JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 1, Mei 2024, page: 1-9
E-ISSN: 3031-2957
1
Dian Juliarti Bantam et.al (Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal….)
Hubungan antara komunikasi interpersonal dan work
engagement pada karyawan-karyawan swasta
Dian Juliarti Bantam
a,1
, Navida Fitriani Hariansyah
b,2
, Aprilia Wina Salsabilah
c,3
Metta Putri
Septianti
d,4
a,b,c,d
Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
1
dianjb.tridharma@gmail.com
2
navidahariansyah3592@gmail.com
3
asalsabilah05@gmail.com
4
mevmworin95@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 14 Februari 2024
Direvisi: 11 Maret 2024
Disetujui: 4 April 2024
Tersedia Daring: 1 Mei 2024
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara komunikasi interpersonal dan work engagement pada
karyawan-karyawan swasta. Populasi karyawan ini adalah
karyawan-karyawan swasta dengan sampel yang beejumlah 36
orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala komunikasi interpersonal De Vito (1997) dan skala work
engagement UWES-9. Pengumpulan data berupa kuesioner
yang disusun dalam bentuk skala likert. Teknik analisa
menggunakan korelasi product-moment. Hasil penelitian
menunjukkan besaran korelasi 0,474 antara komunikasi
interpersonal dan work engagement. Kesimpulannya adalah
terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi
interpersonal dan work engagement pada karyawan-karyawan
swasta.
Kata Kunci:
Komunikasi interpersonal,
work engagement,
karyawan swasta
ABSTRACT
The aim of this research is to determine the relationship between
interpersonal communication and work engagement in private
sector employees. The employee population is private employees
with a sample of 35 people. The measuring instruments used in
this research are the De Vito (1997) interpersonal communication
scale and the UWES-9 work engagement scale. Data collection
took the form of a questionnaire arranged in the form of a Likert
scale. The analysis technique uses product-moment correlation.
The research results show a correlation of 0.474 between
interpersonal communication and work engagement. The
conclusion is that there is a significant relationship between
interpersonal communication and work engagement in private
sector employees.
©2024, Dian Juliarti Bantam, Navida Fitriani Hariansyah, Aprilia Wina Salsabilah,
Metta Putri Septianti
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Karyawan memegang peranan penting dalam perusahaan untuk menentukan tercapai atau
tidaknya tujuan dari suatu perusahaan tertentu. Perusahaan membutuhkan karyawan dengan
work engagement atau keterikatan kerja yang proaktif dan memiliki komitmen yang tinggi untuk
bekerja dengan baik, sehingga perusahaan mampubertahan dalam menghadapi persaingan yang
semakin kuat. Bakker dan Demerouti (Pratami, 2021) mengatakan bahwa peningkatan dan
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 1, Mei 2024, page: 1-9
E-ISSN: 3031-2957
2
Dian Juliarti Bantam et.al (Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal….)
pengembangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menciptakan karyawan yang engaged
dengan pekerjaannya. Karyawan yang engaged akan lebih aktif dan proaktif dalam pekerjaannya
dibandingkan dengan karyawan yang tidak engaged. Menurut Bakker dan Leiter (Astuti &
Dania, 2022) Work engagement merupakan kondisi dimana pikiran menjadi positif dan bahagia
terhadap pekerjaan yang ditengarai oleh semangat, dedikasi dan absorbsi. Work engagement
menghadirkan pengalaman bagi karyawan, dimana dengan adanya Work engagement pada
karyawan dapat mendatangkan hasil positif yang lainnya, seperti perilaku yang proaktif atau
memunculkan inisiatif pribadi. Lebih lanjut, Bakker dan Leiter mengungkapkan jika karyawan
yang engaged memiliki energi yang tinggi dan mereka antusias terlibat dalam pekerjaannya.
Menurut Bakker dan Leiter (2010) memaparkan tiga dimensi work engagement, yaitu: (1)
semangat (vigor), (2) dedikasi (dedication), (3) penyerapan (absorption).work engagement
adalah sikap positif terhadap pekerjaan seseorang yang dicirikan oleh energi tinggi saat bekerja,
rasa antusias, rasa bangga terhadap pekerjaannya, dan fokus untuk menikmati pekerjaannya
(Syafitri & Iryanti, 2022).
