Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 2, August 2025, page: 99-107
E-ISSN: 3047-2474
Naskah dikirim: 5/08/2025 Selesai revisi: 27/08/2025 Disetujui: 25/09/2025 Diterbitkan: 30/10/2025
99
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Sarana Promosi Budaya Lokal
Oleh Remaja Melalui Pelatihan Branding Digital di Kawasan Wisata
Muhammad Mona Adha¹*, Rahma Kurnia Sri Utami², Novia Fitri Istiawati³, Apri
Wahyudi
¹,²,³,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, Indonesia
e-mail: ¹muhammad.monaadha@fkip.unila.ac.id,
²rahmakurniasriutami@fkip.unila.ac.id, ³noviafitriistiawati@fkip.unila.ac.id,
apriwahyudi@fkip.unila.ac.id
Abstrak
Perkembangan teknologi digital pada era Revolusi Industri 4.0 telah mengubah
fungsi media sosial dari sarana komunikasi menjadi media strategis untuk promosi
budaya. Namun, banyak remaja masih memanfaatkannya secara pasif tanpa
memahami potensinya dalam memperkuat budaya lokal dan pariwisata.
Permasalahan ini menjadi dasar pelaksanaan program pengabdian kepada
masyarakat di SMP Negeri 44 Bandar Lampung, yang bertujuan meningkatkan
literasi digital dan keterampilan siswa dalam menggunakan media sosial sebagai
sarana promosi budaya lokal melalui pelatihan digital branding. Kegiatan dilakukan
dengan metode pelatihan partisipatif melalui lokakarya, diskusi kelompok, dan
pendampingan. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan kemampuan siswa dalam
membuat konten kreatif seperti video, poster, dan narasi budaya yang diunggah
melalui akun media sosial sekolah. Program ini berhasil menumbuhkan kesadaran
budaya dan semangat kreatif siswa, sekaligus menjadi contoh model pemberdayaan
remaja berbasis digital untuk pelestarian budaya lokal.
Kata Kunci: media sosial, budaya lokal, remaja, literasi digital, branding digital
Abstract
The rapid development of digital technology in the Industrial Revolution 4.0 era has
transformed social media from a communication tool into a strategic medium for cultural
promotion. However, many youths still use social media passively without understanding its
potential to strengthen local culture and tourism. This issue became the basis for
implementing a community service program at SMP Negeri 44 Bandar Lampung, aiming to
improve students’ digital literacy and skills in using social media as a platform for promoting
local culture through digital branding training. The activity applied a participatory training
method through workshops, group discussions, and mentoring. The results showed that
students’ abilities in creating creative content such as videos, posters, and cultural narratives
increased significantly. These works were published on the school’s social media account as
part of local culture promotion efforts. This program successfully fostered cultural awareness
Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 2, August 2025, page: 99-107
E-ISSN: 3047-2474 (online) 100
https://kurniajurnal.com/index.php/kurnia-mengabdi
and creativity among students, serving as a model for youth empowerment through digital-
based cultural preservation.
Keywords: social media, local culture, youth, digital literacy, digital branding
Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada era Revolusi Industri 4.0
telah membawa perubahan signifikan terhadap pola komunikasi, gaya hidup, dan
cara masyarakat dalam mengakses informasi. Media sosial kini tidak hanya
berfungsi sebagai sarana komunikasi, tetapi juga telah menjadi ruang strategis untuk
membangun citra diri, membentuk opini publik, serta mempromosikan nilai-nilai
sosial dan budaya (Morissan, 2019). Bagi generasi muda, media sosial seperti
Instagram, TikTok, dan YouTube merupakan ruang yang sangat dekat dengan
kehidupan sehari-hari mereka. Platform-platform ini tidak hanya menjadi tempat
berbagi ekspresi dan hiburan, melainkan juga dapat menjadi sarana strategis untuk
mengenalkan dan melestarikan budaya lokal (Adriana & Lazuardi, 2020).
Namun, di tengah kemajuan teknologi digital tersebut, muncul tantangan baru yang
berkaitan dengan menurunnya kesadaran generasi muda terhadap pentingnya
budaya lokal. Banyak remaja yang menggunakan media sosial hanya untuk
konsumsi konten hiburan, sering kali bersumber dari budaya asing, tanpa mampu
memanfaatkan platform tersebut untuk memproduksi konten yang bermuatan nilai-
nilai budaya daerah (Lestari & Rachman, 2021; Hidayat & Salim, 2020). Kondisi ini
menyebabkan terjadinya ketimpangan antara kemajuan teknologi dan pelestarian
budaya lokal, di mana generasi muda lebih mengenal budaya global dibandingkan
budaya bangsanya sendiri.
