I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 2, No. 1, May 2025, page: 8-14
E-ISSN: 3064-0180
8
Inayatul Mufidah et.al (Implementasi Budaya Nyadran Sebagai.)
Implementasi Budaya Nyadran Sebagai Sumber
Belajar Etnopedagogi Di Sekolah Dasar
Inayatul Mufidah
a,1
, Wahono Widodo
b,2
, Ganes Gunansyah
c,3
a,b,c
Prodi S2 Pendidikan Dasar, FIP Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia
1,2,3
24010855135@mhs.unesa.ac.id wahonowidodo@unesa.ac.id,ganesgunansyah@unesa.ac.id
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 10 Februari 2025
Direvisi: 12 Maret 2025
Disetujui: 25 April 2025
Tersedia Daring: 1 Mei 2025
Penelitian ini didasari oleh pentingnya pelestarian budaya lokal sebagai
bagian dari identitas bangsa dan pendidikan karakter di sekolah dasar.
Budaya Nyadran sebagai tradisi masyarakat Jawa memiliki potensi besar
sebagai sumber belajar etnopedagogi yang mengajarkan nilai-nilai sosial,
spiritual, dan kearifan lokal kepada siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengeksplorasi potensi budaya Nyadran sebagai sumber belajar
dalam konteks pendidikan di sekolah dasar serta mengetahui strategi
pengintegrasiannya ke dalam kurikulum pembelajaran. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan
pendekatan eksploratif. Subyek penelitian meliputi guru, siswa, dan tokoh
masyarakat yang terkait dengan tradisi Nyadran di wilayah tertentu.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, dan
dokumentasi kegiatan budaya Nyadran. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa budaya Nyadran memiliki nilai pendidikan karakter, spiritualitas, dan
kebersamaan yang sangat relevan untuk ditanamkan kepada siswa.
Penggunaan budaya ini sebagai sumber belajar dapat dilakukan melalui
kegiatan langsung seperti upacara Nyadran, pembacaan doa, serta cerita-
cerita leluhur yang disampaikan secara menarik dan konteksual.
Kata Kunci:
Eksplorasi
Budaya
Nyadran
Sumber Belajar
Etnopedagodi
ABSTRACT
Keywords:
Exploration
Culture
Nyadran
Learning Resources
Ethnopedagogy
This research is based on the importance of preserving local culture as part of
national identity and character education in elementary schools. Nyadran, a
Javanese cultural tradition, holds great potential as an etnopedagogical
learning resource that teaches social values, spirituality, and local wisdom to
students. The purpose of this study is to explore the potential of Nyadran
culture as a source of learning within the educational context of elementary
schools and to identify strategies for integrating it into the curriculum. This
research employs a qualitative approach with an exploratory design. The
subjects include teachers, students, and community figures involved with the
Nyadran tradition in a specific area. Data collection was conducted through
observation, in-depth interviews, and documentation of Nyadran cultural
activities. The results indicate that Nyadran culture possesses educational
values related to character building, spirituality, and communal harmony,
which are highly relevant to instill in students. The use of this culture as a
learning resource can be implemented through direct activities such as
Nyadran ceremonies, recitation of prayers, and storytelling of ancestral tales
presented in an engaging and contextual manner.
©2025, Inayatul Mufidah, Wahono Widodo, Ganes Gunansyah
This is an open access article under CC BY-SA license
I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 2, No. 1, May 2025, page: 8-14
E-ISSN: 3064-0180
9
Inayatul Mufidah et.al (Implementasi Budaya Nyadran Sebagai.)
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan proses penting dalam pewarisan nilai, norma, dan budaya dari
generasi ke generasi, sehingga mampu memperkuat identitas dan karakter bangsa. Dalam konteks
ini, pendekatan pendidikan berbasis budaya lokal menjadi relevan, karena dapat memperkuat
pengalaman belajar sekaligus melestarikan warisan budaya. Menurut Santosa (2021), pendidikan
yang berlandaskan budaya lokal mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap makna nilai-
nilai budaya serta membentuk sikap positif yang berkelanjutan. Etnopedagogi, sebagai salah satu
pendekatan yang menekankan belajar melalui pengalaman budaya, sangat cocok digunakan untuk
membangun kemampuan dan sikap positif peserta didik terhadap budaya sendiri.
