Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 49-60
E-ISSN: 3025-9843
49
Komang Sulis Setiawati et.al (Penilaian Tingkat Kognitif Siswa….)
Penilaian Tingkat Kognitif Siswa Kelas VII-1 SMPN
3 Mataram Berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom
dalam Pembelajaran Proyek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila (P5)
Komang Sulis Setiawati
a,1
, Siti Ariani
b,2
, Mardiana Noviantari
c,3
, Ni Made Ayu Amanda Indriani
Putri
d,4
, Jayadin
e,5
, Edy Herianto
f,6
a,b,c,d,e
Mahasiswa Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62, Mataram 83115, Indonesia
f
Dosen Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62, Mataram 83115, Indonesia
1
suliskomang@gmail.com;
2
arianisitiariani@gmail.com;
3
mardiana961@gmail.com;
4
aamndaptriii20@gmail.com;
5
jayadin2023@gmail.com;
6
edyherianto.fkipunram@gmail.com*
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 24 Maret 2024
Direvisi: 27 April 2024
Disetujui: 30 Mei 2024
Tersedia Daring: 14 Juni 2024
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kognitif siswa kelas Vll-1
SMPN 3 Mataram berdasarkan revisi taksonomi Bloom dalam pembelajaran
P5. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Data
yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran P5 yang
dilaksanakan kelas Vll-1 yang memilih tema gaya hidup berkelanjutan
dengan tema khusus mengubah sampah menjadi berkah. Untuk
merealisasikan proyek tersebut ada empat tahapan yang dilakukan yaitu
temukan adalah mengenalkan dan mendiskusikan isu terkait permasalahan
sampah di sungai dan pantai, bayangkan adalah tahap merenungkan
mengenai sampah, lakukan adalah tahap action siswa membuat karya dari
sampah, serta bagikan adalah tahap terakhir dengan mengadakan pameran
karya dan evaluasi proyek.
Kemampuan siswa kelas Vll-1 pada ranah
kognitif meliputi tingkat (a) pengetahuan, siswa memberikan jawaban yang
sama dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terkait sampah (b)
pemahaman, siswa memberikan pendapat yang berbeda-beda dalam tugas
diagram ven (c) penerapan, siswa menerapkan langkah-langkah membuat
sampah menjadi produk yang berguna (d) analisis, siswa menguraikan
secara jelas dan runtut tentang pemilahan sampah (e) evaluasi, siswa
mengadakan pameran karya dan refleksi proyek (f) mencipta, siswa
menghasilkan produk dari dari daur ulang sampah. Hasil belajar siswa
menunjukkan bahwa tingkat mencipta siswa kelas Vll-1 berada pada level
yang cukup tinggi karena mampu menghasilkan output dalam pembelajaran
P5 yang berupa karya-karya kerajinan dari sampah diantaranya busana
kresek, busana karung, piring dari gelas ale-ale, vas bunga, tas plastik, dan
hiasan lampu.
Kata Kunci:
Pembelajaran P5
Siswa Kelas VII-1
Kognitif
Proyek
ABSTRACT
Keywords:
P5 Learning
Students of Grades VII-1
Cognitive
Project
This study aims to determine the cognitive level of students in class Vll-1
SMPN 3 Mataram based on the revision of Bloom's taxonomy in P5 learning.
This study uses a type of descriptive qualitative research. The data used are
primary data and secondary data. The data collection techniques in this
study are observation, interviews and documentation. The results of this
study show that the P5 learning carried out by class Vll-1 chose the theme
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 2, No. 1 Juni 2024, page: 49-60
E-ISSN: 3025-9843
50
Komang Sulis Setiawati et.al (Penilaian Tingkat Kognitif Siswa….)
of sustainable lifestyle with a special theme of turning waste into blessings.
To realize the project, there are four stages that are carried out, namely
discovering is introducing and discussing issues related to waste problems
in rivers and beaches, imagine is the stage of contemplating about waste,
doing is the action stage of students making works from waste, and
distributing is the last stage by holding work exhibitions and project
evaluations. The abilities of students in class Vll-1 in the cognitive domain
include the level of (a) knowledge, students give the same answers to
questions given related to waste (b) understanding, students give different
opinions in the diagram task (c) application, students apply steps to make
waste into useful products (d) analysis, students describe clearly and
concisely about waste sorting (e) evaluation, Students hold an exhibition of
works and reflection projects (f) create, students produce products from
recycled waste. The students' learning results showed that the level of
creating students in class Vll-1 was at a fairly high level because it was able
to produce outputs in P5 learning in the form of handicrafts from waste
including cracker clothes, sack clothes, plates from ale-ale glasses, flower
vases, plastic bags, and lamp decorations.
©2024, Komang Sulis Setiawati, Siti Ariani, Mardiana Noviantari,
Ni Made Ayu Amanda Indriani Putri, Jayadin, Edy Herianto Herianto
This is an open access article under CC BY-SA license
1.
Pendahuluan
Pendahuluan Menurut Abin Syamsuddin dalam (Ujang, 2016)menyatakan pendidikan
dalam konteks umum mencakup segala aspek kehidupan dan pergaulan seseorang dalam
kehidupannya, baik itu dalam situasi resmi ataupun tidak resmi. Tujuan utamanya adalah untuk
memungkinkan setiap individu mencapai potensinya secara optimal sesuai dengan tahapan
perkembangannya, menuju kedewasaan tertentu. Secara lebih sederhana, pendidikan dikatakan
sebagai pemberian bantuan untuk pelajar guna mengembangkan potensi mereka masing-masing.
