PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, Maret 2024, page: 9-18
E-ISSN: 3047-2288
9
Aprian Eka Pujianataa et.al (Peran Pokdarwis Patuh Angen.)
Peran Pokdarwis Patuh Angen dalam Pelaksanaan
Bau Nyale 2023 di Pantai Torok Aik Belek,
Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah
Aprian Eka Pujianata
a,1
, Eko Sugiarto
b,2, *
a
Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta, Ringroad Timur No 52, Yogyakarta 55198
b
Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta Ringroad Timur No 52, Yogyakarta 55198
1
aprianeka183@gmail.com;
2
ekostipram@gmail.com
*
Corresponding Author: ekostipram@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 21 Oktober 2023
Direvisi: 15 Desember 2023
Disetujui: 17 Februari 2024
Tersedia Daring: 1 Maret 2024
Bau Nyale adalah tradisi masyarakat Sasak di sepanjang pantai Lombok
bagian selatan, salah satunya Pantai Torok Aik Belek. Meskipun demikian,
peran Pokdarwis Patuh Angen yang ada di Pantai Torok Aik Belek dalam
tradisi Bau Nyale jarang diekspos. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
peran Pokdarwis Patuh Angen yang ada di Pantai Torok Aik Belek dalam
tradisi Bau Nyale 2023. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam
tradisi Bau Nyale 2023 sejak sebelum acara dimulai sampai acara berakhir,
peran Pokdarwis Patuh Angen secara kelembagaan sangat minim. Hal ini
terjadi karena koordinasi dari pemerintah Desa Montong Ajan untuk
melakukan kerja sama dengan berbagai pihak dinilai masih sangat kurang.
Selain itu, waktu pelaksanaan yang mepet membuat kepanitiaan dibentuk
dengan penunjukan dan membuat Pokdarwis Patuh Angen tidak dilibatkan
karena selama ini kinerja Pokdarwis Patuh Angen belum terlihat.
Berdasarkan kesimpulan ini, penulis menyarankan menata kepengurusan
Pokdarwis Patuh Angen agar lebih aktif berperan dalam pengembangan
pariwisata di sekitar Pantai Torok Aik Belek. Dengan demikian, ke depan
kinerja Pokdarwis Patuh Angen bisa terlihat sehingga diharapkan bisa
dilibatkan secara kelembagaan dalam tradisi Bau Nyale pada tahun-tahun
selanjutnya.
Kata Kunci:
Peran
Pokdarwis
Bau Nyale
ABSTRACT
Keywords:
Role
Pokdarwis
Bau Nyale
Bau Nyale is a tradition of the Sasak people who live along the coast of
southern Lombok, including Torok Aik Belek Beach. However, the role of
Pokdarwis Patuh Angen at Torok Aik Belek Beach in the Bau Nyale tradition
is less exposed. This study aims to identify the role of Pokdarwis Patuh
Angen at Torok Aik Belek Beach in the Bau Nyale 2023 tradition. The results
of this study show that in the 2023 Bau Nyale tradition, from before the
event began until the event ended, the role of Pokdarwis Patuh Angen
institutionally was minimal. This happened because the coordination of the
Montong Ajan Village Government to cooperate with other stakeholders was
still limited. In addition, the tight implementation time made the committee
formed by appointment and made Pokdarwis Patuh Angen not involved
because so far the performance of Pokdarwis Patuh Angen has not been
seen. Based on this conclusion, the author suggests organizing the
management of Pokdarwis Patuh Angen to be more active in the
development of tourism around Torok Aik Belek Beach. Thus, in the future,
the performance of Pokdarwis Patuh Angen can be seen so it is expected to
be institutionally involved in the Bau Nyale tradition in the next years.
©2024, Aprian Eka Pujianataa, Eko Sugiarto
This is an open access article under CC BY-SA license
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, Maret 2024, page: 9-18
E-ISSN: 3047-2288
10
Aprian Eka Pujianataa et.al (Peran Pokdarwis Patuh Angen.)
1. Pendahuluan
Kekayaan sumber daya alam bahari Indonesia sangat potensial untuk dimanfaatkan demi
kesejahteraan. Salah satu bentuk pemanfaatan kekayaan alam bahari adalah melalui sektor
pariwisata. Karena manfaat yang bisa didapatkan oleh negara dari sektor pariwisata sangat
besar, tidak heran bila pariwisata ditetapkan sebagai leading sector dan core economy oleh
Presiden Indonesia (Masjhoer, 2019).
