I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 1, No. 2, November 2024, page: 68-71
E-ISSN: 3064-0180
68
Suwandi et.al (Tantangan Perkembangan Pencak Silat di.)
Tantangan Perkembangan Pencak Silat di Kota
Tangerang Selatan: Analisis Keterbatasan Fasilitas
dan Pendidikan
Suwandi
a,1
, Riska Putri
b,2
a,b
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Pamulang, Tangerang Selatan - Banten
1
wandy.idoy@gmail.com;
2
rizkaputri471@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 2 September 2024
Direvisi: 23 September 2024
Disetujui: 27 Oktober 2024
Tersedia Daring: 1 November 2024
Pencak silat merupakan salah satu bentuk seni bela diri tradisional yang
memiliki nilai budaya dan filosofis yang tinggi di Indonesia. Namun, di
Kota Tangerang Selatan, perkembangan pencak silat menghadapi
berbagai tantangan signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis kendala yang dihadapi dalam
pengembangan pencak silat di daerah ini, dengan fokus pada kurangnya
fasilitas sarana dan prasarana serta minimnya waktu pelajaran di
sekolah-sekolah. Melalui wawancara mendalam dengan lima tokoh dari
berbagai perguruan silat, yaitu Deni Asmara dari Tapak Suci, Ahmad
Maulana dari Perguruan Silat Al Qoyyum, Fitrah Febri Salam dari MS Jalan
Enam Pengasinan, Gufron dari Pencak Silat Padjajaran Cimande, dan
Delima Bungsu Andy, Ketua IPSI Kota Tangerang Selatan, penelitian ini
mengungkapkan bahwa keterbatasan infrastruktur dan dukungan
pendidikan yang kurang memadai menjadi hambatan utama. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi pemangku
kepentingan dalam merumuskan strategi pengembangan pencak silat di
kota ini.
Kata Kunci:
Pencak Silat
Fasilitas
Pendidikan
Kota Tangerang Selatan
ABSTRACT
Keywords:
Pencak Silat
Facilities
Education
South Tangerang City
Pencak silat is a form of traditional martial arts that has high cultural and
philosophical values in Indonesia. However, in South Tangerang City, the
development of pencak silat faces significant challenges. This study aims
to identify and analyze the obstacles faced in the development of pencak
silat in this area, focusing on the lack of facilities and infrastructure as
well as the lack of lesson time in schools. Through in-depth interviews
with five figures from various martial arts institutions, namely Deni
Asmara from Tapak Suci, Ahmad Maulana from Perguruan Silat Al
Qoyyum, Fitrah Febri Salam from MS Jalan Enam Pengasinan, Gufron
from Pencak Silat Padjajaran Cimande, and Delima Bungsu Andy,
Chairman of IPSI Kota Tangerang Selatan, this research reveals that
limited infrastructure and inadequate educational support are the main
obstacles. The results of this study are expected to provide insights for
stakeholders in formulating pencak silat development strategies in the
city.
©2024, Suwandi, Riska Putri
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Pencak silat adalah seni bela diri yang tidak hanya berfungsi sebagai olahraga, tetapi
juga sebagai cara untuk melestarikan budaya dan nilai-nilai lokal. Di Indonesia, pencak silat
I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 1, No. 2, November 2024, page: 68-71
E-ISSN: 3064-0180
69
Suwandi et.al (Tantangan Perkembangan Pencak Silat di.)
memiliki pengaruh yang luas dan beragam, dan menjadi bagian penting dari identitas budaya
masyarakat. Pencak silat bukan hanya sekadar pertarungan fisik, tetapi juga mencerminkan
filosofi hidup yang mengajarkan disiplin, rasa hormat, dan kerja sama (Deswita dkk., 2023).
Di Kota Tangerang Selatan, pencak silat telah menjadi salah satu aktivitas yang diminati oleh
masyarakat, terutama di kalangan generasi muda.
Meskipun demikian, perkembangan pencak silat di daerah ini tidak berjalan mulus.
Berdasarkan pengamatan awal dan interaksi dengan berbagai perguruan pencak silat, banyak
tantangan yang menghambat pertumbuhannya. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya
fasilitas sarana dan prasarana yang memadai untuk latihan dan kompetisi. Banyak perguruan
pencak silat yang terpaksa berlatih di lokasi yang tidak sesuai, yang dapat mempengaruhi
kualitas pelatihan. Ketersediaan fasilitas yang baik sangat penting untuk mendukung
pengembangan kemampuan atlet dan menarik minat masyarakat untuk berlatih (Wijaya dkk.,
2024).
Selain itu, waktu pelajaran pencak silat di sekolah-sekolah juga sangat minim. Hal ini
berpotensi mengurangi minat dan partisipasi generasi muda dalam pencak silat. Pendidikan
jasmani di sekolah harus mengakomodasi berbagai bentuk olahraga tradisional, termasuk
pencak silat, untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang warisan budaya mereka (Pujiono
dkk., t.t.). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara mendalam tantangan yang
dihadapi oleh perguruan pencak silat di Kota Tangerang Selatan, serta menganalisis dampak
dari tantangan tersebut terhadap perkembangan pencak silat.