Dalam konteks yang lebih sempit, pendidikan dapat dipahami sebagai proses transfer
pengetahuan yang melibatkan interaksi antara guru dan murid, atau dalam istilah lain, interaksi
belajar-mengajar, yang secara formal dikenal sebagai pengajaran. Pendidikan, baik dari
perspektif luas maupun praktis, bertujuan untuk mengembangkan potensi individu secara
holistik. Bloom mengidentifikasi tiga ranah perkembangan individu: kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Penting untuk memastikan bahwa ketiga ranah ini berkembang seimbang karena
saling memengaruhi dalam proses perkembangan individu. Fokus pada ranah kognitif menjadi
prioritas dalam pendidikan sebagai bagian dari pengembangan keseluruhan individu.
UNESCO (2012) menyampaikan bahwa dalam Program Pengkajian Siswa Internasional
tahun 2009 di 65 negara, Indonesia menempati peringkat ke-13 dengan hasil terendah dalam
membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan (OECD, 2009). Persentase siswa di Indonesia
yang kesulitan memahami pelajaran terus meningkat dari tahun ke tahun, mencapai 78% pada
tahun 2012. (Mery et al., 2022). Kurangnya interaksi dalam membangun relasi diantara guru dan
siswa menjadi penyebab utama rendahnya hasil belajar kognitif siswa. (Iska & Ria, 2020).
Penelitian oleh Karim et al, (2017) menunjukkan bahwa proses pembelajaran cenderung hanya
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, bukan mengaktifkan siswa sebagai konstruktor
dalam pembelajaran. Selain itu, dalam kegiatan belajar, siswa lebih fokus pada hasil akhir
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 2, No. 1 Juni 2024, page: 49-60
E-ISSN: 3025-9843
51
Komang Sulis Setiawati et.al (Penilaian Tingkat Kognitif Siswa….)
daripada proses pemahaman, menyebabkan pencapaian perkembangan kognitif yang belum
optimal. (Heti, 2021). Akibatnya, siswa tidak memahami makna teori yang mereka hafal. Hal ini
mengakibatkan rendahnya kemampuan kognitif anak yang membuat ilmu yang didapatkannya
di sekolah semata sebagai bentuk formalitas tanpa memberikan implikasi yang besar bagi peserta
didik.
Perubahan dalam bidang pendidikan secara terus-menerus menuntut adaptasi kebijakan
dan penyempurnaan kurikulum pada semua tingkatan pendidikan, dengan tujuan meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia, dimulai dari tingkat pendidikan dini. Sebagai respons terhadap
tuntutan tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) mengeluarkan Kurikulum Merdeka dengan inovasi berupa Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) pada tahun 2021. Tujuan dari kurikulum nasional ini
adalah menghasilkan lulusan yang berkualitas dengan kompetensi yang lebih baik, terutama
dalam pengembangan keterampilan abad ke-21, dengan fokus pada aspek kognitif peserta didik.
Sebelumnya penelitian mengenai kemampuan kognitif anak telah banyak diteliti oleh
peneliti diantaranya penelitian yang diteliti oleh Yuberti (2015). Pada aspek kognitif kemampuan
yang dimiliki terdiri atas cara berpikir yang diterima oleh akal dan proses memperoleh informasi
serta ilmu pengetahuan. Aspek kognitif meliputi enam tingkatan berdasarkan revisi taksonomi
Bloom yaitu mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4),
mengevaluasi (C5), dan membuat atau mencipta (C6). (Mery et al., 2022). Syah (2015)
menjelaskan istilah kognitif dari asal kata cognition yang sama dengan knowing (mengetahui).
Dalam perjalanannya, aspek kogntif merupakan domain psikis manusia yang timbul atas kinerja
mental yang berkaitan dengan proses memahami, menganalisis, mengolah, dan memecahkan
masalah. (Teguh et al., 2018). Jadi aspek kognitif terletak pada otak yang mengontrol bagian
kejiwaan sehingga ranah afektif dan ranah psikomotor dapat berjalan. Hardianti (2018) dalam
(Nabilah et al., 2020) menjelaskan bahwa untuk melihat hasil capaian belajar dan level
kemampun setiap siswa, penting bagi guru menilai dari segi kognitif mereka. Ini berguna bagi
guru untuk mengerti seberapa jauh tingkat kognitif siswa dan mencapai potensi maksimal
mereka, serta membangun paradigma siswa dalam menciptakan ide-ide yang baru. Diharapkan,
penilaian ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kognitif siswa kelas
VII-1 SMPN 3 Mataram berdasarkan revisi taksonomi Bloom dalam pembelajaran Proyek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang diketahui bahwa menurut observasi yang kami
lakukan, SMPN 3 Mataram telah menerapkan kurikulum merdeka belajar yang menempatkan
P5 sebagai mata pelajaran berbasis praktik projek. Meskipun P5 ini masih baru diterapkan, tetapi
tenaga pengajar konsisten memberikan pembelajaran P5 kepada peserta didik yang bertujuan
mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang memberikan kesempatan untuk
belajar dengan fleksibel dan terlibat langsung dengan lingkungan sekitar. Proyek Penguatan
Profil Pancasila merupakan program inovatif mandiri yang bertujuan untuk memberikan
pengalaman nyata dalam penerapan nilai-nilai luhur Pancasila melalui kegiatan proyek di
sekolah. Integrasi P5 ke dalam pendidikan diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang siap
menghadapi tantangan masa depan, memiliki pengetahuan praktis, berakhlak mulia, dan dapat
berperan penting dalam pembangunan negara. (Mursidawati, 2023). Kegiatan P5 disusun
berbasis proyek untuk menguatkan pencapaian kompentensi terutama kognitif anak dan karakter
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 2, No. 1 Juni 2024, page: 49-60
E-ISSN: 3025-9843
52
Komang Sulis Setiawati et.al (Penilaian Tingkat Kognitif Siswa….)
yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila terutama berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL).
