PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, March 2024, page: 52-64
E-ISSN: 3047-2288
52
Jussac Maulana Masjhoer et.al (Menakar Tingkat Kepuasan Wisatawan:….)
Menakar Tingkat Kepuasan Wisatawan: Kunci
Keberhasilan Pengembangan Amenitas Pantai Slili
sebagai Destinasi Wisata Bahari
Jussac Maulana Masjhoer
a,1*
, Rukmini A.R.
b,2
, Trisagia Mokodongan
c,3
a
Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta, Jl. Ahmad Yani No.52, Bantul, 55198, Indonesia
b
Pascasarjana Institut Teknologi Yogyakarta, Jl. Janti Km 4, Bantul, 55198, Indonesia
c
Institut Citra Internasional, Jl. Pinus I, Kacang Pedang Atas, Pangkalpinang, Indonesia
1
jussacmaulana@stipram.ac.id;
2
rukminiwirianto@gmail.com;
3
trisagiamokodongan@gmail.com
*
Corresponding Author: jussacmaulana@stipram.ac.id
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 23 November 2023
Direvisi: 29 Desember 2023
Disetujui: 24 Februari 2024
Tersedia Daring: 1 Maret 2024
Kepuasan wisatawan merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan
pengembangan pariwisata. Evaluasi berkala terhadap fasilitas pariwisata
yang disediakan pengelola perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas
destinasi di mata pengunjung. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kepuasan wisatawan terhadap fasilitas pariwisata di
Pantai Slili. Sebanyak 100 responden menjawab kuesioner yang selanjutnya
dianalisis menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa wisatawan tidak puas terhadap fasilitas toilet umum
dan tempat sampah dengan persentase berturut-turut sebesar 42,25% dan
38,75%. Wisatawan menyatakan puas terhadap fasilitas rest area, parkir, dan
tempat ibadah dengan persentase berturut-turut sebesar 51,34%, 47,71%,
dan 45,5%. Ketersediaan fasilitas difabel dinilai sangat tidak puas oleh
sebesar 61,5% wisatawan. Fasilitas pariwisata di Pantai Slili yang dirasa
belum memenuhi harapan wisatawan, perlu menjadi perhatian pengelola.
Pengelola masih perlu meningkatkan kualitas fasilitas pariwisata yang
disediakan agar kepuasan wisatawan dapat dipertahankan dan ditingkatkan.
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk melihat apakah kepuasan
wisatawan berhubungan dengan keinginan berkunjung kembali. Sehingga
pengelola akan memiliki alasan kuat untuk terus memperbaiki kualitas
fasilitas di destinasi wisata bahari.
Kata Kunci:
Fasilitas pariwisata
Kepuasan wisatawan
Wisata bahari
Amenitas pariwisata
ABSTRACT
Keywords:
Marine tourism
Tourism facilities
Traveller satisfaction
Tourism amenities
Tourist satisfaction serves as a crucial indicator of successful tourism
development. It is imperative for managers to periodically assess the tourism
facilities to gauge the destinations' quality through the visitors' perspective.
Therefore, this study endeavors to assess the level of tourist satisfaction
regarding the tourism facilities at Slili Beach. A total of 100 respondents
participated in the questionnaire, which was subsequently analyzed using
descriptive quantitative methods. The findings revealed that tourists
exhibited dissatisfaction with public toilet facilities and trash bins, with
percentages of 42.25% and 38.75%, respectively. Conversely, tourists
expressed contentment with rest area facilities, parking, and places of
worship, with percentages of 51.34%, 47.71%, and 45.5%, respectively.
However, the availability of disabled facilities left 61.5% of tourists
significantly dissatisfied. These findings underscore the need for managers
to address the discrepancies between tourists' expectations and the actual
offerings at Slili Beach. Consequently, there is a pressing need for managers
to enhance the quality of tourism facilities to ensure and bolster tourist
satisfaction. Furthermore, future research endeavors could explore the
correlation between tourist satisfaction and the inclination to revisit,
providing managers with compelling reasons to continually improve the
quality of facilities at marine tourism destinations.
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, March 2024, page: 52-64
E-ISSN: 3047-2288
53
Jussac Maulana Masjhoer et.al (Menakar Tingkat Kepuasan Wisatawan:….)
©2024, Jussac Maulana Masjhoer, Rukmini A.R., Trisagia Mokodongan
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Kepuasan wisatawan menjadi tolak ukur dalam meningkatkan kualitas produk pariwisata
untuk mendorong kunjungan dan membentuk loyalitas wisatawan. Secara garis besar, tingkat
kepuasan berarti tahapan reaksi konsumen terhadap pelayanan yang diberikan oleh penyedia
jasa (Dzulkifli & Masjhoer, 2020). Selain atraksi wisata yang ditawarkan oleh destinasi,
kepuasan wisatawan juga dapat dipengaruhi oleh fasilitas yang disediakan. Kualitas amenitas
(fasilitas pariwisata) yang baik menentukan kepuasan wisatawan yang berkunjung dan
beraktivitas di destinasi wisata (Susetyarini & Masjhoer, 2018). Fasilitas pariwisata akan
mempermudah dan memberikan kenyamanan wisatawan selama berwisata. Oleh karena itu,
daya tarik wisata dengan fasilitas wisata yang lengkap cenderung menjadi favorit wisatawan
dibandingkan dengan yang tidak. Hal tersebut dipertegas oleh penelitian oleh Vengesayi et al.
(2009) yang mengungkapkan bahwa sebuah tujuan wisata dianggap semakin menarik ketika
memenuhi lebih banyak kebutuhan wisatawan dan pada akhirnya akan menjadi pilihan utama
di tengah persaingan destinasi wisata. Beberapa faktor yang dianggap penting oleh pengunjung
dalam memilih tujuan wisata meliputi fasilitas yang tersedia, daya tariknya, harga yang
kompetitif, dan ketersediaan jaringan transportasi yang mudah (Masjhoer & Dzulkifli, 2019).