Nusa Tenggara Barat merupakan sebuah provinsi yang memiliki banyak destinasi
pariwisata. Kabupaten Lombok Tengah yang menjadi salah satu kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Barat memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk pariwisata. Perkembangan
jumlah restoran serta objek wisata seiring dengan bertambahnya jumlah wisatawan yang
berkunjung ke kabupaten tersebut diharapkan memberi dampak positif terhadap peningkatan
jumlah pendapatan asli daerah (PAD) yang diterima oleh Kabupaten Lombok Tengah (Rois &
Fadliyanti, 2017).
Kabupaten Lombok Tengah terdiri atas 12 kecamatan dan 139 desa/kelurahan. Setiap
kecamatan memiliki potensi pariwisata, salah satunya Kecamatan Praya Barat Daya.
Kecamatan dengan luas 124,97 km2 dan beribu kota di Darek ini terdiri atas 11 desa. Di antara
ke-11 desa tersebut, desa yang paling berpotensi sebagai destinasi pariwisata adalah Desa
Montong Ajan karena berada di garis pantai yang ada di Kecamatan Praya Barat Daya.
Pantai Torok Aik Belek merupakan destinasi pariwisata yang terletak di Dusun Torok Aik
Belek, Desa Montong Ajan. Pantai Torok Aik Belek adalah pantai yang masih alami dan
memiliki keindahan yang tidak kalah dengan pantai-pantai lain di sekitarnya. Pantai ini
menjadi salah satu ikon Desa Montong Ajan sekaligus ikon Kecamatan Praya Barat Daya.
Pantai ini juga menjadi salah satu lokasi pelaksanaan Bau Nyale setiap tahun.
Sepengetahuan penulis, penelitian tentang kawasan Pantai Torok Aik Belek baru
dilakukan oleh dua orang. Pertama, Handayani dkk. (2022) yang membahas tentang persepsi
wisatawan dan masyarakat terhadap Pantai Torok Aik Belek sebagai daya tarik wisata di
Kabupaten Lombok Tengah. Kedua, (Novitasari, 2019) yang mengangkat tema diversitas
serangga tanah di Bukit Torok Aik Belek, Desa Montong Ajan, Kecamatan Praya Barat Daya,
Kabupaten Lombok Tengah.
Handayani dkk. (2022) menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil
penelitian Handayani dkk. menunjukkan bahwa wisatawan dan masyarakat sangat setuju
dengan adanya perubahan di Pantai Torok Aik Belek yang dikembangkan menjadi daya tarik
wisata dan dikelola oleh pemerintah dan masyarakat. Harapan masyarakat terhadap Pantai
Torok Aik Belek yang dikembangkan menjadi daya tarik wisata adalah dapat meningkatkan
sumber daya lokal dan ekonomi masyarakat agar tercipta lapangan pekerjaan sehingga
masyarakat dapat lebih sejahtera.
Novitasari (2019) melakukan penelitian eksploratif. Meskipun bidang keilmuan
Novitasari adalah biologi, ada hal menarik di bagian saran yang diberikan oleh Novitasari bagi
pemerintah setempat. Novitasari menyarankan agar pemerintah setempat memberikan
perhatian yang lebih intensif terhadap kawasan-kawasan yang memiliki potensi sebagai
destinasi pariwisata. Hal ini agar pariwisata lokal bisa dikenal secara luas.
Sementara itu, penelitian tentang Bau Nyale pernah dilakukan dalam beberapa tahun
terakhir, tetapi di luar Pantai Torok Aik Belek. Berikut beberapa di antaranya.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Dirgantara (2022) dengan judul “Festival Bau
Nyale sebagai Daya Tarik Wisatawan di Destinasi Selong Belanak Kecamatan Praya Barat”.
Hasil penelitian Dirgantara menyebutkan bahwa Festival Bau Nyale di Pantai Selong Belanak
dari segi atraksi, amenitas, aksesibilitas, dan ancillary service berdampak positif terhadap
kunjungan wisatawan. Kontribusi yang diberikan masyarakat terhadap pengembangan objek
wisata dan Festival Bau Nyale di Pantai Selong Belanak memiliki dampak yang timbul secara
alami, yaitu meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dan meningkatnya lapangan
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, Maret 2024, page: 9-18
E-ISSN: 3047-2288
11
Aprian Eka Pujianataa et.al (Peran Pokdarwis Patuh Angen.)
pekerjaan bagi masyarakat dan berefek terhadap pendapatan ekonomi masyarakat lokal. Hal
ini bisa memunculkan peluang usaha baru dan membuka kesempatan kerja, kebutuhan
penduduk terpenuhi, kontrol dan kepemilikan masyarakat bisa sepenuhnya dipegang
masyarakat.
Kedua, (Nursaptini dkk., 2020) juga melakukan penelitian tentang festival Bau Nyale.