2.
Metode
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Sukmadinata
dalam (Agnesh & Babang, 2023) penelitian kualitatif deskriptif merupakan jenis penelitian yang
didapat dari peristiwa-peristiwa nyata yang menggambarkan tentang suatu kondisi secara apa
adanya yang dituangkan dalam bentuk tulisan-tulisan. Tempat penelitiannya yaitu di SMPN 3
Mataram yang berlokasi di Jalan Niaga No.39, Ampenan Tengah, Kecamatan. Ampenan, Kota
Mataram, Nusa Tenggara Barat. Sekolah ini adalah sekolah yang sudah terakreditasi A dan
menggunakan kurikulum merdeka belajar. Waktu penelitian dilaksanakan hari Sabtu pukul 09.00
WITA yang merupakan jadwal pembelajaran P5 kelas VII-1 SMPN 3 Mataram sehingga dapat
dilakukan observasi saat itu juga. Subyek dan informan penelitian adalah para guru yang
berperan sebagai fasilitator, koordinator dan pembimbing dalam pembelajaran P5 serta siswa
kelas Vll-1 SMPN 3 Mataram karena masalah penelitian yang diangkat berkaitan dengan
penilaian dalam pembelajaran sehingga guru dan siswa menjadi subyek penelitian sebagai
sumber informasi. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer ini
bersumber langsung dari pengamatan di lapangan dan wawancara dengan subjek dan informan
yang diteliti. Data sekunder diperoleh dari sumber kepustakaan yang digunakan sebagai dasar
untuk menyusun isi laporan berdasarkan permasalahan yang diteliti. Selain itu data sekunder
berupa laporan penilaian, arsip dan dokumentasi yang didapatkam dari informan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan panca indra
disertai dengan pencatatan secara perinci terhadap obyek penelitian. (Anggy et al., 2021).
Wawancara merupakan pertemuan dengan informan untuk memperoleh informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat didapatkan jawaban yang relavan dengan permasalahan
yang dikaji. Dokumentasi merupakan pengumpulan dokumen-dokumen berdasarkan sumber
informasi yang tersimpan baik berupa tulisan, gambar atau arsip dokumen. Beberapa instrumen
yang diperoleh dari penelitian berasal dari modul ajar P5, asesmen diagnostik, asesmen formatif,
asesmen sumatif, lembar observer dan lembar penilaian peserta didik. Instrumen penelitian
menjadi landasan kami meneliti guna memperoleh hasil akhir penelitian. Teknik analisis data
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang terrdiri atas pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Data kualitatif adalah data informasi yang
berupa lisan, tulisan, gambar atau dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan
menentukan dan memperoleh hasil perkembangan kognitif dari lembar penilaian peserta didik
dan aktivitas dalam pembelajaran P5. Pengumpulan data adalah mencari data dari permasalahn
yang diteliti. Reduksi data yaitu meringkas informasi terkait perkembangan kognitif anak dan
pembelajaran P5. Penyajian data adalah menceritakan proses permasalahan sesuai keadaan yang
nyata ditemukan. (Siona & Rustand, 2023). Verifikasi data adalah membuat poin Kesimpulan
dari data dan informasi yang diperoleh.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 2, No. 1 Juni 2024, page: 49-60
E-ISSN: 3025-9843
53
Komang Sulis Setiawati et.al (Penilaian Tingkat Kognitif Siswa….)
3.
Hasil dan Pembahasan
Alur Aktivitas Pembelajaran P5
Pembelajaran P5 menggunakan pendekatan berbasis proyek (Project Based Learning),
berbeda dengan pembelajaran berbasis proyek pada program khusus di sekolah. Pada P5, siswa
mempunyai kesempatan belajar dalam situasi yang tidak formal, lingkungan belajar yang
fleksibel, dan terlibat langsung dengan lingkungan sekitar. Menurut Dewi dalam (Alsin, 2023)
sekolah memanfaatkan pembelajaran berbasis proyek ini untuk memperoleh kemampuan peserta
didik dalam mengembangkan profil pelajar Pancasila. Dengan adanya pembelajaran berbasis
proyek sebagai wujud menguatkan profil pelajar Pancasila beberapa kelebihan yang diperoleh
peserta didik diantaranya meningkatkan kreativitas yang tinggi dalam berpikir, berkolaborasi
dengan baik diantara sesama siswa yang lain, daya pikir yang kritis dalam memecahkan masalah.