Salah satu komponen penting dan wajib ada di setiap destinasi pariwisata yaitu fasilitas
pariwisata. Dikarenakan sifatnya yang wajib, maka keberadaannya dapat dijadikan indikator
keberhasilan pengembangan destinasi pariwisata. Lebih lanjut, Susetyarini & Masjhoer (2018)
berpendapat bahwa destinasi perlu untuk mengetahui kepuasan wisatawan untuk mengukur
sejauh mana kelebihan dan kekurangan fasilitas pariwisata yang disediakan. Langkah tersebut
menjadi bentuk evaluasi berharga bagi pengelola yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi
program-program atau rencana aksi pembangunan fisik maupun non-fisik.
Fasilitas pariwisata adalah sarana dan prasarana yang disediakan untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan selama berada di destinasi wisata (Taning et al., 2022). Penyediaan
fasilitas pariwisata berperan penting dalam menciptakan pengalaman wisata yang
menyenangkan dan berkesan bagi pengunjung selama melakukan aktivitas wisata. Fasilitas
pariwisata dapat berupa sarana sanitasi seperti toilet, pembuangan air limbah, penyediaan air
bersih, dan tempat sampah, rest area, tempat ibadah, fasilitas disabilitas, dan lahan parkir
(Fanggidae & Bere, 2020; Handoyo et al., 2017; Mahdani et al., 2022; Nihayati & Deskarina,
2019; Rochman et al., 2023; Susetyarini & Masjhoer, 2018; Yuantari & Andrean, 2022).
Kualitas fasilitas pariwisata menentukan pengalaman yang akan diterima oleh pengunjung.
Semakin baik kualitas fasilitas pariwisata dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan
dan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pengunjung (Taning et al., 2022). Fasilitas
yang memberikan kemudahan aktivitas berwisata akan menjadi nilai tambah dari pengunjung
karena harapan mereka terpenuhi dengan baik (Rokhayah & Andriana, 2021).
Pantai Slili adalah salah satu destinasi wisata bahari unggulan di Kabupaten Gunungkidul.
Lokasi Pantai Slili tergolong strategis, karena berada di kawasan Pantai Pulang Syawal, Krakal,
dan Sadranan dengan pilihan beragam titik wisata menarik (Umam, 2024). Zona Selatan
Kabupaten Gunungkidul saat ini sedang mendorong pengembangan pantai baru dengan ciri khas
dan potensi yang beragam (Masjhoer et al., 2020). Hal ini tentunya memunculkan persaingan
antar pantai di sepanjang pantai Gunungkidul. Setiap pantai menawarkan atraksi beragam
hingga membangun fasilitas pariwisata selengkap dan sebaik mungkin sebagai salah satu cara
dalam meningkatkan daya saing. Persepsi wisatawan dalam mengonsumsi produk dan jasa
selama berwisata ke beberapa destinasi akan dipengaruhi oleh perbedaan fasilitas, daya tarik
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, March 2024, page: 52-64
E-ISSN: 3047-2288
54
Jussac Maulana Masjhoer et.al (Menakar Tingkat Kepuasan Wisatawan:….)
wisata dan pelayanan di setiap destinasi. Puas dan tidak puasnya wisatawan berkunjung ke suatu
destinasi wisata tergantung dari daya tarik wisata dan fasilitas layanan yang ditawarkan
(Fanggidae & Bere, 2020). Berdasarkan hal tersebut, maka fasilitas pariwisata yang telah
dibangun oleh pengelola perlu dilakukan evaluasi untuk menyesuaikan dengan harapan
wisatawan. Evaluasi berkala terhadap fasilitas pariwisata yang disediakan pengelola perlu
dilakukan untuk mengetahui kualitas destinasi di mata pengunjung. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan wisatawan terhadap fasilitas pariwisata di
Pantai Slili.
2. Metode
Penelitian ini berlangsung di bulan Mei 2023 dan berlokasi di Pantai Slili, Kalurahan
Sidoharjo, Kapanewon Tepus, Gunungkidul. Pantai Slili memiliki garis pantai pendek dengan
pasir kasar putih dan batuan karang di sebagian tepinya. Ombaknya relatif kecil, cocok untuk
berenang, sementara panorama alamnya yang eksotis dan angin sepoi-sepoi menjadikannya
populer di kalangan wisatawan. Pantai Slili telah dilengkapi dengan fasilitas pariwisata yang
lengkap, termasuk kamar mandi, musala, gazebo, warung makan, penyewaan alat snorkeling,
penginapan, dan area parkir luas, untuk menarik perhatian wisatawan (Ananto et al., 2021).
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka metode yang sesuai untuk
memenuhi kebutuhan penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh wisatawan yang berkunjung ke Pantai Slili. Sampel yang mewakili
populasi diambil menggunakan teknik accidential sampling. Menurut Sugiyono (2019),
accidential sampling yaitu teknik pemilihan sampel yang ditemukan secara kebetulan dan cocok
dijadikan sebagai sumber data di lokasi penelitian. Lebih lanjut, jumlah sampel yang dijadikan
responden disesuaikan dengan teori Roscoe yaitu minimal 30 sampai dengan 500 orang
(Sugiyono, 2019). Keterbatasan biaya, waktu, dan tenaga menjadi pertimbangan peneliti untuk
mengambil sampel sebanyak 100 orang.
Variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu fasilitas pariwisata yang terdiri dari toilet
umum, tempat sampah, fasilitas difabel, rest area, lahan parkir, dan tempat ibadah yang terdapat
di lokasi penelitian. Setiap variabel fasilitas pariwisata memiliki indikator kepuasan yang
merujuk pada kualitas fasilitas yang terdapat di lapangan (lihat Tabel 1). Pengukuran tingkat
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, March 2024, page: 52-64
E-ISSN: 3047-2288
55
Jussac Maulana Masjhoer et.al (Menakar Tingkat Kepuasan Wisatawan:….)
kepuasan menggunakan skala Likert yang telah dimodifikasi menjadi skala genap. Hal ini
dimaksudkan agar persepsi wisatawan tidak berada di posisi netral, namun akan terpisah ke arah
positif atau negatif. Menurut Budiaji (2013), penentuan jumlah titik Likert perlu
mempertimbangkan bias sosial karena keinginan untuk menyenangkan peneliti dan
kecenderungan responden memilih titik di tengah (netral). Oleh karena itu jumlah titik respons
genap lebih disarankan dibandingkan titik respons ganjil karena bias sosial dapat dikurangi.
Analisis data yang digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan adalah frekuensi dan rata-
rata dari masing-masing skala.
Tabel 1. Variabel penelitian
No
Fasilitas
Pariwisata
Indikator kepuasan
1.
Toilet Umum
Kebersihan toilet umum
Kualitas air bersih
Penampakan fisik/desain toilet umum
Pemisahan toilet untuk pria dan wanita
2.
Tempat Sampah
Penggolongan jenis sampah (basah/kering)
Kondisi fisik tempat sampah
Penampakan/desain tempat sampah
Ketersediaan jumlah tempat sampah
3.
Fasilitas difabel
Ketersediaan jalur khusus pejalan kaki difabel
Kondisi fisik, kelayakan/penampakan jalur khusus pejalan kaki difabel
4.
Rest area (tempat
istirahat)
Kondisi fisik kursi
Penampakan/desain kursi
Ketersediaan jumlah kursi
5.
Lahan Parkir
Luas lahan parkir
Kondisi fisik lahan parkir
Penampakan fisik/desain lahan parkir
Petugas parkir
Keamanan area parkir
Tarif parkir
Jarak yang harus ditempuh wisatawan dari lahan parkir ke tempat wisata
6.
Tempat Ibadah
Ketersediaan tempat ibadah
Kebersihan tempat ibadah
Kemudahan akses wisatawan menuju tempat ibadah
Penampakan atau desain tempat ibadah
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang dibahas dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, dan
pekerjaan. Sebanyak 100 responden telah berhasil mengisi kuesioner dengan baik di Pantai
Slili, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner, sebagian
besar responden berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 60% dan sisanya
berjenis kelamin laki-laki (lihat Gambar 2). Wisata alam cenderung menjadi domain
wisatawan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan bahwa preferensi aktivitas dan
destinasi wisata, salah satunya ditentukan oleh perbedaan jenis kelamin. Namun hal tersebut
tidak berlaku untuk jenis wisata bahari yang cenderung memiliki karakteristik wisatawan
dengan proporsi perempuan yang lebih banyak dibandingkan laki-laki (Damasdino, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Octanisa & Palestho (2023) menunjukkan bahwa pengunjung
Pantai Mliwis di Kebumen didominasi oleh wisatawan perempuan. Perjalanan wisata bahari
tidak hanya diminati oleh wisatawan laki-laki, namun juga oleh wisatawan perempuan
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, March 2024, page: 52-64
E-ISSN: 3047-2288
56
Jussac Maulana Masjhoer et.al (Menakar Tingkat Kepuasan Wisatawan:….)
(Retawimbi et al., 2022). Meski perbedaan wisatawan laki-laki dan perempuan tidak terlalu
signifikan, hal ini telah menunjukkan bahwa segmentasi wisatawan wisata bahari telah
mencakup kedua jenis kelamin.
Gambar 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Dilihat dari aspek usia, maka sebagian besar responden berusia 18-25 tahun, usia paling
muda yaitu 10-17 tahun sebesar 6%, dan usia paling tua yaitu >50 tahun hanya sebanyak 2%
(lihat Gambar 3). Data tersebut menunjukkan bahwa wisatawan yang berkunjung ke Pantai
Slili berada di rentang usia produktif. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian
sebelumnya yang menunjukkan karakteristik wisatawan wisata bahari sebagian besar berada di
usia produktif (Cahyana et al., 2018; Octanisa & Palestho, 2023; Retawimbi et al., 2022).
Segmen wisatawan usia produktif cenderung menyukai wisata yang bernuansa alam, dalam hal
ini yaitu lingkungan bahari. Minat wisatawan untuk berwisata alam di Yogyakarta didominasi
oleh wisatawan di tingkat usia produktif (Yuniati, 2018).
Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan usia
Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan dominasi mahasiswa/
pelajar dengan persentase sebesar 51%. Pekerjaan terbesar kedua yaitu wiraswasta dengan
persentase sebesar 16% dan paling kecil bekerja sebagai TNI/ Polri dan petani dengan
persentase masing-masing sebesar 5% (detail lihat Gambar 4). Data pekerjaan tersebut
menunjukkan bahwa usia produktif yang berwisata di Pantai Slili sebagian besar adalah
mahasiswa/ pelajar. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Octanisa & Palestho (2023) yang mengungkapkan bahwa wisatawan di Pantai Mliwis masih
berstatus pelajar atau mahasiswa.
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, March 2024, page: 52-64
E-ISSN: 3047-2288
57
Jussac Maulana Masjhoer et.al (Menakar Tingkat Kepuasan Wisatawan:….)
Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
3.2 Analisis Tingkat Kepuasan Wisatawan
Penelitian ini mengukur kepuasan wisatawan terhadap fasilitas pariwisata yang disediakan
oleh pengelola Pantai Slili. Fasilitas pariwisata yang dimaksud yaitu Toilet Umum, Tempat
Sampah, Fasilitas Difabel, Tempat istirahat (Rest area), Lahan Parkir, dan Tempat Ibadah.
Berikut adalah hasil dan pembahasan kepuasan wisatawan terhadap fasilitas pariwisata di
Pantai Slili.