Menurut Kaswan (Astuti & Dania, 2022) menyebutkan faktor lain yang juga dapat
mempengaruhi work engagement adalah komunikasi interpersonal.Komunikasi interpersonal
adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Menurut De Vito (Dewinda &
Annisa, 2019) komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman
pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung.
De Vito (Muhayyang, et al, 2019) mengemukakan ada lima karakteristik efektivitas komunikasi
interpersonal yang harus dimiliki, yaitu (1) keterbukaan (openness): individu harus mau terbuka
pada individu lainnya ketika berkomunikasi dan terbuka diartikan mau menceritakan masalah
atau memberi tanggapan atas informasi yang diterimanya; (2) empati (empathy): kemampuan
seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain, baik secara
emosional maupun intelektual; (3) perilaku suportif (supportiveness): komunikasi interpersonal
akan berlangsung efektif jika individu lainnya berperilaku suportif karena keterbukaan dan
empati tidak akan terjadi jika kondisi atau suasananya tidak suportif; (4) bersikap positif
(positiveness): bersikap positif atas dirinya sendiri dan bersikap positif terhadap orang lain; dan
(5) kesamaan (equality): kesamaan bidang pengalaman antara komunikator dan komunikan, atau
kesamaan dalam kerangka berpikir di antara pihak yang sedang berkomunikasi.
Dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya, karyawan diharapkan memiliki work
engagement yang baik karena dengan karyawan yang ter-engaged, karyawan akan memiliki
perasaan yang antusias, senang, dan energik dalam melaksanakan tugasnya. Namun pada
kenyataannya, karyawan yang tidak ter-engaged jauh lebih bayak dibandingkan karyawan ter-
engaged. Hal ini ditunjukkan dengan hasil riset Gallup dalam laporanya yang berjudul State of
the Global Workplace, di dunia hanya terdapat sebesar 15% karyawan yang merasa dirinya ter-
engaged atau sangat terlibat dan antusias tentang pekerjaan dan tempat kerja mereka, 67% not
engaged atau secara psikologis tidak terikat dengan pekerjaan dan perusahaan (Salim, Firdaus, &
Saputra, 2020). Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai
hubungan antara komunikasi interpersonal dengan work engagement pada karyawan-karyawan
swasta.
2. Metode
Metode penelitian pada dasarnya adalah metode ilmiah untuk memperoleh data untuk tujuan
dan kegunaan tertentu.Berdasarkan item tersebut, ada empat kata kunci yang perlu diperhatikan,
yaitu metode ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan (Sugiyono, 2017). Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pengertian metode penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2017) adalah
metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme. Hal ini digunakan untuk menguji
populasi atau beberapa sampel, menggunakan peralatan penelitian untuk mengumpulkan data,
analisis data kuantitatif atau statistik, tujuannya adalah untuk menguji hipotesis yang ditetapkan.
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 1, Mei 2024, page: 1-9
E-ISSN: 3031-2957
3
Dian Juliarti Bantam et.al (Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal….)
Pada penelitian ini, peneliti mengukur sejauh mana Hubungan antara komunikasi Interpersonal
dengan work engagement pada Karyawan karyawan swasta.pengambilan data skala komunikasi
interpersonal De Vito, kalo skala work engagement UWES-9. Pengambilan data work
engagement menggunakan kuesioner Utrecrht Work Engagement Scale 9 Version (UWES-9)
dari Scaufeli dan Baker (Dian, 2022).