Dengan mengumpulkan data dari wawancara dengan tokoh-tokoh berpengaruh dalam
dunia pencak silat, penelitian ini berusaha memberikan gambaran yang lebih jelas tentang
situasi saat ini dan menciptakan rekomendasi untuk perbaikan di masa mendatang.
2. Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengeksplorasi tantangan
yang dihadapi dalam perkembangan pencak silat di Kota Tangerang Selatan. Pendekatan
kualitatif dipilih karena dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang fenomena
sosial dan budaya, serta memungkinkan peneliti untuk menggali persepsi dan pengalaman
individu secara langsung. Penelitian kualitatif sangat efektif dalam memahami konteks sosial
dan menjelaskan bagaimana orang berinteraksi dalam situasi tertentu (Waruwu, 2024).
Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan lima informan yang memiliki
pengalaman dan peran penting dalam pengembangan pencak silat di daerah ini. Informan
tersebut meliputi Deni Asmara, guru silat Tapak Suci; Ahmad Maulana, ketua Perguruan
Silat Al Qoyyum; Fitrah Febri Salam, pelatih pencak silat MS Jalan Enam Pengasinan;
Gufron, pengurus Pencak Silat Padjajaran Cimande; dan Delima Bungsu Andy, ketua IPSI
Kota Tangerang Selatan. Proses wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara semi-terstruktur, yang memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi tema
tertentu sambil tetap memberikan ruang bagi informan untuk mengungkapkan pendapat
mereka secara bebas. Wawancara mendalam dapat membuka wawasan baru tentang
pengalaman individu dan memberikan data yang kaya untuk analisis (Balisa dkk., 2024).
Setelah wawancara, transkrip hasil wawancara dianalisis menggunakan pendekatan
analisis tematik, yang memungkinkan identifikasi tema dan pola yang muncul dari data.
Analisis tematik adalah metode yang berguna untuk merangkum data kualitatif dan
menyoroti aspek-aspek penting dari pengalaman individu (Heriyanto, 2018). Dengan
pendekatan ini, penelitian ini berupaya untuk menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh
perguruan pencak silat di Kota Tangerang Selatan dan memberikan rekomendasi untuk
perbaikan yang diperlukan dalam perkembangan pencak silat di daerah ini.
I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 1, No. 2, November 2024, page: 68-71
E-ISSN: 3064-0180
70
Suwandi et.al (Tantangan Perkembangan Pencak Silat di.)
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil wawancara dengan lima informan menunjukkan bahwa kurangnya fasilitas dan
sarana prasarana merupakan tantangan utama dalam perkembangan pencak silat di Kota
Tangerang Selatan. Deni Asmara, seorang guru silat Tapak Suci, mengungkapkan bahwa
“banyak perguruan yang terpaksa berlatih di tempat yang tidak memadai, sehingga kualitas
pelatihan pun terpengaruh.” Temuan ini sejalan dengan penelitian oleh (Tambaip & Tjilen,
2023), yang menunjukkan bahwa infrastruktur yang buruk dapat menghambat perkembangan
atlet dan minat masyarakat untuk berlatih dalam berbagai cabang olahraga. Tambaip & Tjilen
juga menekankan bahwa fasilitas yang baik sangat penting untuk memberikan pengalaman
pelatihan yang positif bagi para atlet.
Ahmad Maulana, ketua Perguruan Silat Al Qoyyum, juga menyampaikan pendapat
yang sejalan dengan Deni. Ia menyatakan, “Siswa tidak mendapatkan cukup waktu untuk
belajar dan berlatih pencak silat, padahal olahraga ini sangat penting untuk membangun
karakter.” Pernyataan ini selaras dengan argumen yang dikemukakan oleh (Khairunnisa dkk.,
2024), yang menjelaskan bahwa pendidikan jasmani di sekolah seharusnya mengakomodasi
seni bela diri tradisional, termasuk pencak silat, untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang
warisan budaya mereka. Khairunnisa menegaskan bahwa kurikulum yang mencakup pencak
silat dapat membantu generasi muda memahami dan menghargai budaya lokal, serta
membangun disiplin dan rasa percaya diri.
Fitrah Febri Salam, pelatih pencak silat di MS Jalan Enam Pengasinan, menyoroti
minimnya dukungan dari pemerintah. Ia menyatakan, “Minimnya dukungan dalam bentuk
fasilitas dan promosi pencak silat menjadi kendala besar bagi perkembangan kami.”
Pandangan ini sejalan dengan penelitian (Amali, t.t.), yang menyatakan bahwa dukungan
kebijakan pemerintah sangat penting dalam pengembangan olahraga tradisional.
Gufron, pengurus Pencak Silat Padjajaran Cimande, menekankan pentingnya kompetisi
untuk pengembangan atlet. Ia mengungkapkan, “Kegiatan kompetisi yang terbatas membuat
para atlet tidak memiliki kesempatan untuk mengasah kemampuan dan meraih pengalaman.”