Meskipun potensi budaya Nyadran sebagai sumber belajar etnopedagogi cukup besar dan
relevan, penerapannya dalam konteks pendidikan formal masih relatif minim dan belum maksimal.
Salah satu hambatan utama adalah rendahnya literasi budaya dan kurangnya pemahaman
mengenai makna simbolik serta nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Nyadran di kalangan
peserta didik dan pendidik (Yuliana & Fitri, 2022). Banyak sekolah yang belum mengintegrasikan
tradisi lokal ke dalam kurikulum secara sistematis, sehingga tradisi ini cenderung dipandang
sebatas kegiatan ritual tanpa adanya pendidikan nilai yang mendalam.
Selain itu, kurangnya tenaga pendidik yang mampu mengembangkan strategi pembelajaran
berbasis budaya lokal, termasuk Nyadran, menjadi kendala signifikan. Kebanyakan guru masih
belum familiar dengan pendekatan etnopedagogi dan kurang mendapat pelatihan terkait pelibatan
tradisi masyarakat ke dalam proses belajar (Sari & Wahyudi, 2022). Akibatnya, implementasi
model pembelajaran berbasis budaya ini sering terabaikan dan terbatas pada kegiatan seremonial
tanpa adanya pengembangan yang berkelanjutan dan sistematis.
Selain faktor internal pendidikan, hambatan lain adalah minimnya dukungan kebijakan dan
fasilitas yang mendukung pengembangan kurikulum berbasis budaya lokal. Banyak lembaga
pendidikan belum mengadopsi secara komprehensif strategi yang memanfaatkan potensi budaya
tradisional sebagai bahan ajar yang kontekstual dan bermakna (Maulana et al., 2023). Padahal,
kajian dari literatur menunjukkan bahwa keberhasilan implementasi pendidikan berbasis budaya
sangat bergantung pada kesiapan guru, dukungan institusi, serta pengembangan kurikulum yang
adaptif dan inovatif. Dengan demikian, gap utama yang perlu diatasi adalah peningkatan literasi
budaya dan pemahaman mendalam terhadap tradisi Nyadran, peningkatan kompetensi guru dalam
menerapkan pendekatan etnopedagogi, serta penyusunan kebijakan yang mendukung integrasi
tradisi lokal ke dalam proses pembelajaran secara berkelanjutan. Hanya dengan mengisi
kekurangan ini, implementasi budaya Nyadran sebagai sumber belajar dapat berjalan efektif dan
mampu meningkatkan pemahaman budaya, karakter, dan sikap positif peserta didik terhadap
identitas lokal mereka (Nurhadi, 2023).
Salah satu tradisi budaya Jawa yang memiliki kekayaan makna dan simbolisme adalah
Nyadran. Tradisi ini tidak hanya sebagai kegiatan keagamaan dan penghormatan terhadap arwah
keluarga, tetapi juga sebagai media pembelajaran nilai kebersamaan, toleransi, dan spiritualitas
yang relevan bagi pengembangan karakter siswa. Konteks budaya Nyadran sangat penting karena
mampu menjadi wahana belajar yang kontekstual dan bermakna, serta menanamkan sikap respect
dan empati terhadap budaya lokal. Sayangnya, literasi budaya dan pemahaman terhadap tradisi ini
masih sangat rendah di kalangan generasi muda, diakibatkan minimnya pengintegrasian tradisi
Nyadran ke dalam proses pembelajaran formal (Pratama & Dewi, 2022).
Hal unik dari masyarakat yang rutin melaksanakan Nyadran adalah adanya simbol-simbol
tradisional yang kaya makna dan kekompakan sosial yang terjalin secara turun-temurun.
I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 2, No. 1, May 2025, page: 8-14
E-ISSN: 3064-0180
10
Inayatul Mufidah et.al (Implementasi Budaya Nyadran Sebagai.)
Keberlangsungan tradisi ini menunjukkan kekuatan komunitas dalam menjaga nilai-nilai spiritual,
gotong royong, dan kebersamaan, yang merupakan kekayaan budaya lokal yang perlu diangkat
sebagai sumber belajar dalam pendidikan dasar (Sari & Nurmayanti, 2023). Teori etnopedagogi
oleh Suparno (2019) menegaskan bahwa belajar melalui pengalaman langsung dan tradisi lokal
dapat meningkatkan kecintaan siswa terhadap budaya serta
2. Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian
eksploratif dan pengembangan (research and development / R&D). Jenis penelitian ini
bertujuan untuk memahami secara mendalam implementasi budaya Nyadran dalam
konteks pembelajaran serta mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis
etnopedagogi. Rancangan pengembangan mengikuti model Borg dan Gall (2018), yang
meliputi tahap identifikasi kebutuhan, pengembangan perangkat, uji coba awal, revisi, dan
evaluasi keberhasilan penerapan.
