesenian ondel- ondel yang mulai
merosot ke eksistensian serta bagaimana mempertahankan dan memberikan pengetahuan
tentang budaya kesenian ondel-ondel dan meningkatkan potensi kebudayaan kesenian Betawi.
2. Metode
Metode Penelitian yang digunakan dalam Penelitian ini adalah kualitatif, hal ini berdasarkan
atas teori yang berkembang dari penelitian yang bersifat dinamis. Definisi dari penelitian
kualitatif adalah Penelitian yang bersifat Mengamati situasi objek secara alami, peneliti sebagai
perangkat utama. Dari penelitian kualitatif ini meraih sampel bank data dilakukan dengan cara
bola salju, Teknik pengumpulan ini menggunakan Teknik kombinasi (triangulasi), seacara
menganalisa data digunakan dengan pendekatan induktif dan kualitatif, jenis penelitian kualitatif
ini lebih terfokus pada maka daripada generalisasi. Penulis ingin melihat pada penelitian ini
dengan pendekatan kualitatif agar dapat terlihat dari fenomena perkembangan nilai kearifan
lokal pada Kesenian Budaya ondel-ondel dikalangan masyarakat. Penelitian yang menggunakan
penelitian deskriptif yaitu informasi dan data di kumpulkan hal ini mengambil yang berbentuk
dari kata atau kalimat maupun yang bergambar daripada yang berjenis angka-angka.
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Fungsi Sakral dan Filosofis Ondel-Ondel sebagai Simbol Perlindungan
Kesenian ondel-ondel pada awalnya memiliki fungsi sakral sebagai simbol perlindungan
atau tolak bala, bertujuan untuk mengusir roh jahat dan menjaga ketentraman masyarakat.
Berdasarkan wawancara dengan tokoh masyarakat Betawi dan pengrajin ondel-ondel tradisional,
penelitian ini menemukan bahwa banyak masyarakat Betawi menganggap ondel-ondel sebagai
representasi leluhur yang melindungi komunitas mereka. Dalam beberapa kepercayaan lokal,
diyakini bahwa bentuk besar dan ekspresi wajah ondel-ondel mencerminkan wujud pelindung
yang kuat, memberikan rasa aman kepada warga.
Representasi Nilai-Nilai Sosial Budaya Betawi
Ondel-ondel memiliki makna sosial yang dalam bagi masyarakat Betawi. Kesenian ini
dipandang sebagai salah satu wujud solidaritas sosial dan kebersamaan di lingkungan
masyarakat Betawi. Acara-acara yang melibatkan penampilan ondel-ondel, seperti perayaan
pernikahan, acara adat, dan syukuran, mencerminkan gotong royong dan kekeluargaan yang
menjadi karakteristik masyarakat Betawi. Wawancara dengan warga setempat mengindikasikan
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 2, November 2024, page: 67-74
E-ISSN: 3031-2957
70
Efi Susilawati et.al (Nilai Kearifan Lokal pada Kesenian.)
bahwa ondel-ondel tidak hanya berperan sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana perekat
sosial yang mempererat hubungan antarwarga. Nilai ini juga tergambar dalam proses pembuatan
ondel-ondel, yang sering kali melibatkan beberapa warga yang bekerja sama secara komunal.
Pergeseran Fungsi dan Makna dalam Era Modernisasi
Dalam perjalanan waktu, ondel-ondel telah mengalami perubahan fungsi dari simbol ritual
menjadi ikon budaya dan sarana hiburan. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
Betawi, terutama generasi tua, khawatir bahwa makna asli ondel-ondel mulai tergerus oleh
penggunaan komersial di Jakarta, di mana ondel-ondel sering kali tampil sebagai atraksi wisata
atau hiburan jalanan. Namun, di sisi lain, generasi muda justru melihat pergeseran ini sebagai
peluang untuk melestarikan budaya Betawi di tengah modernisasi. Hal ini menimbulkan diskusi
internal dalam masyarakat Betawi tentang bagaimana melindungi nilai-nilai kearifan lokal
ondel-ondel sekaligus memanfaatkannya sebagai media promosi budaya.
