I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 2, No. 2, November 2025, page: 70-76
E-ISSN: 3064-0180
70
Sultan Maulana Ramadhan et.al (Strategi Guru Pendidikan Pancasila dalam....)
Strategi Guru Pendidikan Pancasila dalam
Menanamkan Nilai Humanistik dalam Kurikulum
Merdeka di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan
Sultan Maulana Ramadhan
a,1
, Deni Pirmansyah
b,2
, Efrata Ezra Narwastu
c,3
, Lusi Safitri
d,4
, Najma
Fariha Septhiani
e,5
a,b,c,d,e
Universitas Pamulang, Jl. Raya Puspitek, Buaran, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15310
Email:
1
sultandandut2@gmail.com;
2
denipirmansyah209@gmail.com;
3
narwastu.efrata@gmail.com;
4
lusisahfitri@gmail.com;
5
najmafarihasepthiani@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 12 Agustus 2025
Direvisi: 20 September 2025
Disetujui: 28 Oktober 2025
Tersedia Daring: 1 November
2025
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi guru Pendidikan
Pancasila dalam menanamkan nilai humanistik pada Kurikulum Merdeka di
SMA Negeri 8 Tangerang Selatan, sekaligus mengidentifikasi tantangan yang
dihadapi dalam implementasinya. Latar belakang penelitian didasarkan
pada fenomena munculnya sikap individualis peserta didik akibat pengaruh
teknologi, kurangnya pengawasan orang tua, serta perbedaan karakter guru
dalam pendekatan pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan adalah
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan melalui
observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi, kemudian dianalisis
dengan model Miles dan Huberman yang meliputi reduksi data, penyajian
data, serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
strategi penanaman nilai humanistik dilakukan melalui pembelajaran
berbasis kasus, diskusi kelompok, dan project based learning dengan
menekankan enam nilai utama: menghargai pendapat orang lain, kerja sama,
rela berkorban, peduli terhadap orang lain, tolong-menolong, dan
solidaritas. Adapun tantangan yang dihadapi meliputi faktor internal berupa
sikap individualis peserta didik serta faktor eksternal seperti pengaruh
lingkungan sosial, budaya populer, dan minimnya peran orang tua.
Meskipun demikian, hambatan tersebut dapat diatasi melalui pendekatan
personal, pemberian motivasi, serta penciptaan suasana kelas yang kondusif.
Penelitian ini memberikan implikasi bagi guru, sekolah, dan orang tua untuk
berkolaborasi dalam memperkuat penanaman nilai humanistik, sehingga
tujuan pendidikan nasional dalam membentuk generasi berkarakter luhur
dapat tercapai.
Kata Kunci:
Nilai humanistik
Kurikulum Merdeka
Pendidikan Pancasila
Strategi guru
Nilai karakter
ABSTRACT
Keywords:
Humanistic values
Merdeka Curriculum
Pancasila Education
Teacher strategies
Character values
This study aims to analyze the strategies employed by Pancasila Education
teachers in instilling humanistic values within the Merdeka Curriculum at SMA
Negeri 8 South Tangerang, as well as to identify the challenges encountered in
its implementation. The background of this research is based on the
phenomenon of students’ individualistic attitudes influenced by technology, the
lack of parental supervision, and differences in teachers’ approaches to
learning. This study employed a qualitative method with a descriptive
approach. Data were collected through observation, in-depth interviews, and
documentation, and were analyzed using Miles and Huberman’s model, which
consists of data reduction, data display, and conclusion drawing. The findings
reveal that the strategies for instilling humanistic values were carried out
through case-based learning, group discussions, and project-based learning,
emphasizing six core values: respecting others’ opinions, cooperation, self-
sacrifice, caring for others, mutual assistance, and solidarity. The challenges
encountered included internal factors such as students’ individualistic
attitudes, and external factors such as social environment influences, popular
culture, and the limited role of parents. Nevertheless, these obstacles can be
overcome through personal approaches, motivation, and the creation of a
I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 2, No. 2, November 2025, page: 70-76
E-ISSN: 3064-0180
71
Sultan Maulana Ramadhan et.al (Strategi Guru Pendidikan Pancasila dalam....)
conducive classroom atmosphere. This study provides implications for
teachers, schools, and parents to collaborate in strengthening the cultivation
of humanistic values, thereby supporting the achievement of national
education goals in shaping a generation with noble character.