a. Identifikasi variabel penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam Penelitian adalah:
1) Variabel independen:
Komunikasi interpersonal
2) Variabel dependen:
Work engagement
b. Definisi operasional
1) Komunikasi interpersonal
Komunikasi antar pribadi meliputi komunikasi yang terjadi antar pramuniaga dengan
pelanggan, anak dengan ayah, dua orang dalam satu wawancara, termasuk antara
pengamen jalanan baik dijalanan tempat mereka menjalankan profesinya maupun di
tempat-tempat lain (Devito, 1997). Komunikasi interpersonal melibatkan ekspresi baik
verbal maupun nonverbal. Ini mencakup konten pesan serta cara pesan tersebut
disampaikan. Komunikasi interpersonal terdiri dari perilaku yang spontan, berdasarkan
kebiasaan, kesadaran, atau kombinasi ketiganya, dan dinamis serta berkembang seiring
waktu. Proses komunikasi interpersonal bervariasi tergantung pada hubungan antara
pihak-pihak yang terlibat, isi pesan, dan cara penyampaian. Ini melibatkan umpan balik
personal, interaksi, dan kohesi, memungkinkan pertukaran timbal balik antara pengirim
dan penerima pesan, mempengaruhi pengetahuan, perasaan, dan perilaku.Komunikasi
interpersonal mengikuti aturan intrinsik yang dikembangkan oleh masyarakat untuk
mengatur interaksi, serta aturan ekstrinsik yang ditetapkan oleh situasi.Ini merupakan
aktivitas yang melibatkan saling pengaruh antara pengirim dan penerima pesan, termasuk
dalam upaya persuasi dan pengembangan diri.Melalui interaksi ini, terjadi inspirasi,
semangat, dan dorongan untuk mengubah pemikiran, perasaan, dan sikap sesuai dengan
topik yang dibahas.Tujuan komunikasi interpersonal bervariasi, termasuk mengenal diri
sendiri dan orang lain, memahami dunia luar, menciptakan dan menjaga hubungan,
mempengaruhi sikap dan perilaku, bermain, mencari hiburan, dan memberi
bantuan.Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan untuk membicarakan diri
sendiri, belajar tentang orang lain, dan memberi tanggapan yang tepat terhadap tindakan
mereka. Ini penting dalam menjalin dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain.
2) Work engagement
Khan (1990) menyatakan bahwa work engagement didefinisikan sebagai keterikatan
karyawan sebagai anggota organisasi dimana mereka mengekspresikan diri mereka
secara fisik, kognitif, dan emosional serta secara penuh terhadap peran kerja mereka.
Menurut Bakker dan Leiter (2010) work engagement merupakan keadaan positif, dan
adanya motivasi dari individu untuk melakukan pekerjaan yang ditandai dengan vigor,
dedication, dan absorption dan dapat dilihat sebagai lawan dari kelelahan.
c. Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan-karyawan swasta. Sampel
yang digunakan adalah 36 responden yang diambil dengan teknik sampel menggunakan
kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, dimana
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 1, Mei 2024, page: 1-9
E-ISSN: 3031-2957
4
Dian Juliarti Bantam et.al (Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal….)
responden diharapkan untuk menjawab pertanyaan atau pernyataan yang diberikan peneliti
dengan memilih salah satu dari jawaban yang telah disediakan didalam kuesioner.
Kuesioner ini menggunakan pilihan ganda, dimana setiap soal memiliki 5 (lima) skala
jawaban. Penelitian ini menggunakan alat analisis yaitu analisis regresi linier sederhana
yang diolah menggunakan SPSS yang memiliki tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh
antara variabel independen dan variabel dependen.
d. Metode pengumpulan data
Metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif dengan alat ukur skala psikologi yang dibuat oleh peneliti dan mengadopsi skala
dari peneliti lain. Model skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah model skala
Likert yang terdiri atas lima kategori jawaban, yaitu sangat tidak puas(STP), tidak puas
(TP), puas (P), dan sangat puas (SP), cukup puas (CP). Subjek diminta untuk memilih
pernyataan- pernyataan yang sesuai dengan dirinya dengan memilih salah satu dari lima
alternatif jawaban yang tersedia.
3. Hasil dan pembahasan
Hasil Penelitian
a. Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
Komunikasi_Interperso
nal
.163
36
.017
.913
36
.008
Work_Engagement
.142
36
.063
.884
36
.001
a. Lilliefors Significance Correction
Dasar Pengambilan Keputusan
1. Jika nilai Signifikansi > 0,05, maka data penelitian berdistribusi normal.
2. Jika nilai Signifikansi < 0,05, maka data penelitian tidak berdistribusi normal.
Pengambilan Keputusan
Berdasarkan tabel diatas, untuk variabel Komunikasi Interpersonal dan Work Engagement
menunjukan bahwa nilai sig. Shapiro wilk < 0,05, jadi kesimpulan dari distribusi ini yaitu
menyatakan bahwa data tidak berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares
df
Mean
Square
F
Sig.
Work_Engagement *
Komunikasi_Interpersonal
Between
Groups
(Combined)
1332.056
25
53.282
3.548
.021
Linearity
590.394
1
590.394
39.316
.000
Deviation
from
Linearity
741.661
24
30.903
2.058
.117
Within Groups
150.167
10
15.017
Total
1482.222
35
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 1, Mei 2024, page: 1-9
E-ISSN: 3031-2957
5
Dian Juliarti Bantam et.al (Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal….)