Dalam laporan penelitian berjudul ”Festival Bau Nyale sebagai Pengenalan dan Pelestarian
Budaya” mereka menyimpulkan bahwa keikutsertaan generasi muda terutama usia sekolah
mengikuti Festival Bau Nyale membuat generasi muda memahami nilai yang terkandung
dalam tradisi Bau Nyale, antara lain sikap kesabaran dan rela berkorban untuk orang banyak.
Dengan demikian, festival ini menjadi wadah pengenalan dan pelestarian budaya suku sasak
bagi generasi muda suku setempat.
Ketiga, (Zulhadi, 2019) meneliti tentang ”Sistem Penanggalan Adat Bau Nyale Sasak
dalam Perspektif Astronomi”. Dalam laporan penelitiannya, Zulhadi antara lain
menyimpulkan bahwa ada pengaruh dari pergerakan benda langit seperti Matahari yang sangat
berperan dalam perubahan keadaan iklim dan cuaca pada bumi, yaitu dari perputaran bumi
mengelilingi matahari maupun bulan mengelilingi bumi sehingga kemunculan nyale
bergantung dari sirkulasi perputaran benda langit, yaitu pergerakan bumi mengelilingi
matahari yang mengakibatkan perubahan iklim dan cuaca. Kesimpulan lain dari penelitian
Zulhadi adalah korelasi antara kalender Sasak dan astronomi saling berkaitan dalam penentuan
tanggal, baik dalam menentukan hari, agenda adat (baik adat Nyale maupun lainnya), terlebih
dalam hal bercocok tanam.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh (Halidin, 2018) dengan judul Analisis Budaya
Lokal Festival Bau Nyale sebagai Atraksi Wisata Tahunan di Pantai Seger Lombok Tengah".
Hasil penelitian Halidin menyebutkan bahwa budaya lokal Bau Nyale dapat memberikan
kontribusi positif terhadap industri pariwisata serta peningkatan ekonomi masyarakat lokal,
seperti (1) untuk masyarakat berupa peningkatan ekonomi masyarakat, kesempatan untuk
bekerja, serta untuk mempertahankan dan melestraikan budaya lokal; (2) untuk industri
pariwisata dapat meningkatnya jumlah kunjungan, meningkatnya jumlah hunian kamar,
restoran/rumah makan, meningkatnya jumlah pembeli untuk memenuhi kebutuhan makan dan
minum, serta meningkatnya jumlah pemakaian mode transportasi wisata untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Handayani dkk. (2022) secara garis besar membahas
tentang persepsi masyarakat dan wisatawan tentang keberadaan Pantai Torok Aik Belek
sebagai daya tarik wisata di Lombok Tengah, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Novitasari secara garis besar membahas tentang spesies serangga tanah yang ada di Bukit
Torok Aik Belek. Sementara itu, penelitian Dirgantara (2022), Nursaptini dkk. (2020),
(Zulhadi, 2019), dan (Halidin, 2018) mengkaji Bau Nyale dari berbagai sudut pandang. Dari
berbagai penelitian di atas, penulis belum menemukan pembahasan tentang peran pokdarwis
dalam pelaksanaan Bau Nyale di Pantai Torok Aik Belek. Oleh karena itu, fokus penelitian ini
adalah peran Pokdarwis Patuh Angen dalam pelaksanaan Bau Nyale 2023 di Pantai Torok Aik
Belek.
2. Metode
Penelitian ini mengunakan metode kualitatif karena bertujuan memahami dan
mengambarkan karakter masalah penelitian secara mendalam, yaitu peran Pokdarwis Patuh
Angen yang ada di Pantai Torok Aik Belek dalam pelaksanaan Bau Nyale 2023. Menurut
Fadli (2021), tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk memahami kondisi suatu konteks
dengan mengarahkan pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi
dalam suatu konteks yang alami (natural setting), tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut
apa adanya yang di lapangan studi. Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus. Studi
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, Maret 2024, page: 9-18
E-ISSN: 3047-2288
12
Aprian Eka Pujianataa et.al (Peran Pokdarwis Patuh Angen.)
kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam
suatu waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi atau kelompok sosial) serta
mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam denganmenggunakan berbagai
prosedur pengumpulan data selama periode tertentu (Wahyuningsih, 2013). Data primer
dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara tak terstruktur kepada pengurus
Pokdarwis Patuh Angen, wisatawan, dan masyarakat setempat. Data sekunder dikumpulkan
dengan menelusuri dokumen yang terkait dengan Pantai Torok Aik Belek dan digunakan
untuk melengkapi data primer. Data yang telah di kompulkan kemudian dipilah atau diseleksi,
disusun menurut kategori tertentu, disajikan, dan disimpulkan. Simpulan awal yang diambil
masih bersifat sementara sehingga dapat berubah setiap saat apabila ada temuan data baru baik
melalui wawancara, observasi, maupun hasil penulusuran dokumen. Demikian terus-menerus
sampai sitemukan data jenuh, yaitu tidak ditemukan data baru lagi (Saat & Mania, 2020).