Padahal, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, mulai dari
bahasa daerah, seni pertunjukan, kerajinan tradisional, hingga kearifan lokal yang
diwariskan secara turun-temurun. Kekayaan budaya ini memiliki potensi besar
untuk dipromosikan melalui platform digital agar dapat dikenal secara luas, baik di
tingkat nasional maupun internasional (Pradhana, Santoso, & Luthfi, 2022).
Pemanfaatan media sosial sebagai sarana promosi budaya dapat menjadi langkah
strategis untuk memperkuat jati diri bangsa sekaligus meningkatkan daya tarik
wisata daerah.
Sayangnya, sebagian besar program literasi digital yang telah dilakukan di sekolah-
sekolah selama ini masih berfokus pada aspek teknis seperti keamanan digital, etika
bermedia, dan penggunaan internet secara bijak. Sementara itu, aspek kreatif seperti
kemampuan membangun identitas digital, strategi branding, serta pemanfaatan
media sosial sebagai alat promosi budaya masih jarang disentuh (Fitriani & Mulya,
2020). Akibatnya, potensi besar media sosial untuk memperkuat budaya lokal belum
dimanfaatkan secara optimal oleh kalangan remaja.
Menanggapi kondisi tersebut, tim dosen dari Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung melaksanakan kegiatan Program Pengabdian
kepada Masyarakat (PKM) di SMP Negeri 44 Bandar Lampung. Pemilihan sekolah
ini didasarkan pada observasi awal yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
aktif menggunakan media sosial, tetapi belum memiliki keterampilan dalam
Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 2, August 2025, page: 99-107
E-ISSN: 3047-2474 (online) 101
https://kurniajurnal.com/index.php/kurnia-mengabdi
mengelola konten yang bernilai edukatif dan budaya. Kegiatan ini dirancang sebagai
bentuk pemberdayaan remaja agar mampu menjadi pelopor promosi budaya lokal
melalui pelatihan digital branding.
Pelatihan ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kemampuan teknis siswa dalam
menggunakan media sosial, tetapi juga membangun kesadaran kritis terhadap
pentingnya pelestarian budaya lokal. Melalui kegiatan lokakarya, diskusi kelompok,
dan pendampingan, siswa diajak untuk memahami konsep dasar branding digital,
mengidentifikasi unsur-unsur budaya daerah, serta mengemasnya dalam bentuk
konten kreatif seperti video pendek, poster digital, dan narasi visual.
Selain itu, kegiatan PKM ini juga mendukung visi pendidikan karakter dalam
Kurikulum Merdeka yang menekankan penguatan Profil Pelajar Pancasila,
khususnya dalam aspek gotong royong, kreativitas, dan kebhinekaan global. Dengan
demikian, program ini tidak hanya meningkatkan literasi digital, tetapi juga
memperkuat nilai-nilai nasionalisme serta rasa bangga terhadap identitas budaya
daerah.
Melalui pelatihan ini diharapkan terbentuk generasi muda yang tidak hanya mahir
dalam memanfaatkan teknologi digital, tetapi juga memiliki kepedulian sosial dan
tanggung jawab budaya. Siswa diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang
mampu menggunakan media sosial secara positif, produktif, dan bernilai budaya.
Dengan kata lain, kegiatan ini merupakan langkah nyata dalam menjawab tantangan
era digital melalui integrasi antara literasi digital, pendidikan karakter, dan
pelestarian budaya lokal.
Metode
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menggunakan pendekatan pelatihan
partisipatif (participatory training approach) yang menekankan pada keterlibatan
aktif peserta dalam setiap tahapan kegiatan. Pendekatan ini dipilih agar siswa tidak
hanya memperoleh pemahaman teoretis mengenai literasi digital dan digital
branding, tetapi juga memiliki pengalaman langsung dalam menciptakan konten
kreatif yang berorientasi pada pelestarian budaya lokal. Kegiatan dilaksanakan di
SMP Negeri 44 Bandar Lampung selama enam bulan, yaitu dari bulan Mei hingga
November 2025.
Metode pelaksanaan terdiri dari empat tahap utama, yaitu (1) tahap persiapan, (2)
tahap pelatihan, (3) tahap pendampingan, dan (4) tahap evaluasi dan refleksi.