A. Fasilitas Toilet Umum
Toilet umum merupakan fasilitas penting di destinasi wisata bahari yang berperan dalam
meningkatkan kenyamanan wisatawan, menjaga kesehatan, dan mendukung citra destinasi
wisata. Menurut Bagiastra & Damayanti (2021), sarana toilet umum merupakan salah satu jenis
toilet yang diperuntukkan untuk masyarakat umum yang berkunjung ke suatu tempat wisata.
Perencanaan toilet umum perlu memperhatikan standar toilet umum agar kualitas dan
kenyamanan wisatawan dapat tercapai. Kualitas toilet umum dapat diukur berdasarkan
beberapa faktor, seperti kebersihan, fasilitas, aksesibilitas, keamanan, pemeliharaan, dan
kesadaran masyarakat. Penyediaan toilet umum yang berkualitas di destinasi wisata bahari akan
memberikan pengalaman yang menyenangkan dan berkesan bagi para pengunjung (Ardiansyah
& Suparwoko, 2019).
Tabel 2. Kepuasan wisatawan terhadap toilet umum
Indikator Toilet Umum
Persentase (%)
SP
P
TP
STP
Kebersihan toilet umum
3
41
43
13
Kualitas air bersih
4
48
46
2
Penampakan fisik/desain toilet
umum
2
37
44
17
Pemisahan toilet untuk pria dan
wanita
4
38
36
22
Rata-rata
3,25
41
42,25
13,5
Berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner (lihat Tabel 2), dapat terlihat bahwa rata-rata
42,25% wisatawan Tidak Puas dengan fasilitas toilet umum. Total sebanyak 56 responden
memiliki persepsi negatif (Tidak Puas dan Sangat Tidak Puas) dengan kebersihan toilet umum.
Menurut Violinaa & Suryawana (2016), kondisi perawatan toilet umum di beberapa destinasi
wisata masih kurang memadai, menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna dan
meningkatkan risiko kesehatan karena sanitasi yang buruk. Selain kebersihan, persepsi negatif
juga ditunjukkan pada indikator penampakan fisik dan pemisahan toilet laki-laki dan
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, March 2024, page: 52-64
E-ISSN: 3047-2288
58
Jussac Maulana Masjhoer et.al (Menakar Tingkat Kepuasan Wisatawan:….)
perempuan. Pemisahan toilet berdasarkan jenis kelamin merupakan hal yang perlu diperhatikan
oleh pengelola melihat dari karakteristik wisatawan yang beragam (Novitasari et al., 2022).
Selain itu, toilet yang terpisah juga bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi
setiap individu yang ingin menuntaskan hajatnya. Hanya satu indikator fasilitas toilet yang
mendapatkan persepsi positif dari wisatawan yaitu kualitas air bersih. Penerapan sistem sanitasi
yang baik meliputi penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, ketersediaan tempat sampah,
dan ketersediaan toilet (Mahdani et al., 2022).
B. Fasilitas Tempat Sampah
Sampah merupakan entitas yang timbul dari aktivitas manusia, salah satunya dari aktivitas
pariwisata (Masjhoer, 2024; Masjhoer et al., 2023a). Sampah yang tidak terkelola dengan baik,
akan menjadi bumerang bagi perkembangan pariwisata, terutama berhubungan dengan
kenyamanan dan kualitas lingkungan di destinasi wisata (Masjhoer et al., 2021, 2022, 2023b).
Salah satu fasilitas yang wajib ada di destinasi wisata yaitu tempat sampah. Keberadaan tempat
sampah di destinasi wisata memiliki beberapa peran penting, antara lain untuk menjaga
kebersihan, melindungi lingkungan, serta meningkatkan kenyamanan wisatawan dan citra
destinasi wisata (Dzulkifli & Masjhoer, 2020; Khoiron et al., 2023; Masjhoer & Dzulkifli,
2019). Kualitas penyediaan tempat sampah di destinasi wisata dapat dilihat dari ketersediaan
yang cukup dan ditempatkan pada lokasi yang strategis dan mudah diakses. Selain itu ukuran
dan kapasitas, desain tampilan, dan pemisahan jenis sampah menjadi indikator lain yang umum
digunakan untuk menilai kualitas tempat sampah (Fanggidae & Bere, 2020; Susetyarini &
Masjhoer, 2018). Penyediaan tempat sampah yang berkualitas dan pengelolaan sampah yang
baik di destinasi wisata bahari dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan
berkesan bagi para pengunjung, sekaligus berkontribusi pada kelestarian lingkungan laut.
Tabel 3. Kepuasan wisatawan terhadap tempat sampah
No.
Indikator tempat sampah
Persentase (%)
SP
P
TP
STP
1.
Penggolongan jenis sampah
(basah/kering)
2
32
33
33
2.
Kondisi fisik tempat sampah
4
36
44
16
3.
Penampakan/desain tempat sampah
2
37
45
16
4.
Ketersediaan jumlah tempat sampah
3
46
33
18
Rata-rata
2,75
37,75
38,75
20,75
Fasilitas tempat sampah di Pantai Slili dirasa belum memenuhi harapan dari pengunjung.
Hal ini dapat terlihat dari hasil pengukuran kepuasan yang sebagian besar memiliki preferensi
negatif yaitu Tidak Puas dan Sangat Tidak Puas dengan total 59.5% (detail lihat Tabel 3).
Ketidakpuasan pengunjung merujuk pada indikator penggolongan jenis sampah, kondisi fisik
tempat sampah, desain, dan ketersediaan tempat sampah. Hasil tersebut sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Fanggidae & Bere (2020) yang mengemukakan bahwa
kepuasan wisatawan di masa mendatang perlu memperhatikan kualitas tempat sampah.
Penyediaan tempat sampah di destinasi wisata oleh pengelola karena memperhatikan aspek
sanitasi lingkungan dan kesehatan pengunjung. Perhatian ini akan menentukan kualitas
pencitraan destinasi wisata dan berimbas pada preferensi berkunjung wisatawan asing. Violinaa
& Suryawana (2016) berpendapat bahwa wisatawan asing meragukan sanitasi suatu destinasi
karena tidak nyaman dengan tempat sampah yang tidak memadai.