3. Hasil dan Pembahasan
Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
dalam masyarakat (Tim Penyusun Kamus Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016).
Istilah “peran” dalam bahasa Inggris disebut role”. Oxford Learner’s Dictionaries (Oxford
University Press, 2024) mendefinisikan role sebagai “fungsi atau posisi yang dimiliki atau
diharapkan dimiliki seseorang dalam suatu organisasi, dalam masyarakat, atau dalam suatu
hubungan” (the function or position that someone has or is expected to have in an organization,
in society, or in a relationship).
Kelompok sadar wisata (pokdarwis) adalah kelembagaan di tingkat masyarakat yang
anggotanya terdiri dari para pelaku kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan tanggung
jawab serta berperan sebagai penggerak dalam mendukung terciptanya iklim kondusif bagi
tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan serta terwujudnya Sapta Pesona dalam
meningkatkan pembangunan daerah melalui kepariwisataan dan memanfaatkannya bagi
kesejahteraan masyarakat sekitar (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012). Dari
definisi ini terlihat bahwa peran pokdarwis dalam konteks pengembangan destinasi pariwisata
adalah sebagai salah satu “unsur penggerak”.
Pokdarwis merupakan kompenen penting sekaligus memiliki peran dan kontribusi penting
dalam pengembangan pariwata di suatu daerah. Pokdarwis perlu dukungan dan binaan agar bisa
berperan lebih efektif serta turut berpartisipasi untuk mengerakan masyarakat untuk bisa
mewujudkan lingkungan serta suasana yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan
kepariwisataan di sekitar destinasi pariwisata (Sutiani, 2021).
3.1 Profil Pokdarwis Patuh Agen
Montong Ajan adalah salah satu desa yang terletak di selatan Kecamatan Praya Barat Daya.
Desa ini memiliki potensi wisata alam yang menjanjikan karena keindahan alam dan bentang
pantai dengan pasir putih yang dimiliki. Hal ini membuat kalangan investor tertarik untuk
berinvestasi. Beberapa investor mulai membangun vila dan resort di desa inidan sebagian
bahkan sudah ada yang beroprasi.
Pemerintah Desa Montong Ajan menyadari akan potensi yang dimiliki ini sehingga mulai
melakukan pengembangan dengan cara bekerja sama dengan pemerintah kecamatan dan
kabupaten untuk membentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis). Oleh karena itu, dibentuklah
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Patuh Angen
Pokdarwis Patuh Angen ditetapkan dengan surat ketetapan Nomor 0089/SJ./MA/07/2021
pada tanggal 13 Juli 2021 oleh Kepala Desa Montong Ajan (Endudi Yadi) yang juga di hadiri
langsung oleh Camat Praya Barat Daya (Rumetan, S.H.). Pengurus Pokdarwis Patuh Angen ini
kemudian resmi dikukuhkan pada tanggal 7 Oktober 2021 oleh Dinas Pariwisata Lombok
Tengah yang dilaksanakan di Kawasan Pantai Torok Aik Belek, Desa Montong Ajan. Nama
“Patuh Angen” artinya satu hati yang di tetapkan.
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, Maret 2024, page: 9-18
E-ISSN: 3047-2288
13
Aprian Eka Pujianataa et.al (Peran Pokdarwis Patuh Angen.)
Sumber: Pokdarwis Patuh Angen
Gambar 1 Pengukuhan Pokdarwis Patuh Angen
Pengurus Pokdarwis Patuh Angen yang dilantik dan dikukuhkan tanggal 7 Oktober 2021
oleh Dinas Pariwisata Lombok Tengah antara lain adalah Junaidi selaku Ketua Pokdarwis Patuh
Angen dan Multazam selaku Sekretaris Pokdarwis Patuh Angen. Susunan pengurus secara
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1 Susunan Pokdarwis Patuh Angen
No
Nama
Jabatan dalam Pokdarwis
1 1
Juini, S.Pd.I.
Ketua
2
Ayubi, S.Pd.I.
Wakil Ketua
3
Multazam, S.Pd.
Sekertaris
4
Kanik Jayadi, A.Md.Par.
Wakil Sekertaris
5
Riza Umami, S.Sos.