Dasar Pengambilan Keputusan
1. Jika nilai Sig. deviation from linearity > 0,05, maka terdapat hubungan yang linear antara
variabel variabel Komunikasi InterpersonaldenganvariabelWork Engagement.
2. Jika nilai Sig. deviation from linearity < 0,05, maka tidak terdapat hubungan yang linear
antara variabel variabel Komunikasi InterpersonaldenganvariabelWork Engagement.
Hasil Uji Linearitas
Berdasarkan hasil uji linearitas diketahui nilai Sig. deviation from linearity sebesar 0,117>
0,05, maka dapat disimpulkan bahwaterdapat hubungan yang linear antara variabel
Komunikasi InterpersonaldenganvariabelWork Engagement.
c. Uji Korelasi Spearman
Correlations
Komunikasi_
Interpersonal
Work_Engag
ement
Spearman's rho
Komunikasi_Interperso
nal
Correlation
Coefficient
1.000
.474
**
Sig. (2-tailed)
.
.004
N
36
36
Work_Engagement
Correlation
Coefficient
.474
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.004
.
N
36
36
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dasar Pengambilan Keputusan
1. Jika nilai Sig < 0,05, maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Komunikasi
InterpersonaldenganvariabelWork Engagement.
2. Jika nilai Sig > 0,05, maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
Komunikasi Interpersonaldengan variabelWork Engagement.
Pengambilan Keputusan
Terlihat nilai Sig sebesar 0,004. Karena nilai Sig 0,004< 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa “terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Komunikasi Interpersonaldengan
variabel Work Engagement”. Hal ini dapat diartikan pula bahwa variabel Komunikasi
Interpersonal mempunyai korelasi dengan variabelWork Engagement. Adapun besarnya
korelasi atau hubungan antara variabel Komunikasi Interpersonaldengan variabel Work
Engagement adalah sebesar 0,474 atau termasuk dalam kategori kekuatan hubungan cukup
kuat.
d. Deskripsi Hasil Penelitian
Variabel Komunikasi Interpersonal
Sangat
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat
Tinggi
N = 2
N = 7
N = 16
N = 10
N = 1
5,56 %
19,44
%
44,44
%
27,78
%
2,78 %
97,1
143,4
120,2
166,6
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 1, Mei 2024, page: 1-9
E-ISSN: 3031-2957
6
Dian Juliarti Bantam et.al (Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal….)
Berdasarkan table di atas, diketahui bahwa terdapat 2 responden dengan komunikasi
interpersonal sangat rendah (5,56%), terdapat 7 responden dengan komunikasi interpersonal
rendah (19,44 %), terdapat 16 responden dengan komunikasi interpersonal Sedang (44,44%),
terdapat 10 responden dengan komunikasi interpersonal Tinggi (27,78%), dan terdapat 1
responden dengan komunikasi interpersonal Sangat Tinggi (2,78%).
Variabel Work Engagement
Sangat
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat
Tinggi
N = 2
N = 6
N = 21
N = 5
N = 2
5,56 %
16,67
%
58,33
%
13,89
%
5,56 %
24,0
37,0
30,5
43,5
Berdasarkan table di atas, diketahui bahwa terdapat 2 responden dengan Work Egangement
sangat rendah (5,56%), terdapat 6 responden dengan Work Egangement rendah (16,67%),
terdapat 21 responden dengan Work Egangement Sedang (58,33%), terdapat 5 responden
dengan Work Egangement Tinggi (13,89%), dan terdapat 2 responden dengan Work
Egangement Sangat Tinggi (5,56%).
Pembahasan
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data penelitian yang telah diperoleh berada
pada sebaran data yang bersifat normal atau tidak normal. Jenis uji prasyarat ini menggunakan
teknik analisis model one- sample Kolmogrov- Smirnov (KS-Z). Pedoman yang digunakan
dalam uji normalitas adalah apabila nilai signifikansi KS-Z > 0,050 maka sebaran data
mengikuti distribusi normal. Sebaliknya, apabila nilai signifikansi KS-Z < 0,50 maka sebaran
data tidak mengikuti distribusi normal (Hadi, 2016).