Faktanya terdapat penelitian-penelitian terdahulu yang relavan bahwa pembelajaran berbasis
proyek membawa perubahan yang lebih baik berupa peningkatan kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotorik. Meningkatnya kemampuan siswa ini dialami pada jenjang SD sampai pada
tingkat perguruan tinggi. Kegiatan P5 yang dilaksanakan kelas Vll-1 yang berjumlah 30 orang
siswa dengan mengambil tema gaya hidup berkelanjutan yang memiliki tema lebih khusus lagi
yaitu mengubah sampah menjadi berkah. Satu tema ini diselesaikan selama satu semester atau
enam bulan setiap satu kali seminggu pada hari Sabtu. Proyek ini memilik empat tahapan antara
lain temukan, bayangkan, lakukan, dan bagikan. Dengan adanya P5 peserta didik diharapkan
dapat mengembangkan tiga dimensi profil pelajar Pancasila, yaitu dimensi beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia dengan elemen menjaga lingkungan alam sekitar,
dimensi bergotong royong dengan elemen kerja sama serta dimensi kreatif dengan elemen
menghasilkan karya dan tindakan yang orisinil. Sebelum pelaksanaan proyek terdapat hal-hal
yang dilakukan: 1) menyiapkan sarana serta prasarana sekolah yang mendukung proyek, seperti
ruangan menyimpan produk proyek yang masih dalam proses 2) bekerja sama dengan pihak-
pihak kompeten yang untuk memberikan masukan, rekomendasi, hingga mendampingi dalam
pelaksanaan proyek, seperti tempat pengolahan sampah 3) berkomunikasi dengan orang tua
tentang pentingnya proyek ini dan bagaimana mereka dapat memberikan bantuan di rumah 4)
membentuk iklim belajar yang nyaman dan terbuka akan berbagai ide baru serta proses yang
perlu ditempuh dalam mewujudkannya.
Temukan
Ada dua rangakaian kegiatan yaitu: (1) pengenalan, pada tahap ini siswa mengenali
permasalahan sampah yang ada di sungai dan pantai yang bertujuan membangkitkan kesadaran
siswa akan topik pembahasan dimulai dengan menunjukan foto-foto sampah kepada siswa
kemudian siswa diminta membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari 4-5 orang. Guru
memberi beberapa pertanyaan terbuka tentang foto sehingga anak-anak berdiskusi dalam
kelompok mengenai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Setiap kelompok dapat
menuangkan hasil diskusi mereka di lembaran dan mempresentasikannya. Setelah semua
kelompok melakukan presentasi, jawaban peserta didik menjadi tolak ukur perkembangan
pemahaman di akhir proyek nanti
(2) diskusi isu, isu yang dibahas adalah kebiasaan masyarakat
yang membuang sampah di sungai dan pantai. Tujuan diadakannya diskusi isu untuk menuntun
siswa menemukan koneksi antara kebiasaan masyarakat yang sering membuang sampah di
sungai dan di pantai. Siswa dibagi menjadi dua grup yaitu grup A dan B, grup A bertugas untuk
membaca artikel tentang kebiasaan masyarakat membuang sampah di sungai dan masalah yang
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 2, No. 1 Juni 2024, page: 49-60
E-ISSN: 3025-9843
54
Komang Sulis Setiawati et.al (Penilaian Tingkat Kognitif Siswa….)
ditimbulkan, lalu mengekspresikan pengetahuan yang didapat melalui peta pikiran. Anak
dipastikan setidaknya berpartisipasi menyumbangkan hasil pikirannya dalam peta pikiran
kelompok. Disaat yang sama, grup B bertugas untuk membaca artikel tentang kebiasaan
masyarakat membuang sampah di pantai dan sumber permasalahannya, lalu mengekspresikan
pengetahuan yang didapat melalui peta pikiran. Ketentuan untuk grup A juga berlaku untuk grup
B. Setelah 45 menit, masing-masing grup perlu menjelaskan peta pikiran masing-masing. Setelah
itu masing-masing grup menempatkan peta pikirannya dalam diagram venn kosong yang sudah
guru buat di papan tulis. Guru kemudian menanyakan hubungan antara kebiasaan masyarakat
yang sering membuang sampah di sungai dan di pantai. Setiap siswa yang menjawab dapat
menuliskan pendapatnya di bagian irisan diagram venn yang terdapat di papan tulis. Seluruh
jawaban siswa tentang kebiasaan masyarakat yang membuang sampah dianggap sebagai
kesimpulan yang valid atas hubungan dua variabel tersebut.
Bayangkan
Pada tahap bayangkan, siswa dibimbing dalam menggali permasalahan di lingkungan
sekitar yang terkait dengan topik pembahasan. Siswa diminta untuk merenungkan beberapa
permasalahan dari yang pertama tentang sampah yang ada di sekitar mereka. Hal ini bertujuan
menghubungkan topik pembahasan dengan kehidupan siswa. Guru membuka kelas dengan
pertanyaan, sampah apa saja yang kira-kira ada disekitar kita. Setelah siswa bergantian
menjawab, guru dapat memberikan lembar kerja dan menjelaskan cara pengisian tugas rumah
tersebut serta apa yang akan dilakukan dengan hasil pengumpulan data tersebut. Setelah itu guru
meminta masing-masing siswa memilah sampah organik dan anorganik. Satu per satu dituliskan
dengan deskripsi detail. Masing-masing siswa menghitung berapa banyak sampah mereka
menurut lembar kerja yang telah mereka isi. Di pertemuan berikutnya, guru akan mengumpulkan
pekerjaan rumah tersebut lalu menjumlahkan semua sampah anak di papan tulis untuk memberi
gambaran betapa banyaknya sampah yang dihasilkan dari satu kelas saja. Siswa kemudian diajak
memproyeksikan, berapa kali lipat sampah yang dihasilkan seluruh orang di dunia per tahun.