Bendahara
6
A. Suhandi
B. Khaerudin
Seksi Keamanan dan Ketertiban
7
A. Feri Irawan
B. Ari Wahyudi
Seksi Kebersihan dan Keindahan
8
A. Saiful Fahmi
B. Sadarudin, S.Par.
Seksi Daya Tarik Wisata dan Kenangan
9
A. H. Darmawan
B. Jerman Felani
Seksi Hubungan Masyarakat dan SDM
10
A. Kamarudin
B. Mahdan
Seksi Pengembangan Usaha
11
A. Sunardi, S.Kom.
B. Ahyar
Seksi Digitalisasi
12
A. M. Zaki, S.Kep.
B. Maradona, A.Md. Kep.
Seksi Kesehatan
Sumber: Pokdarwis Patuh Angen
Setelah dilantik dan dikukuhkan, peran pengurus Pokdarwis Patuh Angen dalam kegiatan
kepariwisataan di Desa Montong Ajan khususnya dan di Kabupaten Kabupaten Lombok Tengah
pada umumnya diharapkan semakin nyata. Peran yang diharapkan ini antara lain dalam
pelaksanaan Bau Nyale di Pantai Torok Aik Belek yang terletak di Desa Montong Ajan.
3.2 Peran Pokdarwis Patuh Angen dalam Pelaksanaan Bau Nyale 2023
Bau Nyale merupakan tradisi masyarakat Sasak. Kata bau artinya menangkap, sedangkan
nyale artinya cacing laut (Fazalani, 2018). Tradisi ini hanya ada di Lombok bagian selatan.
Pelaksanaan Bau Nyale biasanya digelar di sepanjang pantai di Lombok bagian selatan, antara
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, Maret 2024, page: 9-18
E-ISSN: 3047-2288
14
Aprian Eka Pujianataa et.al (Peran Pokdarwis Patuh Angen.)
lain Pantai Tanjung Aan, Pantai Seger, Pantai Torok Aik Belek, dan Pantai Blongsong (Andita,
2023). Masyarakat percaya bahwa nyale adalah jelmaan dari Putri Mandalika.
Bau Nyale biasanya dilaksanakan setelah lima hari dari bulan purnama, tepatnya pada
tanggal 19-20 bulan ke-10 berdasarkan penanggalan suku Sasak (mangsa Sasak) atau warige
(Wirawan dalam Dirgantara, 2022). Zulhadi (2019) menyebutkan bahwa sistem kerja kalender
Sasak dihasilkan dari pengamatan terhadap peredaran gugus bintang Pleiades (Rowot) yang pola
kemunculannya diprediksikan dari formulasi 5-15-25. Bila rasi bintang Rowot dinyatakan
muncul tanggal 5 dalam bulan Hijriah tertentu, maka dapat dipastikan bahwa pada tahun
berikutnya kemunculan bintang Rowot mundur 10 hari, yaitu pada tanggal 15 dan masih dalam
bulan yang sama. Pola ini akan berlanjut hingga tahun ke-3 yang akan muncul pada tanggal 25.
Setelah tahun ke-3, tahun selanjutnya akan muncul pada tanggal 5 pada bulan Hijriah
berikutnya.
Zulhadi (2019) juga menjelaskan bahwa formulasi perhitungan tersebut digunakan dalam
menetukan awal musim dalam Kalender Sasak. Bintang Rowot digunakan sebagai acuan
masuknya awal mangse dari pengamatan tanda-tanda alam oleh tokoh adat. Jika awal mangse
sudah bisa ditentukan maka bisa diketahui bulan kesepuluh (Sasak) jatuh pada bulan apa dalam
penanggalan matahari dan mengonversikannya untuk menentukan (prediksi) kemunculan nyale.
Dalam hal ini, prediksi kemunculan nyale tidak bisa lepas dari pengamatan sains biologi untuk
mengetahui sesi reproduksi dari cacing nyale tersebut.
Penentuan waktu pelaksanaan Bau Nyale ditentukan melalui Sangkep Warige, yaitu
musyawarah adat untuk menentukan hari baik Bau Nyale melalui media penanggalan Sasak
(warige atau urige) yang melibatkan beberapa elemen masyarakat, baik dari instansi pemerintah,
pemangku adat, tokoh agama, maupun masyarakat setempat. Sangkep Warige untuk penentuan
waktu Bau Nyale 2023 diselenggarakan di Kampung Adat Sasak Ende, Desa Sengkol,
Kecamatan Pujut, Lombok Tengah pada hari Rabu tanggal 11 Januari 2023. Berdasarkan hasil
Sangkep Warige tersebut disepakati bahwa tanggal Bau Nyale tahun 2023 jatuh pada hari Jumat
dan Sabtu tanggal 10-11 Februari 2023 (Triwarsa, 2023). Adapun malam puncak Festival Pesona
Bau Nyale dilaksanakan di Pantai Tanjung Aan dan Pantai Seger (Sugianto, 2023). Salah satu
pantai yang menjadi tempat pelaksanaan Bau Nyale tetapi masih belum banyak diketahui
masyarakat adalah Pantai Torok Aik Belek (Redaksi Radar Mandalika, 2022).