Penelitian oleh (Elzas, 2022) mendukung temuan ini dengan menunjukkan bahwa frekuensi
kompetisi yang rendah dapat mempengaruhi motivasi dan kinerja atlet.
Delima Bungsu Andy, ketua IPSI Kota Tangerang Selatan, menambahkan bahwa
kolaborasi antara perguruan silat dan pemerintah sangat penting. Ia menyatakan, “Kami perlu
bekerja sama untuk mengatasi tantangan ini dan menciptakan lingkungan yang mendukung
bagi pencak silat di Kota Tangerang Selatan.” Pendapatnya mencerminkan pentingnya
kerjasama lintas sektor untuk meningkatkan fasilitas dan kesempatan berlatih bagi para atlet.
Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi oleh
perguruan pencak silat di Kota Tangerang Selatan meliputi kurangnya fasilitas, minimnya
waktu pelajaran, dukungan dari pemerintah, dan terbatasnya kompetisi. Untuk mengatasi
masalah ini, diperlukan kolaborasi antara perguruan silat, pemerintah, dan masyarakat untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan pencak silat dan meningkatkan
partisipasi masyarakat.
4. Kesimpulan
Penelitian ini menemukan bahwa perkembangan pencak silat di Kota Tangerang
Selatan menghadapi beberapa tantangan utama, yaitu keterbatasan fasilitas sarana dan
prasarana serta minimnya jam pelajaran pencak silat di sekolah-sekolah. Informan dari
berbagai perguruan silat mengungkapkan bahwa kurangnya tempat latihan yang memadai
berdampak pada kualitas pelatihan, sementara integrasi pencak silat ke dalam kurikulum
pendidikan jasmani sangat diperlukan agar siswa dapat lebih mengenal dan berlatih olahraga
ini. Dukungan dari pemerintah, baik dalam penyediaan fasilitas maupun penyelenggaraan
I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 1, No. 2, November 2024, page: 68-71
E-ISSN: 3064-0180
71
Suwandi et.al (Tantangan Perkembangan Pencak Silat di.)
kompetisi, sangat penting untuk menarik minat masyarakat. Selain itu, kolaborasi antara
perguruan silat dan pihak-pihak terkait perlu ditingkatkan untuk menciptakan lingkungan
yang mendukung pertumbuhan pencak silat. Dengan langkah-langkah strategis, pencak silat
di Kota Tangerang Selatan diharapkan dapat berkembang dan memberikan kontribusi positif
bagi masyarakat.
5. Daftar Pustaka
Amali, Z. (t.t.). Kebijakan olahraga nasional menuju Indonesia Emas tahun 2045.
Balisa, D., Leffia, A., & Shino, Y. (2024). Memanfaatkan Fungsi Sistem Informasi Manajemen:
Prospek dan Tantangan di Dunia Bisnis.
Deswita, E., Rahmafitri, F., Asmendri, A., & Sari, M. (2023). Meningkatkan Nilai Kearifan Lokal
melalui Implementasi Program P5 Silek Tuo Pagaruyung. Al-Idaroh: Jurnal Studi Manajemen
Pendidikan Islam, 7(2), 295312. https://doi.org/10.54437/alidaroh.v7i2.922
Elzas, E. N. (2022). Analisis Faktor-Faktor Motivasi Atlet dalam Meraih Prestasi di Kompetisi Liga 3.
Journal of Physical and Outdoor Education, 4(1), 4554. https://doi.org/10.37742/jpoe.v4i1.146
Heriyanto, H. (2018). Thematic Analysis sebagai Metode Menganalisa Data untuk Penelitian Kualitatif.
Anuva, 2(3), 317. https://doi.org/10.14710/anuva.2.3.317-324
Khairunnisa, K., Lisyawati, E., Halimah, N., & Komara, E. (2024). Warisan Budaya Nasional Pencak
Silat dalam Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. EduInovasi: Journal of Basic Educational
Studies, 4(2), 87102. https://doi.org/10.47467/edu.v4i2.1174
Pujiono, A. R., Anshori, M. H., Ardhana, P. P., & Rohman, W. N. (t.t.). Pencak Silat Sebagai Warisan
Budaya Nusantara dalam Bidang Pendidikan.
Tambaip, B., & Tjilen, A. P. (2023). Menggali Potensi Olahraga di Merauke: Analisis Kebijakan
Publik untuk Meningkatkan Prestasi Atlet Lokal. 05(02).
Waruwu, M. (2024). Pendekatan Penelitian Kualitatif: Konsep, Prosedur, Kelebihan dan Peran di
Bidang Pendidikan. Afeksi: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 5(2), 198211.
https://doi.org/10.59698/afeksi.v5i2.236
Wijaya, R. H., Waty, T. K., & Parmita, R. (2024). Analisis Fasilitas Olahraga dan Peran Pelatih dalam
Meningkatkan Prestasi Atlet Bulutangkis di Kota Palu. 7(3).