Yang kedua siswa diminta merenungkan siapa saja yang bertanggung jawab atas permasalahan
sampah yang menumpuk di sungai dan pantai guna memaparkan informasi tentang pihak yang
bertanggung jawab atas sampah. Guru membuka kelas dengan mengumpulkan pekerjaan rumah
sesi sebelumnya lalu menjumlahkan semua sampah anak di papan tulis untuk memberi gambaran
betapa banyaknya sampah yang dihasilkan dari satu kelas saja. Siswa kemudian diajak
memproyeksikan, berapa kali lipat sampah yang dihasilkan seluruh orang di dunia per tahun.
Guru membagi murid dalam 2 kelompok. Masing-masing kelompok diberikan satu artikel untuk
memahami isi artikel, anggota kelompok dapat berdiskusi untuk mengkonfirmasi pemahaman
masing-masing saat membaca artikel kemudian membuat catatan kecil tentang poin-poin penting
yang mereka sepakati. Setiap kelompok mengemukakan pemahaman mereka akan artikel
tersebut kepada kelompok lain. Ketiga, siswa diminta merenungkan kemana sampah-sampah
akan bermuara untuk memaparkan informasi tentang kemanakah sampah tersebut sesungguhnya
pergi. Setelah siswa bergantian menjawab pertanyaan tersebut, guru dapat menekankan bahwa
kegiatan kali ini akan berfokus untuk mengetahui kemana sampah akan bermuara. Siswa diajak
menonton video bersama dengan menggunakan metode popcorn (murid secara bergiliran
mengatakan pop) sebelum murid mengutarakan pendapat tentang isi video. Keempat, siswa
diminta merenungkan apa yang terjadi jika sampah tidak dikelola untuk memberikan
pengalaman nyata tentang sampah jika tidak dikelola. Siswa diajak melakukan tur di TPA yang
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 2, No. 1 Juni 2024, page: 49-60
E-ISSN: 3025-9843
55
Komang Sulis Setiawati et.al (Penilaian Tingkat Kognitif Siswa….)
dipandu oleh narasumber. Siswa lalu ditugaskan meringkas dari kunjungan belajar yang telah
dilakukan. Kelima, merenungkan bagaimana cara mengolah sampah menjadi sesuatu yang
berguna untuk memaparkan informasi tentang pengelolaan sampah. Seperti biasa guru membuka
kelas dengan mengulas kegiatan terakhir dan memberi pertanyaan pemantik lalu menampilkan
video tentang pengelolaan sampah. Proyektor dan laptop dapat digunakan sebagai alat
pendukung. Peserta didik diberi waktu untuk bertanya serta memberi pernyataan. Kemudian guru
mengadakan kuis kecil dan peserta didik akan mendapatkan reward khusus jika berhasil
menjawab pertanyaan.
Lakukan
Pada tahap lakukan, siswa mewujudkan kontribusi berproyek mereka melalui aksi nyata.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pertama, mengumpulkan sampah
organik dan anorganik di lingkungan sekitar sekolah tujuannya agar peserta didik melakukan
aksi konkret dalam usaha pengelolaan sampah. Di awal kegiatan guru membagi peserta didik
menjadi kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Setiap kelompok diminta untuk
mengumpulkan sampah di lingkungan sekolah. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk
menjelaskan sampah apa saja yang mereka kumpulkan. Guru memberikan contoh pemilahan
sampah berdasarkan kategori organik dan anorganik. Masing-masing kelompok diminta untuk
memilah barang yang mereka kumpulkan ke dalam kategori yang telah ditentukan. Kedua, proses
mengubah sampah menjadi sesuatu yang berguna yang bertujuan melakukan aksi nyata
pengelolaan sampah. Setelah membuka kelas dengan penjelasan singkat kegiatan kemudian
Guru membagi murid kedalam kelompok beranggotakan 4-5 orang. Masing-masing kelompok
bertugas mendaur ulang sampah. Ketiga, produksi daur ulang produk sampah, kelompok yang
sudah dibentuk beranggotakan 4-5 orang diminta berdiskusi proses daur ulang sampah apa yang
akan mereka lakukan dan produk apa yang akan dihasilkan. Perwakilan kelompok secara
bergiliran memilih sampah yang akan di daur ulang dan mulai memproduksi sampah daur ulang.
Guru berkeliling untuk bertanya dan melakukan pengecekan pekerjaan peserta didik.
Gambar 1. Produksi Daur Ulang Sampah
Bagikan
Proses membagikan karya serta melangsungkan evaluasi dan refleksi diadakan dalam
tahap ini. Adapun kegiatannya pertama melakukan persiapan pameran sekolah bertema
mengubah sampah menjadi berkah. Di sini peserta didik diajak mempersiapkan detall pameran;
mendekorasi ruang kelas, menata barang pameran, membuat dan mengirimkan undangan kepada
beberapa pihak. Mereka juga diperbolehkan menambahkan detail lainnya yang perlu
dipersiapkan. Dalam menyelesaikan tugas-tugas yang disebutkan di atas peserta didik dibagi
beberapa kelompok. Kedua, menjalankan pameran sekolah bertemakan mengubah sampah
menjadi berkah. Dalam hal ini peserta didik menata hasil kerja mereka di ruangan pameran
kemudian membuka pameran untuk para tamu undangan (kepala sekolah, guru, orang tua murid,
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 2, No. 1 Juni 2024, page: 49-60
E-ISSN: 3025-9843
56
Komang Sulis Setiawati et.al (Penilaian Tingkat Kognitif Siswa….)