©2025, Sultan Maulana Ramadhan, Deni Pirmansyah,
Efrata Ezra Narwastu, Lusi Safitri, Najma Fariha Septhiani
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Pendidikan Pancasila, yang sebelumnya dikenal sebagai Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaran (PPKn), merupakan mata pelajaran yang memberikan pembelajaran penting
mengenai nilai-nilai karakter kepada peserta didik. Menurut Okvianti et al. (2025), Pendidikan
Pancasila memegang peran yang sangat penting dalam membentuk karakter bangsa sejak usia
dini. Sebagai dasar dari pembentukan kepribadian anak-anak, mata pelajaran ini memberikan
dasar yang kuat dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan yang esensial, seperti cinta tanah
air, penghargaan terhadap keberagaman, serta rasa tanggung jawab terhadap negara dan
sesama. Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Putri et al. (2023) menjelaskan kembali
bahwasanya di dalam pendidikan Pancasila diajarkan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan,
serta kemanusiaan yang adil, yang mendukung peserta didik berkembang menjadi individu
yang positif dan bermoral. Nilai-nilai dari setiap butir Pancasila yang diajarkan di sekolah
mampu memengaruhi karakter peserta didik di lingkungan sekolah. Hal tersebut menyatakan
bahwa pendidikan Pancasila berperan penting dalam membentuk peserta didik agar
berkarakter positif, menghargai perbedaan, serta mampu bertanggung jawab sebagai warga
negara yang baik.
Di dalam Kurikulum Merdeka, pendidikan Pancasila ditempatkan sebagai salah satu
muatan utama yang menekankan pada pembentukan Profil Pelajar Pancasila, yakni peserta
didik yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebinekaan global, gotong
royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif (Rahayuningsih, 2021). Di era yang serba modern,
tantangan seperti globalisasi, perkembangan teknologi informasi, serta pergeseran nilai dalam
masyarakat telah memengaruhi pola pikir dan perilaku generasi muda khususnya para peserta
didik. Fenomena ini menuntut peran aktif guru, khususnya guru Pendidikan Pancasila, untuk
menanamkan nilai humanistik. Nilai-nilai humanistik sendiri menurut Hardiman (2012) yakni
menghargai pendapat orang lain, kerja sama, rela berkorban, peduli terhadap orang lain, tolong
menolong, dan solidaritas yang mana nilai-nilai tersebut menjadi dasar moral dan etika dalam
kehidupan sehari-hari.
Namun, terdapat beberapa fakta masalah atau hambatan yang peneliti temukan seperti
munculnya sikap individualis pada peserta didik akibat pengaruh teknologi, khususnya
penggunaan gawai yang membuat mereka kurang peduli dengan lingkungan sekitar dan
kurang aktif dalam pembelajaran. Selain itu, faktor eksternal seperti kurangnya kepedulian
orang tua yang cenderung memanjakan anak dengan fasilitas berlebihan juga turut menjadi
hambatan dalam penanaman nilai humanistik. Di sisi lain, perbedaan karakter guru dalam
melakukan pendekatan kepada peserta didik turut memengaruhi keberhasilan strategi
pembelajaran, karena tidak semua guru mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman,
memotivasi, serta mendorong keterbukaan peserta didik.
Berdasarkan studi literatur, penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Rika et al. (2025)
menyatakan bahwa kebijakan Kurikulum Merdeka atau Merdeka Belajar berkontribusi nyata
terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 5
I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 2, No. 2, November 2025, page: 70-76
E-ISSN: 3064-0180
72
Sultan Maulana Ramadhan et.al (Strategi Guru Pendidikan Pancasila dalam....)
Balikpapan. Nilai-nilai seperti kesopanan, toleransi, kebebasan, kerja sama, dan kejujuran
diinternalisasikan melalui pendekatan pembelajaran yang kontekstual, partisipatif, dan
reflektif, serta didukung oleh sinergi antara guru, kepala sekolah, dan orang tua. Demikian
pula, penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih & Hairani (2025), bahwa nilai-nilai
humanistik telah menjadi bagian integral dalam budaya sekolah SDN Nagasari III Karawang
Barat, yang terwujud tidak hanya dalam dokumen perencanaan pembelajaran seperti RPP dan
modul ajar, tetapi juga dalam kebiasaan sehari-hari warga sekolah dengan dukungan kuat dari
kepala sekolah dan penerapan kurikulum merdeka. Berdasarkan tinjauan terhadap berbagai
penelitian yang telah dilakukan, dapat dipahami bahwa implementasi Kurikulum Merdeka
membuka peluang besar bagi penguatan nilai-nilai humanistik dalam proses pendidikan. Nilai-
nilai tersebut dapat diwujudkan melalui pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik,
kerja sama seluruh elemen sekolah, serta dukungan lingkungan belajar yang mendukung.