Penelitian ini mengungkap bahwa terdapat hubungan yang linear antara variabel
Komunikasi Interpersonal dengan variabel Work Engagement pada populasi yang diteliti. Hasil
uji linearitas menunjukkan nilai Sig. deviation from linearity sebesar 0,117, yang lebih besar
dari nilai ambang batas yang telah ditetapkan yaitu 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa
kenaikan dalam tingkat Komunikasi Interpersonal di tempat kerja berkorelasi secara positif
dengan peningkatan work engagement karyawan secara linier. Implikasi dari temuan ini adalah
bahwa manajemen organisasi dapat mempertimbangkan pengembangan kemampuan
komunikasi interpersonal karyawan sebagai strategi untuk meningkatkan tingkat keterlibatan
mereka dalam pekerjaan. Dengan meningkatkan Komunikasi Interpersonal di antara tim dan
departemen, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih kolaboratif dan
produktif. Namun, penting juga untuk diingat bahwa hasil ini berlaku dalam konteks penelitian
ini dan faktor-faktor lain, seperti faktor situasional atau individu, mungkin juga memengaruhi
hubungan antara variabel Komunikasi Interpersonal dan Work Engagement.Oleh karena itu,
penelitian lebih lanjut yang memperluas cakupan dan mendalam ke faktor-faktor tambahan
dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang interaksi antara Komunikasi
Interpersonal dan work engagement.
Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
Komunikasi Interpersonal dengan variabel work engagement. Hasil analisis statistik
menunjukkan nilai Sig sebesar 0,004, yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan
sebesar 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara Komunikasi
Interpersonal dengan tingkat work engagement pada populasi yang diteliti. Korelasi antara
kedua variabel tersebut juga cukup tinggi, dengan nilai sebesar 0,474, menandakan hubungan
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 1, Mei 2024, page: 1-9
E-ISSN: 3031-2957
7
Dian Juliarti Bantam et.al (Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal….)
yang kuat dan positif antara kualitas komunikasi interpersonal yang dialami seseorang dengan
tingkat keterlibatan kerja yang mereka miliki.Implikasi dari temuan ini sangat penting dalam
konteks organisasi, karena menunjukkan bahwa dengan meningkatkan kualitas komunikasi
interpersonal, perusahaan dapat merangsang tingkat keterlibatan kerja karyawan, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja organisasi secara keseluruhan.Oleh
karena itu, rekomendasi untuk organisasi adalah untuk memberikan perhatian khusus pada
pengembangan keterampilan komunikasi interpersonal karyawan guna meningkatkan tingkat
work engagement yang dapat berdampak positif pada kesuksesan organisasi.
Dari distribusi responden berdasarkan tingkat komunikasi interpersonal yang terlihat dalam
tabel, dapat ditarik beberapa kesimpulan yang relevan. Mayoritas responden, yaitu 44,44%,
memiliki tingkat Komunikasi Interpersonal yang berada pada kategori sedang. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka memiliki kemampuan komunikasi
interpersonal yang cukup untuk berinteraksi dalam lingkungan sosial atau kerja. Namun
demikian, masih ada responden dengan tingkat yang lebih rendah, di mana 5,56% memiliki
komunikasi interpersonal sangat rendah dan 19,44% dengan tingkat rendah. Adanya proporsi
responden yang memiliki tingkat Komunikasi Interpersonal rendah atau sangat rendah
menunjukkan adanya potensi untuk perbaikan dalam keterampilan komunikasi interpersonal di
antara sebagian responden. Sebaliknya, 27,78% responden memiliki tingkat yang tinggi atau
sangat tinggi, menunjukkan bahwa ada individu yang memiliki kemampuan komunikasi
interpersonal yang kuat. Oleh karena itu, temuan ini dapat menjadi landasan bagi
pengembangan program pelatihan atau intervensi yang ditargetkan untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi interpersonal pada responden dengan tingkat rendah, sambil juga
mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin mendukung tingkat yang tinggi pada responden
tertentu. Dengan demikian, penelitian ini memberikan wawasan yang berguna bagi organisasi
atau lembaga pendidikan dalam merancang strategi untuk memperbaiki kualitas komunikasi
interpersonal dalam berbagai konteks kehidupan.
Dari tabel yang telah disajikan, dapat dilihat distribusi responden berdasarkan tingkat work
engagement yang mereka tunjukkan. Dari data tersebut, diketahui bahwa mayoritas responden,
yakni sebanyak 58,33%, memiliki tingkat work engagement yang tergolong sedang. Hal ini
mengindikasikan bahwa sebagian besar dari mereka terlibat dalam pekerjaan dengan tingkat
keterlibatan yang moderat. Di sisi lain, ada juga proporsi responden dengan tingkat work
engagement yang berbeda, di antaranya 5,56% dengan tingkat sangat rendah, 16,67% dengan
tingkat rendah, 13,89% dengan tingkat tinggi, dan 5,56% dengan tingkat sangat tinggi. Temuan
ini memberikan pemahaman tentang variasi dalam tingkat dedikasi dan keterlibatan responden
terhadap pekerjaan mereka.