OSIS, dan masyarakat sekitar) setelah pameran ditutup pemberian ucapan terimakasih untuk
hadirin yang ikut berpartisipasi. Ketiga, melakukan proses refleksi atas rangkaian kegiatan yang
telah dilakukan dimulai dengan guru menuliskan di papan tulis pertanyaan refleksi tentang
proyek yang telah dilakukan. Kemudian guru memberikan arahan pengisian lembar refleksi yang
akan diberikan agar peserta didik memahami dengan baik masing-masing pertanyaan di atas.
Siswa diberi waktu untuk mengisi lalu mengumpulkan lembar refleksi kepada guru setelah itu
guru memberikan evaluasi kerja sama kelompok.
Kemampuan Peserta Didik pada Ranah Kognitif dari C1 - C6 Berdasarkan Revisi
Taksonomi Bloom
Pengetahuan (C1)
Untuk menguji tingkat pengetahuan siswa kelas Vll-1 dimulai dengan menunjukan foto-
foto sampah kepada siswa kelompok yang sudah dibentuk diberi pertanyaan mengenai foto
tersebut. Hasil jawaban mereka dituangkan dalam bentuk lembaran dan dipresentasikan. Hasil
jawaban yang diberikan oleh siswa hampir sama karena pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
merupakan pertanyaan umum yang bisa dijawab dengan mudah oleh siswa seperti pertanyaan
berikut, Apa yang kamu lihat di dalam foto? Mengapa hal itu bisa terjadi? Langkah apa yang
perlu dilakukan untuk mengatasi hal tersebut? Apakah kamu sudah mendapatkan gambaran topik
pembahasan kali ini? Mengingat adalah bentuk adanya pengetahuan dari kemampuan individu
dalam memori jangka panjangnya. (Fuldiaratman et al., 2015)
.
Mengingat merupakan proses
berpikir yang paling rendah. Ketika mengingat informasi atau ilmu pengetahuan seseorang hanya
akan memberikan penjelasan yang sama dari yang ia terima sebelumnya sehingga jawabannya
pasti tungal yaitu hampir sama dengan jawaban yang diperolehnya.
Pemahaman (C2)
Untuk melihat perkembangan pemahaman siswa kelas Vll-1 siswa dibagi menjadi dua grup
yaitu grup A dan B. Kedua kelompok diminta untuk membaca artikel tentang kebiasaan
masyarakat membuang sampah di sungai dan masalah yang ditimbulkan kemudian
mengekspresikan pengetahuan yang didapat melalui peta pikiran, masing-masing grup perlu
menjelaskan peta pikiran masing-masing dalam diagram venn kosong yang sudah guru buat di
papan tulis. Guru kemudian menanyakan hubungan antara kebiasaan masyarakat yang sering
membuang sampah di sungai dan di pantai. Setiap siswa yang menjawab yang dituliskan
pendapatnya di bagian irisan diagram venn yang terdapat di papan tulis. Dari semua jawaban
siswa memperlihatkan hasil yang heterogen sebab guru mendorong semua anak untuk
menambahkan hal yang berbeda/baru dalam peta pikiran sehingga memunculkan pendapat yang
berbeda-beda dari setiap jawaban yang diberikan oleh siswa.
Penerapan (C3)
Pada tingkat ini siswa sudah mulai menerapkan langkah-langkah proyek P5 dalam kegiatan
daur ulang sampah, seperti mengumpulkan sampah, memilah berdasarkan jenis, membersihkan,
dan membuat produk baru (misalnya tas, tempat pensil, atau hiasan dinding). Siswa juga dapat
menggunakan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses daur ulang sampah secara tepat dan
aman, seperti gunting, lem, cat, dan kain dan mempraktikkan keterampilan-keterampilan yang
dibutuhkan dalam proyek daur ulang sampah, seperti kreativitas dalam mendesain produk, kerja
sama dalam kelompok, dan pemecahan masalah saat menghadapi kendala dengan bantuan dan
koordinasi dari guru yang berperan sebagai koordinator dan fasilitator.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 2, No. 1 Juni 2024, page: 49-60
E-ISSN: 3025-9843
57
Komang Sulis Setiawati et.al (Penilaian Tingkat Kognitif Siswa….)
Analisis (C4)
Dalam hal mengetahui tingkat analisis dapat dilihat dari aktivitas guru membagikan lembar
kerja dan menjelaskan cara pengisian tugas rumah tersebut serta apa yang akan dilakukan dengan
hasil pengumpulan data tersebut. Setelah itu guru meminta masing-masing siswa memilah
sampah organik dan anorganik. Satu per satu dituliskan dengan deskripsi detail serta
menguraikan secara jelas dan runtut. Masing-masing siswa menghitung berapa banyak sampah
mereka menurut lembar kerja yang telah mereka isi. Di pertemuan berikutnya, guru akan
mengumpulkan pekerjaan rumah tersebut lalu menjumlahkan semua sampah anak di papan tulis
untuk memberi gambaran betapa banyaknya sampah yang dihasilkan dari satu kelas saja. Siswa
kemudian diajak memproyeksikan, berapa kali lipat sampah yang dihasilkan seluruh orang di
dunia per tahun. Dengan begitu siswa dapat menganalisis jenis-jenis sampah yang paling sesuai
untuk didaur ulang menjadi barang bermanfaat, berdasarkan karakteristik, ketersediaan, dan
potensi pengolahan. Siswa dapat mengidentifikasi potensi yang mereka miliki terkait dengan
pengembangan produk hasil daur ulang sampah. Berdasarkan lembar kerja siswa yang telah
dikumpulkan sebagian besar siswa mampu menguraikan permasalahan dengan baik sehingga
setiap siswa mampu berpikir sesuai pandangannya untuk menyelesaikan permasalahan yang
diberikan.