C. Fasilitas khusus bagi difabel
Fasilitas khusus bagi difabel di destinasi wisata merupakan komponen penting untuk
menciptakan destinasi wisata yang inklusif dan ramah difabel (Handoyo et al., 2017; Hanun et
al., 2022). Fasilitas ini menjadi sarana dan prasarana yang dirancang khusus untuk memenuhi
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, March 2024, page: 52-64
E-ISSN: 3047-2288
59
Jussac Maulana Masjhoer et.al (Menakar Tingkat Kepuasan Wisatawan:….)
kebutuhan dan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas agar dapat menikmati wisata secara
aman, nyaman, dan setara dengan pengunjung lainnya (Hanun et al., 2022). Menurut Rochman
et al. (2023), fasilitas khusus difabel dapat berupa fasilitas fisik seperti ramp, toilet khusus, dan
jalur khusus kursi roda, serta non fisik seperti layanan penerjemah bahasa isyarat dan dukungan
staf yang terlatih untuk membantu difabel. Keberadaan fasilitas khusus bagi difabel di destinasi
wisata memiliki beberapa peran penting sebagai perwujudan pemenuhan hak difabel. Selain itu
pemenuhan fasilitas ini dapat meningkatkan citra destinasi wisata. Destinasi wisata yang ramah
difabel menunjukkan komitmen terhadap inklusivitas dan aksesibilitas, sehingga meningkatkan
citra dan daya tariknya bagi wisatawan, termasuk wisatawan difabel (Handoyo et al., 2017;
Hanun et al., 2022).
Tabel 4. Kepuasan wisatawan terhadap fasilitas khusus bagi difabel
No.
Indikator fasilitas khusus bagi
difabel
Persentase (%)
SP
P
TP
STP
1.
Ketersediaan jalur khusus pejalan
kaki difabel
4
18
15
63
2.
Kondisi fisik,
kelayakan/penampakan jalur khusus
pejalan kaki difabel
4
15
21
60
Rata-rata
4
16,5
18
61,5
Berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner, sebesar 61,5% wisatawan menyatakan Sangat
Tidak Puas dengan fasilitas khusus difabel. Hal ini sesuai dengan kondisi lapangan yang belum
memperhatikan kebutuhan wisatawan difabel. Kegiatan wisata adalah hak setiap manusia tanpa
ada keterbatasan untuk merasakan dan menerima informasi selayaknya manusia pada umumnya
(Handoyo et al., 2017). Sehingga pemenuhan hak berwisata bagi difabel perlu menjadi
perhatian bagi pengelola destinasi wisata. Pada umumnya destinasi wisata di Yogyakarta belum
memenuhi standar destinasi yang ramah difabel (Handoyo et al., 2017; Nihayati & Deskarina,
2019). Lebih jauh, Handoyo et al. (2017) menyatakan penyandang disabilitas di Indonesia
belum mendapatkan hak berwisata yang seharusnya, meski amanat UU No.10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan telah mencantumkan kesetaraan sebagai asas dari kepariwisataan.
Terlebih dalam pemenuhan kebutuhan disabilitas dalam berwisata menjadi salah satu tujuan
pembangunan berkelanjutan yaitu Tujuan ke-10.
D. Fasilitas Istirahat (rest area)
Rest area, atau dikenal juga sebagai tempat duduk, gazebo, atau area istirahat, adalah
fasilitas umum yang disediakan di tempat-tempat wisata untuk pengunjung beristirahat dan
bersantai. Rest area biasanya dilengkapi dengan tempat duduk, meja, dan naungan dari sinar
matahari dan hujan. Rest area merupakan fasilitas penting di destinasi wisata bahari yang
berperan dalam meningkatkan kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan pengunjung, serta
menambah estetika dan citra destinasi wisata. Dengan menyediakan rest area yang berkualitas
dan mudah diakses, destinasi wisata dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan
berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pengunjung (Taning et al., 2022).
Tabel 5. Kepuasan wisatawan terhadap fasilitas istirahat (rest area)
No.
Indikator fasilitas rest area
Persentase (%)
SP
P
TP
STP
1.
Kondisi fisik kursi
5
48
35
12
2.
Penampakan/desain kursi
7
53
35
5
3.
Ketersediaan jumlah kursi
6
53
33
8
Rata-rata
6
51,34
34,33
8,33
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, March 2024, page: 52-64
E-ISSN: 3047-2288
60
Jussac Maulana Masjhoer et.al (Menakar Tingkat Kepuasan Wisatawan:….)
Berdasarkan perhitungan kueisoner yang tersaji pada Tabel 5, maka dapat terlihat bahwa
sebagian besar wisatawan merasa Puas terhadap fasilitas rest area di Pantai Slili. Indikator
fasilitas rest area yang terdiri dari kondisi fisik, desain, dan ketersediaan jumlah, seluruhnya
mendapatkan persepsi positif yaitu Puas. Keberadaan rest area berupa kursi memberikan
kenyamanan bagi pengunjung yang mengalami kelelahan. Tempat duduk juga berfungsi
sebagai tempat berkumpul dan bercengkerama sambil menikmati pemandangan. Keberadaan
kursi umum dapat memenuhi kebutuhan pengunjung sehingga mendorong kenyamanan selama
berwisata. Tersedianya fasilitas yang memudahkan kegiatan wisatawan akan menjadi nilai
tambah dari pengunjung karena aktivitas berwisata mereka terpenuhi dengan baik (Rokhayah
& Andriana, 2021).