Pelestarian Nilai Kearifan Lokal melalui Pendidikan dan Komunitas
Hasil penelitian juga menunjukkan pentingnya peran pendidikan dan komunitas dalam
melestarikan nilai kearifan lokal pada kesenian ondel-ondel. Program-program seperti pelatihan
pembuatan ondel-ondel bagi anak-anak muda dan kegiatan pentas budaya di sekolah-sekolah
telah dilakukan untuk memperkenalkan kesenian ini kepada generasi penerus. Masyarakat
Betawi yang aktif di komunitas budaya menyadari bahwa tanpa regenerasi, nilai-nilai tradisional
yang melekat pada ondel-ondel dapat hilang. Oleh karena itu, upaya edukasi dianggap penting
untuk memastikan bahwa makna asli dan nilai filosofis ondel-ondel tetap hidup di kalangan anak
muda.
Pembahasan
Ondel-Ondel sebagai Cerminan Identitas dan Ketahanan Budaya Betawi
Kesenian ondel-ondel berfungsi sebagai lambang identitas budaya yang memperlihatkan
ketahanan dan kekuatan masyarakat Betawi dalam menjaga warisan mereka di tengah gempuran
budaya asing dan modernisasi di Jakarta. Dalam konteks ini, ondel-ondel dapat dilihat sebagai
ekspresi perlawanan budaya Betawi yang menegaskan eksistensinya sebagai bagian integral dari
identitas kota Jakarta. Pembahasan ini menekankan bahwa eksistensi ondel-ondel adalah bentuk
kearifan lokal yang harus dijaga agar tidak tergantikan oleh budaya luar yang cenderung lebih
populer.
Tantangan dalam Menjaga Makna Sakral dan Komersialisasi Ondel-Ondel
Salah satu tantangan utama dalam pelestarian ondel-ondel adalah perubahan makna dari
sakral menjadi komersial. Ketika ondel-ondel tampil di berbagai acara sebagai hiburan atau
dijadikan ikon pariwisata, sering kali makna filosofisnya terpinggirkan. Beberapa tokoh budaya
mengungkapkan keprihatinan terhadap komersialisasi ini, di mana ondel-ondel dianggap lebih
sebagai produk ekonomi daripada warisan budaya. Meskipun begitu, terdapat pandangan bahwa
komersialisasi dapat membantu memperkenalkan ondel-ondel kepada masyarakat luas, sehingga
kesenian ini tetap eksis di tengah perubahan zaman. Untuk itu, diperlukan strategi agar
komersialisasi tidak menghilangkan nilai sakral ondel-ondel.
Upaya Regenerasi dan Pelestarian Nilai Lokal melalui Pendidikan Formal dan Informal
Pendidikan formal dan informal dianggap sebagai solusi utama dalam melestarikan ondel-
ondel dan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Pembahasan ini menyoroti
inisiatif yang dilakukan oleh sekolah-sekolah dan komunitas budaya Betawi dalam mengajarkan
makna, sejarah, dan cara membuat ondel-ondel kepada generasi muda. Penguatan pendidikan
budaya melalui kurikulum atau kegiatan ekstrakurikuler diharapkan mampu memperkenalkan
nilai-nilai tradisional Betawi sejak dini, sehingga generasi muda dapat memahami dan
menghargai pentingnya menjaga identitas budaya mereka.
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 2, November 2024, page: 67-74
E-ISSN: 3031-2957
71
Efi Susilawati et.al (Nilai Kearifan Lokal pada Kesenian.)