Evaluasi (C5)
Untuk menilai hasil proyek siswa kelas Vll-1 dapat dilakukan oleh guru dengan
mengadakan pameran sekolah bertema mengubah sampah menjadi berkah. Siswa
mempersiapkan segala sesuatu untuk kelangsungan kegiatan pameran. Setelah selesai
menjalankan pameran guru memberikan tugas untuk mengerjakan lembar refleksi tentang
proyek yang telah dilakukan. Pemberian tugas refleksi bertujuan untuk menilai sejauh mana
ukuran keberhasilan kegiatan proyek yang dilaksanakan serta mengetahui apa saja kekurangan
guna menghindari kesalahan yang sama di masa depan. Guru juga memberikan penilaian kepada
siswa atas kerjasama yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan proyek ini.
Mencipta (C6)
Pada tingkat mencipta siswa kelas Vll-1 sudah bisa menciptakan karya yang dihasilkan
dari proyek mendaur ulang sampah menjadi benda yang bermanfaat. Siswa merancang dan
membuat barang-barang bermanfaat dari hasil daur ulang sampah dengan mempertimbangkan
aspek-aspek seperti desain, fungsi, dan estetika seperti membuat baju dari karung bekas dan
memodifikasinya dengan berbagai aksesoris yang berasal dari sampah daur ulang yang mudah
didapat. Mereka juga menciptakan inovasi-inovasi yang baru dalam mendaur ulang sampah
menjadi produk yang lebih bernilai, dan memanfaatkan teknologi dengan baik, serta
mengembangkan metode daur ulang yang lebih efisien untuk menambah nilai estetikanya, dan
proses pemasaran yang jangkauannya lebih luas lagi.
Hasil Belajar Peserta Didik yang Ditunjukkan dalam Pembelajaran P5
Antusias siswa kelas Vll-1 SMPN 3 Mataram tampak ketika mereka melakukan action
proyek dengan tema mengubah sampah menjadi berkah, mulai dari mengumpulkan, memilih,
mengolah, hingga menghasilkan barang yang bernilai ekonomis, di sanalah letak kegembiraan
siswa dalam mengerjakan tugas proyek ini, hasil karya mereka dipamerkan kemudian dijual.
Keuntungan yang mereka dapatkan akan dibagi rata kepada semua siswa yang terlibat dalam
menciptakan karya-karya tersebut. Anak-anak sebelum dikenalkan P5 mereka istilahnya nol
tidak tahu sama sekali. Mereka tidak tahu memanfaatkan sampah-sampah menjadi barang yang
berguna malah dibuang begitu saja. Namun setelah guru menjelaskan kegunaan sampah-sampah
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 2, No. 1 Juni 2024, page: 49-60
E-ISSN: 3025-9843
58
Komang Sulis Setiawati et.al (Penilaian Tingkat Kognitif Siswa….)
tersebut. Mereka tahu dan berinisiatif mengumpulkan sampah-sampah untuk diubah menjadi
barang yang bermanfaat. Beberapa karya yang dihasilkan oleh siswa kelas Vll-1 diantaranya
busana kresek, busana karung, piring dari gelas ale-ale, vas bunga, tas plastik, dan hiasan lampu.
Gambar 2. Hasil Karya Siswa Kelas VII-1
Secara keseluruhan, hasil karya ini menunjukkan kreativitas dan keterampilan para siswa
dalam memanfaatkan sampah menjadi karya yang luar biasa. Hasil belajar siswa menunjukkan
bahwa tingkat mencipta (C6) siswa kelas Vll-1 berada pada level yang cukup tinggi karena
mampu menghasilkan output dalam pembelajaran P5 yang berupa karya-karya kerajinan dari
sampah sehingga tidak hanya bernilai estetik namun juga bernilai ekonomis. Proses penciptaan
karya ini melibatkan kreativitas dan keterampilan yang luar biasa dari para siswa. Dalam
membuat produk P5 ini melalui beberapa tahapan, mulai dari perencanaan desain hingga
eksekusi akhir. Awalnya, para siswa mendiskusikan konsep dan ide untuk menciptakan karya
tersebut yang mampu merepresentasikan kebermanfaatan sampah menjadi barang yang berguna
sekaligus menampilkan unsur keindahannya. Melalui proyek ini, siswa kelas VII-1 di SMP 3
Mataram mampu mengasah kreativitas mereka, belajar bekerja sama dalam tim, serta
menghargai dan melestarikan budaya lokal. Hasilnya adalah sebuah karya yang layak diapresiasi,
menampilkan dedikasi dan keterampilan para siswa dalam menciptakan sesuatu yang unik dan
bermakna.
4.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran P5
pada siswa kelas Vll-1 SMPN 3 Mataram mengambil tema gaya hidup berkelanjutan dengan
tema khusus mengubah sampah menjadi berkah dilakukan melalui beberapa alur aktivitas
pencapaian proyek yang terdiri atas empat tahapan, temukan, bayangkan, lakukan, dan bagikan.