Sebelum pelaksanaan Bau Nyale, terlebih dahulu diadakan presean, yaitu tradisi berupa
pertarungan antara dua lelaki menggunakan tongkat rotan sebagai senjata dan kulit kerbau yang
tebal dan keras sebagai berperisai (ende). Acara ini digelar di pinggir pantai dan diikuti oleh para
petarung dari berbagai desa. Pada pelaksanaan Bau Nyale tahun 2023, acara presean
direncanakan digelar pada tanggal 38 Februari 2023. Sehari sebelumnya (tanggal 2 Februari
2023), warga sekitar Pantai Torok Aik Belek melakukan persiapan. Panitia yang berasal dari
warga setempat mempersiapkan tempat untuk pembatas antara penonton dan petarung (pepadu).
Panitia juga menyiapkan tenda (terop) sebagai tempat untuk tamu undangan dan tempat musik
untuk mengiringi saat presean berlangsung. Persiapan lain berupa penyediaan hadiah dan
menyiagakan tim medis. Setelah acara presean, agenda pada hari berikutnya (tanggal 9
Februari 2023) adalah festival. Hari berikutnya (tanggal 1011 Februari 2023) adalah malam
puncak Bau Nyale.
Dari sejumlah agenda Bau Nyale 2023 di Pantai Torok Aik Belek, ada satu agenda yang
tidak terlaksana, yaitu festival yang di rencanakan dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2023.
Menurut panitia, festival tahun 2023 di Pantai Torok Aik Belek gagal digelar karena terkendala
biaya dan persiapan yang kurang. Karena festival tidak jadi digelar, presean yang seharusnya
digelar selama enam hari diperpanjang menjadi tujuh hari (sampai tanggal 9 Februari 2023).
Pada malam puncak Bau Nyale diadakan pergelaran teater Putri Nyale dari Dinas Pariwisata dan
dilanjutkan dengan pertunjukan musik.
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, Maret 2024, page: 9-18
E-ISSN: 3047-2288
15
Aprian Eka Pujianataa et.al (Peran Pokdarwis Patuh Angen.)
Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar 2 Masyarakat yang ikut dalam Bau Nyale 2023 di Pantai Torok Aik Belek
Pantai Torok Aik Belek yang dijadikan sebagai salah satu titik penyelenggaraan Bau Nyale
2023 semestinya menjadi peluang bagi Pokdarwis Patuh Angen untuk memperkenalkan pantai
ini kepada khalayak. Sayangnya, sejak sebelum acara dimulai sampai acara berakhir, peran
Pokdarwis Patuh Angen secara kelembagaan nyaris tidak tampak. Menurut salah satu pengurus
Pokdarwis Patuh Angen, hal ini terjadi karena koordinasi dari pemerintah Desa Montong Ajan
untuk melakukan kerja sama dengan berbagai pihak dianggap masih sangat kurang. Selain itu,
Pokdarwis Patuh Angen selama ini “mati suri”. Hal ini antara lain dikemukakan oleh Basirun,
Ketua Panitia Event Bau Nyale 2023.
“Sebenarnya pokdarwis ini sudah tidak jalan sejak lama. Sejak dibentuknya juga belum
ada gerakan sama sekali. Saat pembentukan panitia Event Bau Nyale juga tidak ada
koordinasi dari pemerintah desa. Panitia juga dibentuk dengan ditunjuk, yang penting
acara ini bisa berjalan dengan lancar.” (Wawancara dengan Basirun, 2023)
Kutipan hasil wawancara di atas mengindikasikan ketidaksiapan penyelenggara Bau Nyale
2023 di Pantai Torok Aik Belek. Koordinasi yang kurang dinilai menjadi salah satu penyebab
Pokdarwis Patuh Angen tidak dilibatkan dalam kepanitiaan. Hal ini bisa saja disebabkan oleh
waktu yang sangat mepet sehingga membuat kepanitian yang dibentuk dengan penunjukan untuk
memastikan bahwa Bau Nyale 2023 bisa terlaksana di Pantai Torok Aik Belek. Sangkep Warige
untuk penentuan waktu Bau Nyale 2023 diselenggarakan pada tanggal 11 Januari 2023,
sementara tanggal Bau Nyale tahun 2023 diputuskan jatuh pada tanggal 10-11 Februari 2023.