E. Fasilitas Lahan Parkir
Lahan parkir adalah area yang disediakan khusus untuk menampung kendaraan pengunjung
yang datang ke suatu tempat. Lahan parkir biasanya dilengkapi dengan garis-garis marka dan
rambu-rambu lalu lintas untuk mengatur kendaraan yang parkir. Lahan parkir merupakan
fasilitas penting di destinasi wisata bahari yang berperan dalam memudahkan akses
pengunjung, menjaga keamanan kendaraan, mencegah kemacetan, meningkatkan pendapatan,
dan menjaga kebersihan lingkungan. Lahan parkir yang ideal di destinasi wisata harus memiliki
beberapa aspek yang perlu dipenuhi; (1) kapasitas yang cukup untuk menampung kendaraan
pengunjung, terutama pada saat peak season; (2) lahan parkir berada di lokasi yang mudah
diakses dan terletak di dekat area wisata sehingga pengunjung tidak harus berjalan terlalu jauh
untuk mencapai area wisata dari tempat parkir; (3) lahan parkir harus dilengkapi dengan sistem
keamanan seperti pagar, kamera CCTV, dan penjaga keamanan untuk mencegah kerusakan,
pencurian, dan vandalisme; (4) sistem pembayaran parkir harus mudah dan efisien; dan (5)
informasi tentang lokasi lahan parkir, tarif parkir, dan aturan parkir harus mudah diakses oleh
pengunjung.
Tabel 6. Kepuasan wisatawan terhadap fasilitas lahan parkir
No.
Indikator fasilitas lahan parkir
Persentase (%)
SP
P
TP
STP
1.
Luas lahan parkir
7
48
38
7
2.
Kondisi fisik lahan parkir
7
42
43
8
3.
Penampakan fisik/desain lahan
parkir
4
47
42
7
4.
Petugas parkir
5
50
41
4
5.
Keamanan area parkir
5
46
43
6
6.
Tarif parkir
7
55
34
4
7.
Jarak yang harus ditempuh
wisatawan dari lahan parkir ke
tempat wisata
4
46
46
4
Rata-rata
5,58
47,71
41
5,71
Berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner, dapat diamati bahwa sebagian besar wisatawan
memiliki persepsi positif terhadap lahan parkir di Pantai Slili. Total sebesar 47,71% wisatawan
menyatakan Puas dan 5,58% menyatakan Sangat Puas. Meskipun sebagian besar menyatakan
kepuasan, namun terdapat lebih dari 41% wisatawan ketidakpuasannya. Hal ini disinyalir
karena lahan parkir yang tersedia di Pantai Slili hanya bisa digunakan untuk mobil dan motor
saja, sedangkan untuk bus besar terletak jauh di bagian depan pintu masuk, sehingga wisatawan
harus berjalan sekitar 5 menit untuk sampai ke Pantai Slili. Kapasitas parkir mobil dan motor
di Pantai Slili pada saat hari libur sangat penuh sehingga tidak mampu menampung tambahan
kendaraan. Beberapa destinasi wisata bahari masih minim dalam penyediaan lahan parkir
karena kebutuhan lahan. Penyediaan lahan parkir dapat melibatkan masyarakat setempat
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, March 2024, page: 52-64
E-ISSN: 3047-2288
61
Jussac Maulana Masjhoer et.al (Menakar Tingkat Kepuasan Wisatawan:….)
dengan memanfaatkan lahan yang mereka miliki dan masyarakat setempat yang menjadi
penjaga keamanan (Yulianto & Kumalaningrum, 2020).
F. Fasilitas tempat ibadah
Tempat ibadah adalah tempat yang digunakan untuk beribadah dan melakukan ritual
keagamaan. Tempat ibadah dapat berupa masjid, gereja, pura, wihara, kelenteng, atau tempat
suci lainnya. Masjid atau musala menjadi tempat ibadah yang umum ditemukan di destinasi
wisata di Indonesia. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di Indonesia beragama Islam dan
memiliki kewajiban ibadah lima waktu.
Tabel 7. Kepuasan wisatawan terhadap tempat ibadah
No.
Indikator tempat ibadah
Persentase (%)
SP
P
TP
STP
1.
Ketersediaan tempat ibadah
6
46
39
9
2.
Kebersihan tempat ibadah
6
45
41
8
3.
Kemudahan akses wisatawan
menuju tempat ibadah
5
48
43
4
4.
Penampakan atau desain tempat
ibadah
4
43
46
7
Rata-rata
5,25
45,5
42,25
7
Berdasarkan Tabel 7, maka dapat terlihat bahwa 45,5% wisatawan menyatakan Puas dan
5,25% menyatakan Sangat Puas terhadap fasilitas tempat ibadah di Pantai Slili. Sebagian besar
wisatawan memperhatikan bahwa ketersediaan, kebersihan, akses, dan desain tempat ibadah
menjadi indikator yang menentukan penilaian tingkat kepuasan mereka terhadap tempat ibadah
di Pantai Slili. Namun demikian, terdapat 42,25% wisatawan yang menyatakan Tidak Puas dan
sebesar 7% menyatakan Sangat Tidak Puas. Hal ini memperkuat hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Taning et al. (2022) yang menyatakan bahwa fasilitas tempat ibadah
berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan wisatawan, yang berarti tempat ibadah tidak
berlaku untuk menentukan kepuasan seluruh wisatawan yang berkunjung. Lebih jauh, hal ini
dikarenakan tempat ibadah hanya menjadi fasilitas pelengkap dan bukan yang utama. Artinya
keberadaan tempat ibadah menjadi kebutuhan bagi wisatawan yang ingin menunaikan ibadah
dan tidak berlaku bagi wisatawan yang tidak ingin beribadah.