Peran Komunitas dan Pemerintah dalam Pengembangan Ondel-Ondel sebagai Warisan
Budaya
Peran pemerintah dan komunitas budaya sangat penting dalam menjaga ondel-ondel sebagai
warisan budaya Betawi. Beberapa langkah yang dilakukan adalah dengan menyelenggarakan
festival budaya, pameran seni, dan lokakarya pembuatan ondel-ondel yang melibatkan
masyarakat luas. Diskusi di antara pelaku budaya Betawi menunjukkan bahwa kolaborasi antara
komunitas lokal dan pemerintah dapat menciptakan program pelestarian budaya yang efektif.
Misalnya, dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan atau regulasi tentang kesenian ondel-
ondel sebagai bagian dari kekayaan budaya nasional dapat membantu mempromosikan ondel-
ondel di tingkat nasional dan internasional tanpa mengorbankan nilai-nilai aslinya.
Pendekatan Inovatif untuk Menjaga Relevansi Ondel-Ondel dalam Masyarakat Modern
Pembahasan ini juga menyoroti pentingnya pendekatan kreatif untuk menjaga relevansi
ondel-ondel bagi generasi masa kini. Beberapa komunitas budaya telah berinovasi dengan
memperkenalkan ondel-ondel dalam bentuk modern, seperti pertunjukan musik, tari, atau
instalasi seni yang menggabungkan unsur tradisional dan modern. Inovasi ini bertujuan agar
ondel-ondel tetap menarik bagi generasi muda, yang cenderung lebih tertarik pada seni
kontemporer. Namun, inovasi ini tetap diupayakan agar tidak menghilangkan nilai dan
simbolisme yang dimiliki oleh ondel-ondel sebagai kesenian tradisional Betawi.
4. Kesimpulan
Ondel-ondel, sebagai bagian dari kesenian budaya Betawi di Jakarta, bukan hanya sekadar
bentuk hiburan, tetapi juga cerminan nilai kearifan lokal yang mendalam dan kompleks. Ondel-
ondel memiliki akar sejarah dan fungsi yang kuat sebagai simbol pelindung masyarakat, yang
pada awalnya digunakan untuk ritual tolak bala, atau penjaga dari roh-roh jahat. Peran ini
menunjukkan bagaimana masyarakat Betawi memandang ondel-ondel sebagai manifestasi dari
keyakinan spiritual dan tradisi leluhur yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kesenian ondel-ondel mengandung tiga nilai
utama: nilai spiritual, nilai sosial, dan nilai budaya. Nilai spiritual ondel-ondel tercermin dari
perannya sebagai simbol tolak bala, melambangkan hubungan masyarakat Betawi dengan
leluhur serta upaya menjaga keseimbangan spiritual di lingkungan mereka. Nilai sosial muncul
dari peran ondel-ondel sebagai sarana untuk mempererat kebersamaan dan gotong royong dalam
masyarakat Betawi. Kesenian ini sering kali tampil dalam acara komunal, seperti pernikahan,
perayaan adat, dan festival masyarakat, yang berfungsi sebagai media untuk memperkuat
solidaritas sosial. Sementara itu, nilai budaya tampak dari ondel-ondel sebagai identitas yang
memperkuat jati diri Betawi di tengah modernisasi dan perkembangan kota Jakarta.
Dalam perkembangannya, ondel-ondel telah mengalami pergeseran fungsi dari simbol
sakral menjadi ikon budaya, yang kini juga berperan dalam sektor pariwisata dan hiburan.
Penelitian ini menemukan bahwa masyarakat Betawi, khususnya generasi tua, merasa bahwa
makna asli ondel-ondel mulai terkikis akibat komersialisasi, yang membuat ondel-ondel lebih
dikenal sebagai atraksi wisata dan hiburan jalanan. Namun, sebagian masyarakat, terutama
generasi muda, melihat komersialisasi ini sebagai peluang untuk memperkenalkan budaya
Betawi kepada khalayak yang lebih luas. Pergeseran ini menimbulkan tantangan baru bagi
masyarakat Betawi untuk menjaga keseimbangan antara melestarikan nilai-nilai tradisional
ondel-ondel dan memenuhi tuntutan modernitas serta pariwisata.
Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa upaya pelestarian ondel-ondel
memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat, komunitas budaya, dan
pemerintah. Masyarakat dan komunitas budaya berperan penting dalam melakukan regenerasi
pengetahuan tentang ondel-ondel melalui kegiatan pendidikan informal dan program
kebudayaan. Di sisi lain, pemerintah dapat mendukung dengan menyediakan pendanaan,
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 2, November 2024, page: 67-74
E-ISSN: 3031-2957
72
Efi Susilawati et.al (Nilai Kearifan Lokal pada Kesenian.)
regulasi, serta ruang bagi kesenian Betawi dalam agenda kebudayaan nasional, sehingga ondel-
ondel dapat tetap berkembang tanpa kehilangan makna sakralnya.
Penelitian ini menekankan bahwa upaya pelestarian nilai kearifan lokal pada ondel-ondel
akan lebih efektif jika diiringi dengan pendidikan dan inovasi yang relevan bagi generasi muda.
Program edukasi budaya Betawi melalui sekolah, komunitas, dan media sosial merupakan
langkah penting untuk menjaga agar ondel-ondel tetap relevan dan dipahami secara mendalam
oleh masyarakat Betawi sendiri. Pendekatan kreatif juga dapat dilakukan dengan
menggabungkan elemen tradisional dan modern dalam pertunjukan ondel-ondel, sehingga
kesenian ini bisa terus berkembang di tengah perubahan zaman tanpa kehilangan esensinya.
Sebagai kesimpulan, ondel-ondel adalah warisan budaya yang kaya akan nilai-nilai kearifan
lokal, mencakup aspek spiritual, sosial, dan budaya yang penting bagi masyarakat Betawi.
Walaupun modernisasi dan komersialisasi membawa tantangan bagi pelestarian ondel-ondel,
dengan dukungan masyarakat, komunitas, dan pemerintah, ondel-ondel dapat terus menjadi
simbol budaya yang kuat dan berfungsi sebagai jembatan antara tradisi dan modernitas.
Penelitian ini merekomendasikan perlunya upaya kolaboratif dan pendekatan adaptif untuk
menjaga agar nilai-nilai asli ondel-ondel tetap hidup, sehingga kesenian ini dapat terus
diwariskan dan menjadi bagian dari identitas budaya Betawi di masa depan.
5. Ucapan Terima Kasih
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya
sehingga jurnal ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan,
dukungan, dan kerja sama dari berbagai pihak, penyusunan jurnal berjudul “Nilai Kearifan
Lokal pada Kesenian Budaya Ondel-Ondel di Tanah Betawi (Studi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta)” ini tidak akan berjalan lancar. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Para Narasumber
Baik tokoh masyarakat Betawi, pengrajin ondel-ondel, dan komunitas budaya yang telah
meluangkan waktu untuk berbagi informasi, wawasan, dan pengalaman mereka.
Pengetahuan dan pandangan yang mereka sampaikan sangat berharga dalam memperkaya
isi jurnal ini.
2. Pembimbing dan Dosen
Terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, saran, dan
bimbingan yang sangat berarti selama proses penelitian dan penulisan jurnal ini. Tanpa
bimbingan mereka, kami mungkin tidak dapat mencapai hasil yang maksimal.
3. Pihak kampus dan institusi
Terima kasih kepada pihak kampus yang telah menyediakan fasilitas, sumber daya, dan
dukungan administratif yang mendukung penyelesaian penelitian ini. Dukungan ini
memberikan kelancaran dalam proses pengumpulan data dan penulisan jurnal.
4. Keluarga dan teman-teman
Kami juga berterima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang senantiasa memberikan
dukungan moral serta semangat selama proses penyelesaian jurnal ini.
5. Pembaca
Terima kasih kepada para pembaca yang telah meluangkan waktu untuk membaca jurnal
ini. Semoga jurnal ini dapat memberikan manfaat dan wawasan baru, serta berkontribusi
dalam pelestarian budaya lokal, khususnya kesenian Betawi.