Praktis hanya ada waktu satu bulan. Jika acara presean sebagai bagian dari rangkaian Bau Nyale
dimulai pada 3 Februari 2023, berarti hanya ada waktu 17 hari untuk melakukan persiapan
(karena tahun 2023 bukan tahun kabisat, usia bulan Februari hanya 28 hari). Dengan waktu yang
sangat mepet ini tentu pihak yang diberi wewenang untuk membentuk kepanitiaan tidak ingin
berspekulasi dengan menyerahkan tanggung jawab pelaksanaan Bau Nyale kepada pokdarwis
yang “mati suri”.
Terkait dengan pokdarwis yang “mati suri” ini diakui oleh Juini selaku Ketua Pokdarwis
Patuh Angen. Menurut Juini, Pokdarwis Patuh Angen “mati suri” karena terjadi krisis kader.
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, Maret 2024, page: 9-18
E-ISSN: 3047-2288
16
Aprian Eka Pujianataa et.al (Peran Pokdarwis Patuh Angen.)
Lebih lanjut Juini menjelaskan bahwa pengurus Pokdarwis Patuh Angen lebih memilih
pekerjaan utama mereka pegawai di perusahaan swasta daripada melaksanakan tugas sebagai
pengurus pokdarwis. Selain itu, ketiadaan alokasi anggaran untuk pengembangan pariwisata di
Desa Montong Ajan membuat pengurus enggan berkegiatan.
Waktu pelaksanaan yang mepet membuat kepanitiaan dibentuk dengan penunjukan dan
membuat Pokdarwis Patuh Angen tidak dilibatkan cukup beralasan mengingat selama ini kinerja
pokdarwis ini belum terlihat. Saiful Fahmi selaku Seksi Daya Tarik dan Kenangan dalam
wawancara dengan penulis mengakui hal ini.
“Saya tidak tahu bahwa saya masuk dalam anggota pokdarwis ini…. Saya sempat
mengetahui tentang pembentukan pokdarwis ini sampai saya ikut rapat pembentukannya.
Namun, semenjak saat itu saya tidak mengetahui kelanjutannya lagi dan tiba-tiba saya
masuk dalam seksi Daya Tarik dan Kenangan.” (Wawancara dengan Saiful Fahmi, 2023)
Kutipan wawancara di atas cukup menggambarkan bahwa selama ini kinerja Pokdarwis
Patuh Angen masih dipertanyakan. Dengan demikian, wajar jika pemangku kepentingan yang
punya wewenang membentuk kepanitiaan penyelenggaraan Bau Nyale 2023 di Pantai Torok Aik
Belek menunjuk pihak lain dan tidak melibatkan Pokdarwis Patuh Angen secara kelembagaan.
Dengan waktu (hanya 17 hari) dan anggaran yang terbatas (terbukti dengan agenda festival yang
ditiadakan), tentu sangat berisiko jika kemudian dipaksakan untuk menyerahkan tanggung jawab
kepada pihak yang masih diragukan kinerjanya. Meskipun sudah hampir 1,5 tahun dibentuk
(ditetapkan 13 Juli 2021), Pokdarwis Patuh Angen belum menunjukkan hasil kegiatan yang
nyata.
4. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan Bau Nyale 2023
sejak sebelum acara dimulai sampai acara berakhir, peran Pokdarwis Patuh Angen secara
kelembagaan nyaris tidak tampak. Hal ini terjadi karena koordinasi dari pemerintah Desa
Montong Ajan untuk melakukan kerja sama dengan berbagai pihak dianggap masih sangat
kurang. Selain itu, waktu pelaksanaan yang mepet membuat kepanitiaan dibentuk dengan
penunjukan dan membuat Pokdarwis Patuh Angen tidak dilibatkan karena selama ini kinerja
Pokdarwis Patuh Angen belum terlihat.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyarankan menata kepengurusan Pokdarwis
Patuh Angen agar lebih aktif berperan dalam pengembangan pariwisata di sekitar Pantai Torok
Aik Belek. Dengan demikian, ke depan kinerja Pokdarwis Patuh Angen bisa terlihat sehingga
diharapkan bisa dilibatkan secara kelembagaan dalam tradisi Bau Nyale pada tahun-tahun
selanjutnya.
5. Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang turut membantu selama
penelitian, terutama kepada para informan baik dari pihak panitia Bau Nyale 2023 di Pantai
Torok Aik Belek maupun Pengurus Pokdarwis Patuh Angen dan warga sekitar Pantai Torok Aik
Belek di Dusun Torok Aik Belek, Desa Montong Ajan, Kecamatan Praya Barat Daya.
6. Daftar Pustaka
Andita, R. A. (2023). Dua Menteri Dijadwalkan Hadir saat Malam Puncak Event Bau Nyale di
Loteng. Lombok Post. https://lombokpost.jawapos.com/praya/1502795522/dua-
menteri-dijadwalkan-hadir-saat-malam-puncak-event-bau-nyale-di-loteng
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, Maret 2024, page: 9-18
E-ISSN: 3047-2288
17
Aprian Eka Pujianataa et.al (Peran Pokdarwis Patuh Angen.)