Sebelum pelaksanaan proyek beberapa persiapan dilakukan untuk menunjang jalanya proyek
dengan lancar. Temukan adalah tahap memperkenalkan dan mendiskusikan isu sampah yang ada
di sekitar. Bayangkan adalah siswa merenungkan mengenai sampah, dari apa saja jenis-jenis
sampah yang ada di sekitar? siapa yang bertanggung jawab terhadap sampah di sungai dan
pantai? kemana sampah-sampah akan bermuara? apa yang akan terjadi jika sampah tidak
dikelola? dan bagaimana cara mengolah sampah menjadi sesuatu yang berguna? kemudian
lakukan adalah tahap action siswa membuat barang yang berguna dari sampah. Bagikan adalah
tahap yang dilakukan siswa memameran hasil karya mereka dan mengevaluasi proyek. Adapun
kemampuan peserta didik pada ranah kognitif dari C1-C6 berdasarkan revisi taksonomi Bloom
meliputi tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan mencipta.
Pengetahuan menunjukkan siswa memberikan jawaban yang sama dari pertanyaan-pertanyaan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 2, No. 1 Juni 2024, page: 49-60
E-ISSN: 3025-9843
59
Komang Sulis Setiawati et.al (Penilaian Tingkat Kognitif Siswa….)
yang diberikan terkait sampah. Pemahaman menunjukkan siswa memberikan pendapat yang
berbeda-beda dalam tugas diagram ven dari guru. Pada tingkat penerapan siswa sudah
menerapkan langkah-langkah membuat sampah menjadi produk yang berguna. Analisis
menunjukkan siswa menguraikan secara jelas dan runtut tentang pemilahan sampah. Evaluasi
yaitu siswa mengadakan pameran karya dan refleksi proyek. Mencipta yaitu siswa menghasilkan
produk dari dari daur ulang sampah. Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa tingkat mencipta
(C6) siswa kelas Vll-1 berada pada level yang cukup tinggi karena mampu menghasilkan output
dalam pembelajaran P5 yang berupa karya-karya kerajinan dari sampah sehingga tidak hanya
bernilai estetik namun juga bernilai ekonomis. Beberapa karya yang dihasilkan oleh siswa kelas
Vll-1 diantaranya busana kresek, busana karung, piring dari gelas ale-ale, vas bunga, tas plastik,
dan hiasan lampu. Secara keseluruhan, hasil karya ini menunjukkan kreativitas dan keterampilan
para siswa dalam memanfaatkan sampah menjadi karya yang luar biasa.
5.
Ucapan Terima Kasih
Terselesaikannya tugas akhir perkuliahan, kami sebagai penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Dosen pembimbing mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah
membantu penyusunan penulisan artikel ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak lembaga pendidikan khususnya para tenaga pengajar SMPN 3 Mataram yang
telah memberikan data dan informasi yang kami butuhkan sebagai laporan tugas akhir.
6.
Daftar Pustaka
Afrida, F., & Afrianti, D. (2015). Analisis Aspek Kognitif Siswa dalam Pembelajaran Larutan
Elektrolit dan Nonelektrolit Menggunakan Model Think Pair Share di Kelas X SMA
Dharma Bhakti 4 Jambi. Prosiding Semirata, 442450.
Berlian, M., Deswanti, R., Syafaren, A., & Putri, RA (2022). Analisis Kemampuan Kognitif
Siswa pada Pembelajaran IPA di SMP Negeri 02 Rumbio Jaya. Bedelau: Journal of
Education and Learning, 3(2), 8493.
Destiany, AP, & Roband, B. (2023). Penilaian Karakteristik Siswa Untuk Pembelajaran Yang
Efektif Di SMA Negeri 1 Purwakarta. JPKMBD (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Bina Darma), 3(2), 168180.
Khiyarusoleh, U. (2016). Konsep Dasar Perkembangan Kognitif pada Anak Menurut Jean
Piaget. Jurnal Dialektika Jurusan PGSD, 5(1), 110.
Kurniawati, H. (2021). Upaya Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak melalui Media
Papan Flanel di Tk Bhakti Pemuda Tanjung Bintang Lampung Selatan. Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung.
Mursidawati. (2023). Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) Pada Kurikulum Merdeka
Jenjang SMA. Madani: Jurnal Ilmiah Multidisipline, 1(4), 580586.
Nabilah, M., Stepanus, SS., & Hamdani. (2020). Analisis Kemampuan Kognitif Peserta Didik
dalam Menyelesaikan Soal Momentum dan Impuls . JIPPF, 1, 17.
Pare, A. (2023). Kesiapan Peserta Didik Melaksanakan Profil Pelajar Pancasila dalam
Kurikulum Merdeka pada Sekolah Menengah Agama Katolik Negeri Ende. Educandum,
9(1), 6375.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 2, No. 1 Juni 2024, page: 49-60
E-ISSN: 3025-9843
60
Komang Sulis Setiawati et.al (Penilaian Tingkat Kognitif Siswa….)
Prawiyogi, AG, Sadiah, TL, Purwanugraha, A., & Elisa, PN (2021). Penggunaan Media Big
Book untuk Menumbuhkan Minat Baca Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(1),
446452.
Sari, IK., & Wulandari, R. (2020). Analisis Kemampuan Kognitif dalam Pembelajaran IPA
SMP. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sains Indonesia (JPPSI), 3(2), 145152.
Siona, P., & Rustand, R. (2023). Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam
Meningkatkan Disiplin Belajar Peserta Didik di SMK Letris Indonesia 1 Tangerang
Selatan. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP), I(1), 1833.
Wibowo, T., Purwoko, RY., & Hermansyah, W. (2018). Analisis Tingkat Kognitif Siswa SMP
dengan Kemampuan Rendah Berdasarkan Taksonomi Revisi Bloom pada Pemecahan
Masalah Matematika). Prosiding, 334340.