Analisis distribusi ini dapat memberikan insight penting dalam konteks organisasi atau
lingkungan kerja. Proporsi responden dengan tingkat work engagement rendah atau sangat
rendah menunjukkan adanya kebutuhan untuk meningkatkan keterlibatan dan dedikasi kerja di
antara sebagian responden. Sebaliknya, adanya responden dengan tingkat tinggi atau sangat
tinggi menunjukkan bahwa ada faktor-faktor tertentu yang mendukung tingkat keterlibatan
yang tinggi dalam pekerjaan. Dengan memahami distribusi ini, organisasi dapat merancang
program-program yang sesuai untuk meningkatkan tingkat work engagement pada responden
dengan tingkat rendah, sambil juga mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung tingkat
tinggi pada responden tertentu.
Dalam kesimpulannya, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini
menunjukkan tingkat work engagement yang sedang. Meskipun demikian, ada variasi dalam
tingkat work engagement responden, dengan adanya yang rendah, tinggi, serta sangat rendah
dan sangat tinggi. Temuan ini menyoroti pentingnya pengelolaan dan pengembangan work
engagement di lingkungan kerja. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang tingkat
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 1, Mei 2024, page: 1-9
E-ISSN: 3031-2957
8
Dian Juliarti Bantam et.al (Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal….)
keterlibatan karyawan, organisasi dapat merancang strategi yang lebih efektif untuk
meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja karyawan secara keseluruhan, sekaligus menciptakan
lingkungan kerja yang lebih produktif dan memotivasi.
4. Kesimpulan
Dalam penelitian ini, dilakukan uji normalitas untuk menentukan sebaran data komunikasi
interpersonal dan work engagement. Hasilnya menunjukkan data cenderung mengikuti
distribusi normal, sesuai dengan nilai signifikansi KS-Z yang diperoleh. Temuan utama dari
penelitian adalah adanya hubungan yang linear antara komunikasi interpersonal dan work
engagement. Analisis statistik menunjukkan nilai Sig yang lebih kecil dari tingkat signifikansi
yang ditetapkan, menandakan hubungan yang signifikan dan kuat antara kedua variabel
tersebut. Implikasi dari hasil ini sangat penting bagi manajemen organisasi, di mana disarankan
untuk mempertimbangkan pengembangan kemampuan komunikasi interpersonal karyawan
sebagai strategi untuk meningkatkan keterlibatan kerja. Selain itu, dari distribusi responden
berdasarkan tingkat komunikasi interpersonal dan work engagement, ditemukan mayoritas
responden memiliki tingkat sedang. Namun, variasi dalam tingkat tersebut memberikan
indikasi bahwa ada potensi perbaikan dalam keterampilan komunikasi interpersonal di antara
sebagian responden. Sementara itu, analisis distribusi work engagement menunjukkan
kebutuhan untuk meningkatkan keterlibatan dan dedikasi kerja pada sebagian responden. Oleh
karena itu, rekomendasi untuk organisasi adalah memberikan perhatian khusus pada
pengembangan keterampilan komunikasi interpersonal dan merancang program yang sesuai
untuk meningkatkan work engagement, sekaligus mengidentifikasi faktor-faktor pendukung
tingkat keterlibatan yang tinggi. Dengan demikian, penelitian ini memberikan wawasan yang
berguna bagi organisasi dalam merancang strategi yang efektif untuk meningkatkan kinerja dan
kepuasan kerja karyawan, serta menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan memotivasi.
5. Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut dalam penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat
diambil. Pertama, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan yang menggali faktor-faktor
tambahan yang memengaruhi hubungan antara komunikasi interpersonal dan work
engagement. Studi ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika
kompleks di balik keterlibatan kerja karyawan. Selanjutnya, sebuah studi kasus yang mendalam
di berbagai organisasi akan memberikan gambaran praktis tentang bagaimana pengembangan
kemampuan komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi tingkat keterlibatan kerja. Melalui
penelitian ini, praktik terbaik dan strategi yang efektif dapat diidentifikasi. Eksperimen
pengembangan keterampilan komunikasi interpersonal juga dapat dilakukan pada kelompok
responden dengan tingkat yang rendah untuk mengevaluasi metode pelatihan yang paling
efektif. Selain itu, studi komparatif antara sektor industri dapat memberikan wawasan yang
berharga tentang bagaimana hubungan antara komunikasi interpersonal dan work engagement
berbeda di berbagai konteks kerja. Disarankan juga untuk melakukan survei tentang kepuasan
kerja karyawan secara bersamaan dengan tingkat work engagement untuk memahami
hubungan yang lebih komprehensif. Terakhir, pengembangan model konseptual yang
mengintegrasikan konsep-konsep tersebut dalam kerangka kerja yang komprehensif akan
menjadi landasan yang kuat untuk penelitian masa depan. Dengan melanjutkan penelitian
dalam arah-arahan ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam dan
panduan praktis bagi organisasi dalam meningkatkan keterlibatan dan produktivitas karyawan
mereka.
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 1, Mei 2024, page: 1-9
E-ISSN: 3031-2957
9
Dian Juliarti Bantam et.al (Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal….)
6. Daftar Pustaka
Aristya, D., Istiq’faroh, N., & Hendratno. (2023). Meningkatkan kemandirian siswa SD melalui
pembelajaran metode montesorri. Jurnal Ilmu Sosial Dan Budaya Indonesia, 1(2), 51-57.
https://doi.org/10.61476/8tmnst19
Astuti, D., & Dhania, D. R. (2022). Work engagement ditinjau dari psychological well-being dan
komunikasi interpersonal. Collabryzk Journal for Scientific Studies, 1(1), 37-48.
Bakker, Arnold B & Leiter, Michael P. (2010). Work engagement: A handbook of essential
theory and research. New York: Psychology Press
Dewinda, H. R., & Annisa, H. (2019). Hubungan antara Komunikasi Interpersonal dengan
Organizational Citizenship Behavior pada Karyawan Departemen Sumber Daya Manusia
PT. Semen Padang. Psyche 165 Journal, 202-209.
Jadidah, I. T., Lestari , U. M., Smanah Fatiha, K. A., Riyani, R., Neli, & Wulandari, C. A.
(2023). Analisis maraknya judi online di Masyarakat. Jurnal Ilmu Sosial Dan Budaya
Indonesia, 1(1), 20-27. https://doi.org/10.61476/8xvgdb22
Kahn, W. A. (1990). Psychological conditions of personal engagement and disengagement at
work, Academy of Management Journal, 33(4).
Mardiyanti, L. R., Ramadhan, I., & Kurnia, H. (2023). Profil melayu Sambas dalam konteks
asal-usul, tradisi dan budaya di Kalimantan Barat. Jurnal Ilmu Sosial Dan Budaya
Indonesia, 1(1), 1-9. https://doi.org/10.61476/js62h161
Muhayyang, M., Sunra, L., Ariyani, A., & Talib, A. (2023). PENGEMBANGAN
KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANGGOTA PMR MAN
PANGKEP. PEDAMAS (PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT), 1(04), 988-995.
Pratami, R. P. (2021). Pengaruh kepuasan Kerja dan stress kerja terhadap work engagement
karyawan di masa pandemi covid 19. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial,
8(6), 1735-1743.
Sahrah, A. S. (2016). Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Hubungan Antara Komunikasi
Interpersonal Dengan Employee Engagement Pada Karyawan PT.POS INDONESIA
(Persero).
Salim, C., Firdaus, A. I., & Saputra, N. (2020). Pengaruh digital engagement dan gamifikasi
terhadap work engagement karyawan yang bekerja di Jakarta dan Tangerang. Jurnal
Akuntansi, Keuangan, Dan Manajemen, 1(4), 265-286.
Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta, CV.
Syafitri, R. A., & Iryanti, E. (2022). Pengaruh Disiplin Kerja dan Kepuasan Kerja Melalui Work
Engagement Terhadap Kinerja Karyawan Kantor Pos Cabang Utama Surabaya 60000.
Management Studies and Entrepreneurship Journal (MSEJ), 3(5), 2620-2627.
Zalfa, K., & Fatmasari, F. Pengaruh Kecemasan terhadap Kemampuan Komunikasi
Interpersonal Siswa MA Ma’arif NU Cimanggu.