Dirgantara, L. I. (2022). Festival Bau Nyale sebagai Daya Tarik Wisatawan di Destinasi
Selong Belanak Kecamatan Praya Barat [Jurusan Pariwisata Syariah Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Mataram].
https://etheses.uinmataram.ac.id/3235/1/L.%20Ivan%20Dirgantara%20180503040_.pdf
Fadli, M. R. (2021). Memahami desain metode penelitian kualitatif. HUMANIKA, 21(1), 33
54. https://doi.org/10.21831/hum.v21i1.38075
Fazalani, R. (2018). Tradisi Bau Nyale terhadap Nilai Multikultural pada Suku Sasak. Fon:
Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 13(2).
https://doi.org/10.25134/fjpbsi.v13i2.1549
Halidin, I. (2018). Analisis Budaya Lokal Festival Bau Nyale sebagai Atraksi Wisata Tahunan
di Pantai Seger Lombok Tengah. Program Studi Usaha Perjalanan Wisata, Sekolah
Tinggi Pariwisata AMPTA, Yogyakarta.
Handayani, I., Fathurrahim, F., & Putra, I. N. T. D. (2022). Persepsi Wisatawan dan
Masyarakat terhadap Pantai Torok Aik Belek sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten
Lombok Tengah. Journal Of Responsible Tourism, 1(3), Article 3.
https://doi.org/10.47492/jrt.v1i3.1365
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2012). Buku Pedoman Kelompok Sadar Wisata.
Masjhoer, J. M. (2019). Pengantar Wisata Bahari. Khitah Publishing.
Novitasari, E. (2019). Diversitas serangga tanah di bukit torok aik belek Desa Montong Ajan
Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok Tengah [Udergraduate, UIN
Mataram]. https://etheses.uinmataram.ac.id/1509/
Nursaptini, N., Widodo, A., Novitasari, S., & Anar, A. P. (2020). Festival Bau Nyale sebagai
Pengenalan dan Pelestarian Budaya. Cakrawala Jurnal Penelitian Sosial, 9(1), Article
1.
Oxford University Press. (2024). Oxford Learner’s Dictionaries. Oxford Learner’s
Dictionaries. https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/role?q=role
Redaksi Radar Mandalika. (2022). Camat Prabarda Promosikan Bau Nyale di Pantai Torok.
Radar Mandalika. https://radarmandalika.id/camat-prabarda-promosikan-bau-nyale-di-
pantai-torok/
Rois, I., & Fadliyanti, L. (2017). Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat Tahun 2002-2016.
Journal of Economics and Business, 3(2), Article 2.
https://doi.org/10.29303/ekonobis.v3i2.8
Saat, S., & Mania, S. (2020). PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN: Panduan Bagi
Peneliti Pemula. PUSAKA ALMAIDA.
Sugianto, S. I. (2023). Malam Puncak Festival Bau Nyale 2023 Dimeriahkan Baiq Gita,
Amtenar, hingga Pertunjukan Wayang Kulit. Tribun Lombok.
https://lombok.tribunnews.com/2023/02/10/malam-puncak-festival-bau-nyale-2023-
dimeriahkan-baiq-gita-amtenar-hingga-pertunjukan-wayang-kulit.
Sutiani, N. W. (2021). Peran Serta Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dalam Pengembangan
Desa Wisata di Desa Taro Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar. Jurnal Ilmiah
Cakrawarti, 4(2), Article 2. https://doi.org/10.47532/jic.v4i2.304
Tim Penyusun Kamus Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016). Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Kelima. KBBI Daring. https://kbbi.kemdikbud.go.id/
Triwarsa, D. S. (2023). Tradisi Adat Sasak Sangkep Warige di Kampung Sasak Ende Untuk
Penentuan Waktu Bau Nyale 2023. Go Mandalika. https://gomandalika.com/tradisi-
adat-sasak-sangkep-warige-di-kampung-sasak-ende-untuk-penentuan-waktu-bau-nyale-
2023/
Wahyuningsih, S. (2013). Metode Penelitian Studi Kasus: Konsep, Teori Pendekatan Psikologi
Komunikasi, dan Contoh Penelitiannya. UTM PRESS.
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, Maret 2024, page: 9-18
E-ISSN: 3047-2288
18
Aprian Eka Pujianataa et.al (Peran Pokdarwis Patuh Angen.)
Zulhadi, H. (2019). Sistem Penanggalan Adat Bau Nyale Sasak dalam Perspektif Astronomi.
Program Magister Ilmu Falak Pascasarjana, UIN Walisongo Semarang.