4. Kesimpulan
Pantai Slili telah berkembang menjadi salah satu destinasi wisata bahari unggulan di
Gunungkidul. Fasilitas pariwisata yang terbangun ditujukan bagi memberikan kenyamanan bagi
wisatawan dalam berwisata. Namun demikian, Apakah fasilitas pariwisata yang disediakan telah
memenuhi ekspektasi wisatawan? Evaluasi berkala terhadap fasilitas pariwisata yang disediakan
pengelola perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas destinasi di mata pengunjung. Evaluasi
tersebut dapat dilakukan dengan cara mengukur tingkat kepuasan wisatawan terhadap fasilitas
pariwisata di Pantai Slili. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas rest area, parkir, dan
tempat ibadah yang disediakan oleh pengelola memenuhi ekspektasi wisatawan dengan kriteria
Puas. Sebaliknya, wisatawan merasa tidak puas untuk fasilitas toilet umum, tempat sampah, dan
fasilitas difabel. Ketidakpuasan wisatawan dikarenakan fasilitas tersebut belum memenuhi
ekspektasi wisatawan. Pengelola Pantai Slili perlu memperhatikan kembali kualitas fasilitas
yang dinilai Tidak Puas dan Sangat Tidak Puas. Selain itu, pengelola juga dapat terus
mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas fasilitas yang dinilai Puas. Penelitian lebih
lanjut dapat menggunakan analisis Importance-Performance Analysis (IPA) sebagai alat analisis
sehingga dapat menunjukkan peringkat berbagai atribut dari fasilitas pariwisata serta
mengidentifikasi tindakan yang perlu diambil oleh pengelola. Topik lain yang menarik sebagai
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, March 2024, page: 52-64
E-ISSN: 3047-2288
62
Jussac Maulana Masjhoer et.al (Menakar Tingkat Kepuasan Wisatawan:….)
tindak lanjut penelitian ini yaitu menguji hubungan antara kepuasan wisatawan berhubungan
dengan keinginan berkunjung kembali.
5. Ucapan Terima Kasih
Penulis berterima kasih kepada Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta yang
telah mengakomodasi dan mengijinkan kelas lapangan sebagai bentuk praktik dan bagian
penting dari mata kuliah wisata bahari.
6. Daftar Pustaka
Ananto, T. R., Priatama, A., Setiawan, Y. E., Sathyas, I. N. . P., & Haryanto, K. (2021).
Pengembangan potensi pantai slili dengan swot dan buku ajar paud di desa sidoharjo,
kecamatan tepus, gunung kidul. Jurnal Atma Inovasia, 1(1), 4147.
Ardiansyah, M. I., & Suparwoko, S. (2019). ANALISIS KELAYAKAN TOILET UMUM PADA
OBJEK WISATA (Studi Kasus: Toilet Umum di Daerah Objek Wisata Taman Sari).
Bagiastra, I. K., & Damayanti, S. L. P. (2021). Ketersediaan dan Pengelolaan Toilet Umum di
Obyek Wisata dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pariwisata. Media Bina Ilmiah, 15(6),
46054614.
Budiaji, W. (2013). SKALA PENGUKURAN DAN JUMLAH RESPON SKALA LIKERT (The
Measurement Scale and The Number of Responses in Likert Scale). Jurnal Ilmu Pertanian
Dan Perikanan, 2(2), 127133. http://umbidharma.org/jipp
Cahyana, H., Suwena, I. K., & Sudana, I. P. (2018). Karakteristik dan Motivasi Wisatawan
Mancanegara Berkunjung ke Pantai Jemeluk-Amed, Desa Purwakerti, Kecamatan Abang,
Karangasem. Jurnal IPTA P-ISSN, 6(1), 2018.
Damasdino, F. (2015). Studi Karakteristik Wisatawan dan Upaya Pengembangan Produk Wisata
Tematik di Pantai Goa Cemara, Pantai Kuwaru, dan Pantai Pandansimo Baru Kabupaten
Bantul. Media Wisata, 13(2).
Dzulkifli, M., & Masjhoer, J. M. (2020). The Measurements of Tourist Satisfaction Levels on
Attractions, Accessibility, and Amenities in Pulesari Tourism Village, Sleman Regency.
Jurnal Pariwisata Terapan, 4(1), 48. https://doi.org/10.22146/jpt.51330
Fanggidae, R. P. C., & Bere, M. L. R. (2020). Pengukuran tingkat kepuasan wisatawan terhadap
fasilitas wisata di Pantai Lasiana. Jurnal Manajemen Aset Infrastruktur & Fasilitas, 4(1).
Handoyo, F., Sholihah, A. N., Novitariasari, A., Hani, A. F., Firdausa, Q. P., & Rahayuningsih,
H. (2017). Paket wisata bagi difabel di yogyakarta. Jurnal Pariwisata Terapan, 1(2), 116
128.
Hanun, I. F., Purnamasari, W. D., & Sasongko, W. (2022). Evaluasi Kesesuaian Fasilitas dan
Aksesibilitas Alun-Alun Batu Berdasarkan Konsep Ramah Difabel. Planning for Urban
Region and Environment Journal (PURE), 11(3), 1928.
Khoiron, K., Rokhmah, D., & Santosa, A. (2023). Sosialisasi Urgensi Pengelolaan Sanitasi
Lingkungan di Destinasi Wisata Kabupaten Bondowoso. Madaniya, 4(3), 10191024.
Mahdani, M., Bagiastra, I. K., & Suteja, I. W. (2022). Pengelolaan Sanitasi Di Desa Searuni
Mumbul Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur. Journal Of Responsible
Tourism, 1(3), 313322.
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, March 2024, page: 52-64
E-ISSN: 3047-2288
63
Jussac Maulana Masjhoer et.al (Menakar Tingkat Kepuasan Wisatawan:….)
Masjhoer, J. M. (2024). Sistem Pengelolaan Sampah Perdesaan (J. M. Masjhoer (ed.)). Eureka
Media Aksara.