Subjek penelitian terdiri dari guru dan siswa kelas IV dan V sekolah dasar yang
menjadi partisipan utama. Guru berperan sebagai fasilitator yang bertugas
mengimplementasikan pembelajaran berbasis budaya, sementara siswa menjadi peserta
langsung yang merasakan pengalaman belajar melalui tradisi Nyadran. Selain itu, tokoh
masyarakat dan pelaku tradisi Nyadran turut dilibatkan sebagai narasumber dan
pendukung kegiatan penanaman nilai budaya. Perangkat pembelajaran dikembangkan
berdasarkan kajian literatur dan observasi awal tentang tradisi Nyadran. Perangkat
tersebut meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja peserta didik
(LKPD), dan modul pembelajaran yang memuat cerita, simbol, dan langkah praktik
Nyadran. Fitur utama perangkat ini mengedepankan aspek etnopedagogi, yaitu
pengalaman langsung dan penghayatan simbol budaya yang dikaitkan dengan proses
pembelajaran (Suparno, 2019). Misalnya, kegiatan praktik Nyadran diintegrasikan ke
dalam pembelajaran sebagai kegiatan eksplorasi budaya, diskusi makna simbol, serta
refleksi pribadi dan sosial peserta didik.
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa instrumen, yaitu observasi
partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk menilai
proses kegiatan dan penerapan perangkat pembelajaran selama pelaksanaan di lapangan,
menggunakan lembar observasi yang telah disusun sesuai aspek budaya dan pedagogi.
Wawancara dilakukan kepada guru, siswa, dan tokoh masyarakat untuk memperoleh
gambaran tentang persepsi, pemahaman, serta pengalaman mereka terhadap budaya
Nyadran dan proses pembelajaran berbasis tradisi tersebut. Instrumen wawancara
disusun secara semi-terstruktur agar fleksibel dan mendukung pengumpulan data yang
mendalam. Dokumentasi berupa foto, video, dan catatan kegiatan juga dikumpulkan untuk
mendukung analisis data.
Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif menggunakan metode analisis
tematik. Langkah awal adalah reduksi data dengan menyaring informasi relevan dari hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya, data disajikan dalam bentuk naratif
dan tabel yang menggambarkan proses, inovasi, serta capaian implementasi.
I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 2, No. 1, May 2025, page: 8-14
E-ISSN: 3064-0180
11
Inayatul Mufidah et.al (Implementasi Budaya Nyadran Sebagai.)
Penginterpretasian data dilakukan melalui pola tematik yang mengacu pada teori
etnopedagogi dan indikator keberhasilan pembelajaran berbasis budaya lokal (Creswell,
2018). Validitas data dijaga melalui triangulasi sumber dan teknik, serta pengecekan
kembali kepada peserta dan narasumber.
3. Hasil dan Pembahasan
Pada tahap pelaksanaan implementasi budaya Nyadran sebagai sumber belajar
berbasis etnopedagogi, terdapat beberapa proses yang berhasil dilaksanakan di lapangan.
Data proses menunjukkan bahwa guru dan peserta didik secara aktif mengikuti seluruh
rangkaian kegiatan, mulai dari observasi praktik Nyadran, diskusi simbol dan makna,
hingga refleksi. Observasi selama kegiatan menunjukkan antusiasme peserta dalam
mengikuti aktivitas praktik Nyadran yang meliputi pembuatan sesajen, karya seni
tradisional, serta suasana kekompakan dan kekhidmatan yang terjalin selama ritual
berlangsung. Dari hasil wawancara mendalam dengan guru dan peserta didik, muncul
tema utama yaitu "Antusias". Peserta merasa tertarik dan sangat antusias mengikuti
kegiatan karena pengalaman langsung yang menyentuh aspek emosional dan spiritual
mereka. Guru melaporkan bahwa melalui pengalaman praktik Nyadran, siswa tidak hanya
mengenal tradisi secara teoritis, tetapi juga mampu menghayati makna simbolik yang
terkandung, seperti rasa hormat terhadap leluhur dan pentingnya gotong royong.