Akhir kata, kami berharap jurnal ini dapat memberikan kontribusi positif bagi penelitian
lebih lanjut dan turut serta dalam upaya pelestarian nilai-nilai budaya Betawi yang berharga.
Semoga jurnal ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan menjadi inspirasi untuk
penelitian di masa yang akan datang.
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 2, November 2024, page: 67-74
E-ISSN: 3031-2957
73
Efi Susilawati et.al (Nilai Kearifan Lokal pada Kesenian.)
6. Daftar Pustaka
Abdullah, Irwan, 2015. Konstruksi Dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Abdul Latif, D. H. (2007). Pendidikan berbasis nilai kemasyarakatan. In Pendidikan
berbasis nilai kemasyarakatan (p. 96). Bandung: PT. Refika Aditama.
Andi Ibrahim, Asrul Haq. Alang, Madi, Dkk, Metodologi. Penelitian (Makassar:
Gunadarma Ilmu, 2018).
A.R. Tilaar. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Barker, Chris. 2000. Cultural. Studies, Theory and Practice. London: Sage Publications.
Elmubarok, Zaim. 2008, Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa (Solo:
Cakra Books, 2014).
Hardani, Hur Hikmatul Auliya, Dkk, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
(Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu, 2020).
Hasanuddin. (1996). Drama Karya. dalam Dua Dimensi, Kajian. Teori, Sejarah dan Analisis.
Jakarta: Angkasa.
Kayam, Umar. (1981). Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.
Sigit Hermawan dan Amirullah, Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif Dan
Kualitatif (Malang: Media Nusa Creative, 2016).
Tumanggor, Rusmin., Ridho, Kholis, & Nurochim. (2010). Ilmu Sosial & Budaya Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
V. Wiratna. Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi (Yogyakarta: Pustaka
Baru Press, 2021).
Widyosiswoyo, Supartono. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Widyosiswoyo, Supartono. 2009. Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia
Cheng, Yin Cheong. (2002). “Foster Local Knowledge and Wisdom In Globalized
Education: Multiple Theories”. Proceeding International Conference on Globalization
and. Localization Enmeshed: Searching For Balance In Education. Faculty. of
Education of Chulalongkorn University. 18-21 November 2002. Thailand. 1-36.
Haryanto, Triu Joko. 2014. Kearifan Lokal Pendukung Kerukunan Beragama Pada
Komunitas Tengger Malang Jatim”. Jurnal Analisa.
Kamonthip d. an. Kongprasertamorn. (2007). “Local Wisdom, Environmental Protection and
Community Development: The. Clam Farmers In Tambon Bangkhunsai, Phetchaburi
Province Thailand. Manusya: Journal of Humanities, 10 (1), 1-10.
Mungmachon, Mmiss Roikhwanput. (2012). “Knowledge and Local Wisdom: Community
Treasure”. International Journal of. Humanities. and Social Science, 2 (13), 174-181.
Nadlir. 2014. Urgensi. Pembelajaran. Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan Agama
Islam.
Nursapiah. Harahap, Penelitian Kualitatif (Medan: Eal Ashri Publising, 2020).
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 2, November 2024, page: 67-74
E-ISSN: 3031-2957
74
Efi Susilawati et.al (Nilai Kearifan Lokal pada Kesenian.)
Samidi. (2006). “Teater Tradisional di Surabaya 1950-1965”. Jurnal Humaniora, 18 (3), 23-
33.
Suriyadarma, Ashikin, S. N. (2018). Mengenal Kebudayaan Ondel-ondel Betawi di Taman
Mini Indonesia Indah Jakarta. Domestic Case Study 2018. Yogyakarta:Sekolah Tinggi
Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta.
Triyanto. (2017). “Art Education. Based on Local Wisdom”. Proceeding of 2nd International
Conference of Arts Languange And Culture.Universitas Sebelas Maret, 33-39.