Masjhoer, J. M., & Dzulkifli, M. (2019). Analisis Kepuasan Wisatawan di Desa Ekowisata
Pancoh, Kabupaten Sleman. Jurnal Pariwisata Pesona, 4(2), 105115.
https://doi.org/10.26905/jpp.v4i2.3084
Masjhoer, J. M., Mazaya, A. F. A., & Retawimbi, A. Y. (2021). Populasi Maksimum Berdasarkan
Daya Dukung Fisik Sampah di Gili Air, Lombok Utara, NTB. ECOTROPHIC : Jurnal Ilmu
Lingkungan (Journal of Environmental Science), 15(1), 111123.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/ECOTROPHIC/article/view/70552
Masjhoer, J. M., Retawimbi, A. Y., & Sari, Y. S. (2020). Participation of Local Restaurants in
Solid Waste Management in South Coast of Gunungkidul Regency, Indonesia. Journal of
Community Based Environmental Engineering and Management, 4(1), 18.
https://doi.org/10.23969/jcbeem.v4i1.1978
Masjhoer, J. M., Syafrudin, S., & Maryono, M. (2022). Penanganan Sampah Pada Masa Pandemi
di Destinasi Wisata Bahari Kapanewon Tanjungsari, Gunungkidul. In Kapita selekta
pariwisata di era adaptasi kebiasaan baru. CV. Stipram Press.
https://www.researchgate.net/publication/359187860_Penanganan_Sampah_Pada_Masa_P
andemi_di_Destinasi_Wisata_Bahari_Kapanewon_Tanjungsari_Gunungkidul
Masjhoer, J. M., Syafrudin, S., & Maryono, M. (2023a). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PENGURANGAN SAMPAH DI ZONA SELATAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL
[Universitas Diponegoro]. https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/13908/
Masjhoer, J. M., Syafrudin, S., & Maryono, M. (2023b). Rural Waste Reduction Potential in The
South of Gunungkidul Regency. The 8th International Conference on Energy, Environment,
Epidemiology and Information System (ICENIS 2023), 448, 112.
https://doi.org/https://doi.org/10.1051/e3sconf/202344803056
Nihayati, L., & Deskarina, R. (2019). Aksesibilitas Merapi Park World Landmark sebagai
Destinasi yang Ramah Bagi Difabel. Losari, 4(2), 6166.
Novitasari, N., Yuniastuti, T., & Wahyuni, I. D. (2022). Evaluasi Sanitasi Fasilitas Umum Di
Obyek Wisata Pantai Balekambang. MEDIA HUSADA JOURNAL OF ENVIRONMENTAL
HEALTH SCIENCE, 2(1), 96105.
Octanisa, D. S., & Palestho, A. B. (2023). Analisis Karakteristik Wisatawan Lokal Pantai Mliwis,
Kabupaten Kebumen. NAWASENA: Jurnal Ilmiah Pariwisata, 2(2), 3645.
Retawimbi, A. Y., Masjhoer, J. M., & Mazaya, A. F. A. (2022). PENGUKURAN POTENSI
NILAI SUMBERDAYA KARAKTERISTIK WISATAWAN WISATA BAHARI DI
PULAU CEMARA KECIL TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA. Kepariwisataan:
Jurnal Ilmiah, 16(3), 161172.
Rochman, G. P., Afiati, A., Aji, R. R., & Syaodih, E. (2023). Pariwisata Ramah Disabilitas: Praktik
di Kota Bandung dan Sekitarnya. Jurnal Pembangunan Wilayah Dan Kota, 19(1), 6476.
Rokhayah, E. G., & Andriana, A. N. (2021). Pengaruh Daya Tarik Wisata, Fasilitas, dan
Aksesibilitas terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan di Pantai Istana Amal Kabupaten
Penajam Paser Utara. Jurnal Kajian Dan Terapan Pariwisata, 2(1), 1018.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta Bandung.
PANUNTUN (Jurnal Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif)
Vol. 1, No. 1, March 2024, page: 52-64
E-ISSN: 3047-2288
64
Jussac Maulana Masjhoer et.al (Menakar Tingkat Kepuasan Wisatawan:….)
Susetyarini, O., & Masjhoer, J. M. (2018). Pengukuran tingkat kepuasan wisatawan terhadap
fasilitas umum, prasarana umum, dan fasilitas pariwisata di Malioboro pascarevitalisasi
kawasan. Jurnal Kepariwisataan, 12(1), 4154.
Taning, N. P., Masyhudi, L., Hulfa, I., Idrus, S., & Martayadi, U. (2022). Pengaruh Fasilitas
Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan Pada Destinasi Wisata Alam Aik Nyet Desa Buwun
Sejati. Journal of Responsible Tourism, 2(2), 379392.
Umam, C. (2024). Spot Wisata Pantai Slili Bisa Jadi Pilihan Isi Libur Lebaran Bagi Anda yang
Mudik ke Yogyakarta - TribunNews.com. Tribunnews.Com.
https://www.tribunnews.com/travel/2024/04/05/spot-wisata-pantai-slili-bisa-jadi-pilihan-
isi-libur-lebaran-bagi-anda-yang-mudik-ke-yogyakarta
Vengesayi, S., Mavondo, F. T., & Reisinger, Y. (2009). Tourism destination attractiveness:
Attractions, facilities, and people as predictors. Tourism Analysis, 14(5), 621636.
Violinaa, S., & Suryawana, I. B. (2016). Kualitas kebersihan lingkungan sebagai penunjang daya
tarik wisata pantai Sanur Kaja. Jurnal Destinasi Pariwisata ISSN, 2338, 8811.
Yuantari, M. G. C., & Andrean, Y. A. (2022). Analisis Ketersediaan Sarana Sanitasi dengan
Tingkat Kenyamanan Pengunjung di Tempat Wisata. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia, 21(3), 329334.
Yulianto, A., & Kumalaningrum, A. (2020). Potensi Pengembangan Destinasi Wisata Umbul
Pluneng Di Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Khasanah Ilmu-Jurnal Pariwisata Dan
Budaya, 11(1), 5060.
Yuniati, N. (2018). Profil dan karakteristik wisatawan nusantara (studi kasus di Yogyakarta).
Jurnal Pariwisata Pesona, 3(2), 175190.