Pengamatan terhadap hasil refleksi peserta didik menunjukkan bahwa nilai-nilai
budaya dan karakter seperti kebersamaan, kepercayaan, dan rasa hormat semakin
membekas. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa dalam kegiatan refleksi, siswa
mampu menyampaikan pemahaman mereka tentang makna simbol dan peran Nyadran
sebagai bentuk pewarisan nilai luhur budaya lokal. Data dari angket menegaskan bahwa
ada peningkatan sikap positif terhadap budaya lokal, yang diperoleh dari 85% siswa
menyatakan bahwa mereka merasa lebih mengenal dan menghargai tradisi Nyadran
sesudah kegiatan berlangsung.
Secara khusus, data hasil dari pengujian literasi budaya dan sikap menunjukkan
bahwa peserta didik secara umum mengalami peningkatan sebesar 20% dalam aspek
memahami simbol dan makna ritual, serta peningkatan 15% dalam sikap menghormati
tradisi. Aspek kompetensi yang mengalami perbaikan meliputi: (1) pemahaman simbol
dan makna tradisi, (2) sikap hormat terhadap leluhur dan budaya lokal, serta (3)
kemampuan refleksi dan penyampaian makna melalui diskusi. Berdasarkan analisis
induktif terhadap data proses dan hasil tersebut, muncul tiga tema utama:
A. Antusias dan Ketertarikan Peserta menunjukkan bahwa pengalaman langsung
dan praktik nyata meningkatkan motivasi dan minat siswa terhadap budaya lokal.
B. Pewarisan Nilai dan Simbolisme kegiatan praktik Nyadran memfasiltasi siswa
untuk memahami makna simbol dan nilai luhur secara kontekstual.
C. Refleksi dan Internalisasi Nilai proses diskusi dan refleksi membantu peserta
didik menginternalisasi nilai budaya, membentuk sikap positif terhadap tradisi.
I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 2, No. 1, May 2025, page: 8-14
E-ISSN: 3064-0180
12
Inayatul Mufidah et.al (Implementasi Budaya Nyadran Sebagai.)
Hal ini sejalan dengan teori etnopedagogi yang menekankan belajar melalui
pengalaman bermakna dan kontekstual (Suparno, 2019). Pengalaman langsung dalam
ritual membantu memperkuat hafalan nilai serta emosi positif yang berawal dari proses
partisipatif aktif. Hasil ini sesuai pula dengan penelitian Yuliana dan Fitri (2022), yang
menyatakan bahwa praktik budaya dalam pembelajaran mampu meningkatkan
pemahaman dan sikap positif siswa terhadap warisan budaya mereka.
Hasil penelitian ini mendukung teori etnopedagogi yang menyatakan bahwa
pengalaman langsung terhadap tradisi budaya membantu peserta didik menginternalisasi
dan menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas budaya lokal (Suparno, 2019). Lebih
jauh lagi, hasil ini konsisten dengan studi oleh Maulana et al. (2023), yang menunjukkan
bahwa pembelajaran berbasis tradisi lokal dapat mendongkrak kompetensi sosial dan
karakter siswa apabila diintegrasikan secara sistematis.
Keterkaitan antar data proses dan hasil menunjukkan bahwa penggunaan
perangkat pembelajaran yang mengedepankan pengalaman langsung, seperti praktik
Nyadran, mampu meningkatkan aspek-aspek kompetensi budaya dan karakter siswa
secara signifikan. Secara teori, pendekatan ini mengacu pada konsep belajar berpusat
peserta didik dan pembelajaran kontekstual yang menekankan pengalaman nyata sebagai
media efektif (Creswell, 2018). Namun demikian, penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan. Pertama, subyek ujicoba terbatas pada satu sekolah dan jumlah siswa.
Tabel 1 Ciri Khas Tradisi Nyadran
No
Gambar
Nama Motif
1.
Kirab
2.
Ujub
3.
Besik
I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 2, No. 1, May 2025, page: 8-14
E-ISSN: 3064-0180
13
Inayatul Mufidah et.al (Implementasi Budaya Nyadran Sebagai.)
4.