Pada tahap persiapan, tim pengabdian melakukan koordinasi dengan pihak sekolah
untuk menentukan jadwal kegiatan, menyiapkan sarana dan prasarana, serta
melakukan analisis kebutuhan peserta. Analisis kebutuhan dilakukan melalui
wawancara singkat dengan guru dan observasi penggunaan media sosial oleh siswa.
Hasil observasi menunjukkan bahwa mayoritas siswa aktif menggunakan media
sosial seperti Instagram dan TikTok, namun masih sebatas untuk hiburan dan belum
diarahkan pada kegiatan yang produktif. Berdasarkan temuan tersebut, tim
kemudian menyusun modul pelatihan Digital Branding untuk Remaja Sekolah yang
disesuaikan dengan tingkat pemahaman peserta.
Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 2, August 2025, page: 99-107
E-ISSN: 3047-2474 (online) 102
https://kurniajurnal.com/index.php/kurnia-mengabdi
Tahap kedua adalah pelatihan inti yang dilaksanakan melalui lokakarya interaktif
(workshop). Pelatihan ini dirancang dalam bentuk kombinasi antara penyampaian
teori singkat, diskusi kelompok, dan praktik langsung. Materi pelatihan mencakup
pemahaman tentang literasi digital, etika bermedia sosial, konsep dasar branding,
strategi promosi budaya lokal, serta teknik pembuatan konten kreatif menggunakan
perangkat sederhana seperti ponsel dan aplikasi pengeditan gratis. Dalam pelatihan
ini, peserta dibimbing untuk mengenali potensi budaya daerah di lingkungan
mereka, seperti kuliner khas, kesenian lokal, atau tradisi masyarakat, kemudian
mengemasnya menjadi konten promosi yang menarik di media sosial.
Tahap ketiga adalah pendampingan (mentoring) yang dilakukan secara
berkelanjutan baik secara langsung maupun daring. Pada tahap ini, tim pengabdian
memberikan bimbingan intensif kepada peserta dalam proses pembuatan konten
digital. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil yang masing-masing
bertanggung jawab memproduksi konten budaya dengan tema yang berbeda,
misalnya kuliner tradisional, permainan daerah, atau keunikan tempat wisata lokal.
Pendampingan dilakukan selama empat minggu dengan fokus pada peningkatan
keterampilan teknis, kemampuan bekerja sama, serta kreativitas dalam
menampilkan unsur budaya. Hasil karya siswa kemudian dikurasi dan diunggah ke
akun media sosial sekolah sebagai media promosi budaya lokal di Bandar Lampung.
Tahap keempat adalah evaluasi dan refleksi. Evaluasi dilakukan untuk mengukur
efektivitas program dan peningkatan kompetensi peserta. Metode evaluasi yang
digunakan mencakup pre-test dan post-test untuk menilai peningkatan pemahaman
literasi digital serta kemampuan digital branding peserta, disertai observasi langsung
terhadap keaktifan dan kreativitas siswa selama kegiatan berlangsung. Selain itu,
wawancara dan kuesioner digunakan untuk memperoleh data kualitatif tentang
perubahan sikap, kepercayaan diri, dan motivasi peserta dalam menggunakan media
sosial secara positif. Data kuantitatif dianalisis dengan menghitung skor peningkatan
(N-Gain), sedangkan data kualitatif dianalisis melalui teknik reduksi dan interpretasi
tematik untuk memperoleh pemahaman mendalam terhadap dampak kegiatan.
Untuk mendukung efektivitas kegiatan, digunakan berbagai media pembelajaran
dan alat bantu seperti modul digital, slide presentasi, video tutorial, dan lembar kerja
siswa. Semua kegiatan dilaksanakan secara kolaboratif antara tim dosen, mahasiswa,
guru pendamping, dan peserta. Kolaborasi ini menjadi bagian penting dari proses
pembelajaran partisipatif yang berorientasi pada pemberdayaan.
Metode pelaksanaan ini menekankan prinsip learning by doing, di mana siswa
belajar melalui praktik langsung dan pengalaman nyata. Melalui tahapan kegiatan
yang sistematis dan reflektif, siswa tidak hanya memahami konsep branding digital,
tetapi juga mampu mengaplikasikannya untuk mengembangkan konten budaya
lokal. Pendekatan ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kritis serta
kreativitas digital yang berkelanjutan di kalangan remaja sekolah menengah
pertama.
Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat di SMP Negeri 44 Bandar
Lampung berjalan dengan baik sesuai dengan tahapan yang telah dirancang.
Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 2, August 2025, page: 99-107
E-ISSN: 3047-2474 (online) 103
https://kurniajurnal.com/index.php/kurnia-mengabdi
Program ini mendapat dukungan penuh dari pihak sekolah, guru pendamping, dan
siswa yang terlibat aktif selama proses kegiatan. Kegiatan pengabdian dilaksanakan
melalui empat tahapan utama, yaitu persiapan, pelatihan, pendampingan, serta
evaluasi dan refleksi.
Pada tahap persiapan, tim melakukan analisis kebutuhan peserta dengan
mengidentifikasi tingkat literasi digital dan pola penggunaan media sosial siswa.
Hasil observasi awal menunjukkan bahwa sekitar 85% siswa memiliki akun media
sosial aktif, namun sebagian besar hanya menggunakannya untuk hiburan seperti
menonton video atau mengikuti tren viral. Hanya sebagian kecil siswa yang
memanfaatkan media sosial untuk kegiatan edukatif atau produktif. Berdasarkan
temuan tersebut, tim menyusun rancangan pelatihan yang berfokus pada
peningkatan kemampuan siswa dalam mengelola konten media sosial untuk tujuan
promosi budaya lokal.
Tahap pelatihan dilaksanakan selama dua hari dalam bentuk lokakarya interaktif
yang menggabungkan pemaparan materi, diskusi, dan praktik langsung. Materi
yang diberikan mencakup pengenalan literasi digital, konsep digital branding, strategi
promosi budaya melalui media sosial, serta teknik pembuatan konten kreatif
menggunakan perangkat sederhana. Siswa diperkenalkan pada cara menyusun
naskah promosi, mengambil gambar dan video, serta melakukan penyuntingan
dasar menggunakan aplikasi ponsel. Pelatihan dilakukan secara berkelompok agar
siswa dapat berkolaborasi dan saling bertukar ide.
Setelah mengikuti pelatihan, siswa melanjutkan pada tahap pendampingan
(mentoring) yang dilaksanakan selama empat minggu. Dalam tahap ini, tim
pengabdian bersama guru pembimbing membantu siswa menghasilkan karya digital
berupa video pendek, poster digital, dan narasi promosi budaya lokal. Setiap
kelompok memilih tema budaya yang berbeda, seperti makanan khas daerah,
permainan tradisional, dan tempat wisata lokal di Bandar Lampung. Proses
pendampingan berlangsung secara intensif, baik secara tatap muka maupun melalui
komunikasi daring. Tim pengabdian memberikan umpan balik terhadap setiap karya
yang dihasilkan agar kualitas konten terus meningkat.
Hasil dari kegiatan ini menunjukkan peningkatan signifikan pada aspek pemahaman
literasi digital, kemampuan branding digital, serta kesadaran budaya peserta. Hal ini
dibuktikan dengan perbandingan hasil pre-test dan post-test yang diberikan kepada
siswa sebelum dan sesudah kegiatan pelatihan.
Tabel 1. Peningkatan Literasi Digital dan Keterampilan Branding Siswa
No
Aspek Penilaian
Nilai Rata-
rata Pre-test
Nilai Rata-
rata Post-test
N-
Gain
Interpretasi
1
Pemahaman Literasi
Digital
62,40
83,75
0,57
Peningkatan Sedang
2
Keterampilan
Branding Digital
60,80
85,20
0,61
Peningkatan Sedang
ke Tinggi
3
Kesadaran Budaya
Lokal
64,10
86,40
0,59
Peningkatan Sedang
Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 2, August 2025, page: 99-107
E-ISSN: 3047-2474 (online) 104
https://kurniajurnal.com/index.php/kurnia-mengabdi
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa seluruh aspek mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Rata-rata skor literasi digital siswa meningkat dari 62,40
menjadi 83,75, menunjukkan pemahaman yang lebih baik dalam penggunaan media
sosial secara produktif dan etis. Sementara itu, keterampilan dalam membuat konten
branding digital mengalami peningkatan dari 60,80 menjadi 85,20, yang
menandakan peningkatan kemampuan teknis siswa dalam membuat konten budaya.
Aspek kesadaran budaya juga meningkat dari 64,10 menjadi 86,40, yang berarti
siswa mulai memahami pentingnya pelestarian budaya melalui media digital.
Secara kualitatif, hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa siswa merasa
lebih percaya diri dalam menggunakan media sosial untuk tujuan positif. Mereka
mulai memahami bahwa media sosial bukan hanya tempat hiburan, melainkan
sarana yang dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan nilai-nilai budaya lokal.
