terbiasa berpikir kritis dalam memilah dan memfilter informasi, sehingga rentan menerima begitu
saja konten yang belum terverifikasi kebenarannya.\
Oleh karena itu, pendidikan literasi digital perlu diintegrasikan secara lebih sistematis dalam
kurikulum formal maupun nonformal. Langkah ini penting untuk membekali generasi muda
dengan keterampilan digital yang komprehensif, sehingga mereka tidak hanya mampu
menggunakan teknologi, tetapi juga bijak, kritis, dan bertanggung jawab dalam memanfaatkannya.
Keberhasilan pemanfaatan media digital bergantung pada tingkat literasi digital remaja. Literasi
digital tidak hanya sekadar kemampuan teknis, tetapi juga mencakup kemampuan untuk
mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan informasi secara bijak (Gilster, 1997).
Tanpa literasi digital yang memadai, remaja rentan menjadi korban atau pelaku perundungan siber,
penyebaran hoaks, atau paparan konten radikal (Setiadi & Sari, 2020).
Tantangan dan Peluang
Perkembangan teknologi digital menghadirkan ruang baru bagi proses pembelajaran, namun
juga menghadirkan tantangan yang tidak kecil. Tantangan utama yang sering muncul adalah
kurangnya filter dan pengawasan terhadap informasi yang beredar di media digital. Informasi yang
berlimpah tidak selalu bermakna, karena di dalamnya terdapat risiko berita bohong (hoaks), ujaran
kebencian, hingga konten yang berpotensi menurunkan kualitas pembelajaran. Selain itu,
algoritma media sosial cenderung menciptakan fenomena echo chamber, yaitu kondisi di mana
pengguna hanya terekspos pada informasi atau pandangan yang sejalan dengan keyakinannya. Hal
ini memperkuat bias, membatasi pemahaman terhadap perspektif yang berbeda, dan dalam jangka
panjang dapat mengikis toleransi sosial (Sunstein, 2018).
Di sisi lain, media digital juga menawarkan peluang besar untuk inovasi pendidikan. Guru
dan orang tua dapat berperan aktif dengan memanfaatkan media digital untuk mengembangkan
metode pembelajaran membuat konten edukatif yang yang lebih menarik dan partisipatif.
Misalnya, seperti video pembelajaran, podcast, maupun infografis interaktif, siswa lebih mudah
memahami materi pelajaran yang abstrak. Selanjutnya, media digital dapat digunakan untuk
mengorganisasi diskusi daring tentang isu-isu kewarganegaraan, yang memungkinkan siswa
mengasah keterampilan berpikir kritis sekaligus memperkuat wawasan kebangsaan. Tidak hanya
itu, media digital juga dapat menjadi wadah bagi remaja untuk menciptakan konten positif yang
mendorong nilai etika, sopan santun, dan toleransi di dunia maya.
Pemanfaatan peluang ini sejalan dengan gagasan literasi digital abad ke-21, di mana peserta
didik tidak hanya dituntut untuk memahami teknologi secara teknis, tetapi juga untuk mampu
berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif (Trilling & Fadel, 2009). Lebih jauh, dengan
dukungan dari guru dan orang tua, media digital dapat diarahkan sebagai sarana yang memperkuat
pembelajaran berbasis nilai, sehingga generasi muda tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi
juga memiliki karakter yang kuat untuk menghadapi era digital. Dengan demikian, tantangan yang
muncul dari media digital tidak bisa dihindari, namun dapat diminimalisasi melalui literasi digital
yang baik, pendidikan karakter, serta kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Sebaliknya, peluang yang dimiliki perlu dimanfaatkan secara maksimal untuk menciptakan ruang
pembelajaran alternatif yang inovatif, inklusif, dan membangun toleransi.
Pentingnya Kolaborasi Peningkatan literasi kewarganegaraan dan etika melalui media
digital memerlukan kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan pemerintah.
Peningkatan literasi kewarganegaraan dan etika di era digital tidak dapat dilakukan oleh satu
pihak saja, melainkan memerlukan kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan pemerintah. Media
digital, di satu sisi, membuka peluang besar bagi masyarakat untuk memperoleh informasi secara
cepat dan luas, tetapi di sisi lain juga berpotensi membawa dampak negatif seperti hoaks, ujaran
kebencian, polarisasi sosial, hingga perilaku menyimpang di ruang maya. Oleh karena itu,
kolaborasi yang solid menjadi kunci untuk memaksimalkan manfaat media digital sekaligus
meminimalkan risikonya.