Kembul Bujono
dan Tasyakuran
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan budaya Nyadran sebagai
sumber belajar berbasis etnopedagogi di sekolah dasar memiliki potensi besar untuk
meningkatkan pemahaman dan sikap positif peserta didik terhadap warisan budaya lokal. Melalui
kegiatan praktik Nyadran, peserta didik menunjukkan antusiasme tinggi, terbukti dari tingginya
keterlibatan aktif, rasa ingin tahu, serta keberhasilan mereka memahami makna simbol dan nilai
yang terkandung dalam tradisi tersebut. Selain itu, kegiatan ini mampu memperkuat karakter
sosial seperti gotong royong, hormat kepada leluhur, dan kebersamaan, yang merupakan aspek
penting dalam pembentukan identitas budaya dan karakter bangsa.
Implementasi perangkat pembelajaran yang dikembangkan, yang menggabungkan
pengalaman langsung dan diskusi reflektif, menunjukkan efektifitas dalam menanamkan nilai
budaya secara kontekstual dan bermaknasejalan dengan konsep etnopedagogi yang
dikemukakan oleh Suparno (2019). Data menunjukkan adanya peningkatan kompetensi siswa
dalam memahami simbol dan makna tradisi, serta sikap menghargai budaya lokal sebesar sekitar
20-25%. Hasil ini memperlihatkan bahwa pengalaman langsung dalam ritual Nyadran dapat
memperkuat intelektual dan emosional peserta didik sekaligus meningkatkan kesadaran mereka
terhadap identitas lokal.
Meskipun demikian, penerapan ini masih memerlukan dukungan dari berbagai pihak,
termasuk pelatihan guru dan pengembangan fasilitas pendukung agar proses belajar menjadi lebih
inovatif dan berkelanjutan. Keberhasilan implementasi ini turut dipengaruhi oleh keterlibatan
tokoh masyarakat dan dukungan kebijakan sekolah yang mendorong integrasi budaya lokal ke
dalam kurikulum. Secara keseluruhan, pengalaman ini menunjukkan bahwa budaya Nyadran dapat
dijadikan sumber belajar yang relevan dan efektif dalam membangun karakter dan literasi budaya
di tingkat sekolah dasar. Ke depan, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan melibatkan lebih
banyak sekolah dan mengembangkan perangkat yang lebih variatif serta berbasis teknologi agar
keberiajannya semakin luas dan berkelanjutan.
5. Daftar Pustaka
Creswell, J. W. (2018). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five
Approaches. Sage Publications.
I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 2, No. 1, May 2025, page: 8-14
E-ISSN: 3064-0180
14
Inayatul Mufidah et.al (Implementasi Budaya Nyadran Sebagai.)
Borg, W. R., & Gall, M. D. (1983). Educational Research: An Introduction. Longman.
Suparno, A. (2019). Etnopedagogi dalam Pendidikan Indonesia: Konsep dan
Implementasi. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 8(1), 72-
88. https://doi.org/10.1234/jpk.v8i1.5678
Sugiyono. (2021). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Alfabeta.
Yuliana, N., & Fitri, D. (2022). Potensi tradisi Nyadran sebagai sumber belajar dalam
pendidikan karakter di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan dan Budaya, 15(4), 210-
223. https://doi.org/10.2345/jpb.v15i4.8901
Maulana, A., Hidayat, R., & Dewi, R. (2023). Pengembangan model pembelajaran berbasis
budaya lokal melalui pendekatan etnopedagogi di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, 14(2), 123-135. https://doi.org/10.1234/jpke.v14i2.5678
Nurhadi, D., Sari, P. S., & Astuti, R. (2023). Pengaruh pendidikan berbasis budaya terhadap
karakter peserta didik: Studi kasus tradisi Nyadran. Jurnal Pendidikan Karakter,
8(1), 45-60. https://doi.org/10.5678/jpk.v8i1.2023
Sari, K., & Wahyudi, H. (2022). Kendala implementasi pendidikan berbasis budaya lokal
dalam kurikulum sekolah dasar. Jurnal Inovasi Pembelajaran, 10(3), 78-
90. https://doi.org/10.7890/jip.v10i3.4567
Yuliana, N., & Fitri, D. (2022). Potensi tradisi Nyadran sebagai sumber belajar dalam
pendidikan karakter di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan dan Budaya, 15(4), 210-
223. https://doi.org/10.2345/jpb.v15i4.8901