Salah satu capaian nyata dari kegiatan ini adalah terbentuknya akun media sosial
sekolah (Instagram dan TikTok) yang digunakan sebagai wadah publikasi karya
siswa. Akun tersebut kini berfungsi sebagai media promosi budaya daerah dan
menjadi inspirasi bagi sekolah lain di lingkungan sekitar.
Kegiatan ini juga berdampak pada peningkatan kolaborasi antara guru dan siswa.
Guru menjadi lebih aktif dalam membimbing siswa mengembangkan kreativitas,
sedangkan siswa menunjukkan antusiasme tinggi untuk menampilkan potensi
daerah mereka melalui karya digital. Kolaborasi ini menciptakan ekosistem
pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, dan relevan dengan kehidupan digital
saat ini.
Hasil temuan ini sejalan dengan pendapat Widodo dan Suryanto (2021) yang
menyatakan bahwa model pembelajaran partisipatif efektif dalam meningkatkan
keterampilan berbasis praktik dan memperkuat keterlibatan peserta. Selain itu,
program ini mendukung gagasan UNESCO (2021) bahwa literasi media dan
informasi perlu diintegrasikan dengan pendidikan budaya untuk membentuk
generasi muda yang melek teknologi sekaligus berkarakter.
Lebih lanjut, kegiatan ini memberikan kontribusi nyata dalam mendukung tujuan
Profil Pelajar Pancasila khususnya pada dimensi kreatif, gotong royong, dan kebhinekaan
global. Siswa tidak hanya belajar membuat konten digital, tetapi juga belajar
menghargai keunikan budaya daerahnya. Proses refleksi yang dilakukan setelah
kegiatan juga menunjukkan bahwa siswa merasa bangga dapat menjadi bagian dari
pelestarian budaya lokal melalui media sosial.
Meskipun demikian, terdapat beberapa tantangan dalam pelaksanaan program,
seperti keterbatasan sarana perangkat digital dan perbedaan kemampuan teknis
antar peserta. Namun, kendala tersebut dapat diatasi melalui strategi pendampingan
berkelanjutan dan kerja sama antar kelompok. Keberhasilan program ini
menunjukkan bahwa pelatihan digital branding dapat menjadi model efektif dalam
meningkatkan literasi digital remaja sekaligus memperkuat identitas budaya di era
modern.
Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 2, August 2025, page: 99-107
E-ISSN: 3047-2474 (online) 105
https://kurniajurnal.com/index.php/kurnia-mengabdi
Gambar 1. Dokumentasi Kegiatan
Simpulan dan Rekomendasi
Pelaksanaan Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) bertema “Pemanfaatan
Media Sosial sebagai Sarana Promosi Budaya Lokal oleh Remaja melalui Pelatihan
Branding Digital di Kawasan Wisata” di SMP Negeri 44 Bandar Lampung telah
berhasil mencapai tujuan yang direncanakan. Kegiatan ini memberikan dampak
positif dalam meningkatkan literasi digital, kreativitas, dan kesadaran budaya lokal
di kalangan siswa. Melalui pelatihan partisipatif, siswa memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang cara menggunakan media sosial secara produktif, kreatif,
dan bernilai edukatif. Program ini juga berhasil mengubah pola pikir siswa yang
sebelumnya hanya memanfaatkan media sosial untuk hiburan menjadi lebih bijak
dan berorientasi pada pengembangan diri serta pelestarian budaya daerah. Hasil
karya berupa video, poster digital, dan narasi promosi budaya yang diunggah
melalui akun media sosial sekolah menjadi bukti nyata bahwa generasi muda
mampu berkontribusi aktif dalam menjaga eksistensi budaya lokal melalui platform
digital. Selain meningkatkan keterampilan teknis, kegiatan ini juga memperkuat
karakter siswa, terutama dalam hal rasa bangga terhadap identitas budaya daerah
serta semangat gotong royong dalam bekerja secara kolaboratif.
Secara umum, pelatihan digital branding berbasis partisipatif terbukti efektif dalam
meningkatkan kompetensi siswa di bidang literasi digital dan promosi budaya.
Kegiatan ini dapat dijadikan model replikasi bagi sekolah lain yang ingin
mengembangkan program serupa, terutama dalam konteks pemberdayaan remaja
berbasis budaya. Namun demikian, untuk menjaga keberlanjutan program,
diperlukan dukungan berkelanjutan dari pihak sekolah, pemerintah daerah, serta
lembaga pendidikan tinggi. Dukungan tersebut dapat berupa penyediaan sarana
digital, pelatihan lanjutan, serta integrasi kegiatan sejenis ke dalam program
ekstrakurikuler sekolah. Selain itu, kolaborasi lintas sektor antara sekolah, perguruan
tinggi, dan komunitas budaya lokal juga perlu diperkuat agar kegiatan promosi
budaya melalui media digital dapat terus berjalan secara berkesinambungan.
Dengan sinergi tersebut, generasi muda akan tumbuh sebagai pelopor pelestarian
budaya yang mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi sekaligus menjaga jati
diri bangsa.
Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 2, August 2025, page: 99-107
E-ISSN: 3047-2474 (online) 106
https://kurniajurnal.com/index.php/kurnia-mengabdi
Daftar Pustaka
Adriana, F., & Lazuardi, M. (2020). Digital literacy for students in the 21st century.
International Journal of Educational Technology, 9(2), 101112.
https://doi.org/10.26858/ijet.v9i2.14923
Ardini, N., & Wulandari, T. (2022). The role of digital literacy in promoting local wisdom
among youth. International Journal of Social Science Research, 8(3), 145159.
Basri, H., & Prasetyo, D. (2021). Digital communication strategies for local tourism
promotion in the digital era. Jurnal Komunikasi dan Pariwisata, 5(2), 101113.
Dewi, P., & Sari, M. (2023). Social media as a cultural promotion tool: Case study of
Indonesian youth. Jurnal Komunikasi dan Budaya, 15(1), 2537.
Ferdaus, A., Munawar, A., & Zainal, A. (2021). Youth empowerment through digital
media for cultural preservation. Journal of Community Development Research,
5(1), 5568.
Fitriani, A., & Mulya, D. (2020). Literasi digital dan tantangan generasi Z. Jurnal Sosial
Humaniora, 14(2), 101112.
Hidayat, R., & Salim, M. (2020). Tantangan literasi digital di era revolusi industri 4.0.
Jurnal Teknologi dan Pendidikan, 10(1), 3344.
Kusuma, H. (2022). Pemanfaatan media sosial untuk promosi budaya lokal. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 20(2), 7788. https://doi.org/10.22219/jik.v20i2.17899
Lestari, R., & Rachman, A. (2021). Peran remaja dalam pelestarian budaya lokal melalui
media digital. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 9(3), 211223.
Maulana, A., & Yuliana, D. (2021). Media sosial dan pembentukan identitas remaja. Jurnal
Psikologi Sosial, 19(3), 225239.
Morissan. (2019). Teori komunikasi: Individu hingga massa. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Nugroho, R., & Setiawan, E. (2020). Digital literacy for youth and its role in cultural
sustainability. Journal of Educational Media Studies, 8(1), 8798.
Pradhana, R., Santoso, A., & Luthfi, M. (2022). Pemberdayaan generasi muda dalam
pelestarian budaya melalui teknologi digital. Jurnal Inovasi Pendidikan, 8(2), 167
179.
Putra, A. Y., & Hidayat, F. (2023). Digital innovation for youth community training in
creative content. Jurnal Pendidikan Indonesia, 12(1), 2539.
https://doi.org/10.23887/jpi-undiksha.v12i1.39871
Rahman, H., & Utami, D. (2022). Youth engagement through social media in cultural
tourism promotion. Asian Journal of Humanities and Social Studies, 10(2), 8897.
Risti, D., Santika, H., & Lestari, P. (2021). Praktik literasi digital di sekolah dasar. Jurnal
Ilmu Pendidikan Dasar, 5(1), 5568.
Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 2, August 2025, page: 99-107
E-ISSN: 3047-2474 (online) 107
https://kurniajurnal.com/index.php/kurnia-mengabdi
Suhendra, B., & Oktaviani, N. (2021). The influence of social media on tourism marketing
and cultural awareness. Journal of Media and Culture Studies, 7(3), 201215.
UNESCO. (2021). Media and information literacy curriculum for teachers. Paris: UNESCO
Publishing.
Widodo, H., & Suryanto, A. (2021). Participatory learning model for community-based
digital literacy empowerment. Jurnal Pengabdian Masyarakat Inovatif, 5(4), 223
236.
Zulkifli, A., & Hartati, N. (2023). Strengthening cultural resilience through digital literacy
in local communities. International Journal of Social Education, 11(2), 90104.
https://doi.org/10.31002/ijse.v11i2.24567