Meski demikian, masih terdapat kekurangan kajian yang secara khusus membahas bagaimana
seorang guru khususnya guru Pendidikan Pancasila di jenjang sekolah menengah atas (SMA)
merancang dan melaksanakan strategi pembelajaran yang efektif untuk menanamkan nilai
humanistik yang mana perihal tersebut menjadikan sebuah novelty atau keterbaruan dalam
penelitian ini.
Berdasarkan uraian fakta fenomena, fakta masalah, dan studi literatur diatas, dapat
diketahui bahwa penelitian ini bertujuan untuk memberikan keterbaruan atau novelty terkait
Strategi Guru Pendidikan Pancasila dalam Menanamkan Nilai Humanistik dalam Kurikulum
Merdeka di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
mengidentifikasi tentang apa saja hambatan yang dihadapi oleh seorang guru Pendidikan
Pancasila dalam Menanamkan Nilai Humanistik dalam Kurikulum Merdeka.
2. Metode
Penelitian ini menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode
kualitatif sendiri menurut Sugiyono (2024) juga disebut sebagai metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Sedangkan
pendekatan deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang melukiskan, menggambarkan,
atau memaparkan keadaan objek yang diteliti sebagai apa adanya, sesuai dengan situasi dan
kondisi ketika penelitian tersebut dilakukan (Sugiyono, 2024). Adapun subjek pada penelitian
ini adalah guru Pendidikan Pancasila di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan, sedangkan
informan pendukung meliputi kepala sekolah serta beberapa peserta didik yang dipilih secara
acak untuk memperkuat data.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
sendiri merupakan sebuah data yang dibuat secara langsung oleh peneliti melalui pendekatan
seperti survei atau eksperimen, sehingga cenderung lebih tepat dan sesuai dengan rumusan
pertanyaan penelitian. Data sekunder, yang diperoleh dari sumber yang telah tersedia seperti
laporan atau artikel, bermanfaat untuk membentuk latar belakang atau memperluas
pemahaman, meskipun kemungkinan tidak sepenuhnya selaras dengan pusat perhatian
penelitian (Sulung & Muspawi, 2024).
Selanjutnya, adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara
mendalam, dan dokumentasi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model Miles
Huberman sebagai teknik untuk menganalisis data. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono,
2024) mendeskripsikan bahwa proses analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berkelanjutan hingga mencapai titik di mana data dianggap jenuh. Proses ini melibatkan
beberapa aktivitas penting yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),
serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification). Hasil penelitian
I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 2, No. 2, November 2025, page: 70-76
E-ISSN: 3064-0180
73
Sultan Maulana Ramadhan et.al (Strategi Guru Pendidikan Pancasila dalam....)
ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan pemahaman bagi para pembaca, sekaligus
menjadi referensi bagi peneliti lain dalam konteks kajian serupa.
3. Hasil dan Pembahasan
A. Strategi Guru Pendidikan Pancasila dalam Menanamkan Nilai Humanistik
Guru merupakan seseorang yang bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan sumber daya
untuk peserta didik, memberikan informasi dan keterampilan yang diperlukan untuk
mempersiapkan peserta didik untuk masa depan (Fadillah, 2023). Di Indonesia guru sendiri
sangat berperan penting dalam hal meningkatkan kualitas pembelajaran terutama dalam hal
motivasi belajar peserta didik, karena guru merupakan tiang utama di sekolah dalam belajar
dan pembelajaran (Khadijah, 2022). Menurut Fadillah (2023) dalam konteks Kurikulum
Merdeka, sekolah dan pendidik (guru) memiliki kebebasan untuk menentukan materi
pembelajaran, metode pengajaran, dan penilaian yang sesuai dengan kondisi peserta didik dan
lingkungan sekolah. Kurikulum Merdeka juga memberikan ruang untuk pengembangan
keterampilan sosial, emosional, dan karakter peserta didik, yang juga dianggap penting selain
pengetahuan akademis.
Hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila di
SMA Negeri 8 Tangerang Selatan, menunjukkan bahwa penanaman nilai humanistik dalam
konteks Kurikulum Merdeka dilakukan melalui berbagai strategi pembelajaran. Nilai
humanistik yang ditanamkan meliputi menghargai pendapat orang lain, kerja sama, rela
berkorban, peduli terhadap orang lain, tolong-menolong, dan solidaritas (Hardiman, 2012).
Tabel 1. Strategi Guru Pendidikan Pancasila dalam menanamkan nilai-nilai humanistik
No
Nilai-nilai
Humanistik
Strategi
1
Menghargai
Pendapat Orang
Lain
Guru menekankan pentingnya toleransi terhadap perbedaan. Guru
mengarahkan peserta didik agar tidak membedakan derajat
berdasarkan suku, agama, atau latar belakang, melainkan
menanamkan kesadaran bahwa semua warga negara memiliki
kedudukan yang sama.
2
Kerja Sama
Ditanamkan melalui kegiatan diskusi kelompok. Guru membagi
peserta didik ke dalam kelompok untuk mengkaji kasus, misalnya
pelanggaran HAM di Indonesia, lalu meminta mereka menemukan
penyebab, akibat, dan solusi. Setiap kelompok wajib
mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain
memberikan tanggapan, sehingga nilai kerja sama dan sikap saling
menghargai pendapat dapat terbentuk
3
Rela Berkorban
Diwujudkan dalam bentuk menolong teman tanpa memandang
latar belakang agama atau pandangan
4
Peduli Terhadap
Orang Lain
Ditanamkan dengan membiasakan peserta didik memiliki simpati
dan empati, baik dalam memberikan bantuan moral maupun
material
5
Tolong
Menolong
Ditanamkan melalui pembiasaan untuk saling membantu sesama
teman yang mengalami kesulitan di kelas
6
Solidaritas
Dibangun dengan menekankan pentingnya kekompakan antar
peserta didik dalam kelas. Guru menegaskan bahwa teman sekelas
merupakan orang terdekat yang akan saling menolong ketika
menghadapi kesulitan, sehingga diperlukan sikap saling
mendukung dan menjaga keakraban
I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 2, No. 2, November 2025, page: 70-76
E-ISSN: 3064-0180
74
Sultan Maulana Ramadhan et.al (Strategi Guru Pendidikan Pancasila dalam....)
Untuk menunjang keenam nilai tersebut, guru banyak menggunakan strategi pembelajaran
berbasis kasus, diskusi kelompok, serta project based learning. Dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa strategi guru Pendidikan Pancasila dalam menanamkan nilai humanistik di
SMA Negeri 8 Tangerang Selatan berjalan dengan baik melalui penerapan pembelajaran yang
kontekstual, kolaboratif, dan berbasis pengalaman nyata. Enam nilai utama yakni menghargai
pendapat orang lain, kerja sama, rela berkorban, peduli terhadap orang lain, tolong-menolong,
dan solidaritas, dapat ditanamkan secara efektif dengan memanfaatkan diskusi kelompok, studi
kasus, serta project based learning, sehingga peserta didik tidak hanya memahami konsep,
tetapi juga membiasakan diri untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Tantangan Guru Pendidikan Pancasila dalam Menanamkan Nilai Humanistik
Dalam proses belajar mengajar, sudah dipastikan semua tenaga pengajar memiliki
beberapa kesulitan atau tantangan yang ditemuinya. Di era kurikulum merdeka, yang mana
seorang guru dibebaskan dalam menentukan strategi, model, dan metode pembelajaran yang
mana kebebasan tersebut tentu memberikan ruang inovasi, tetapi sekaligus menuntut guru
lebih kreatif dalam menghadapi dinamika peserta didik yang beragam. Menurut (Suhandi &
Robi’ah Fajriyatur, 2022), perubahan kurikulum sepatutnya menjawab berbagai permasalahan
pendidikan demi kemajuan peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini karena pendidikan
merupakan sebuah jalan agar warga negaranya memiliki pengetahuan dan nilai karakter yang
luhur.
Setelah peneliti melakukan wawancara bersama dengan salah satu guru mata pelajaran
Pendidikan Pancasila di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan dapat dijelaskan bahwa di dalam
penerapannya, guru juga menghadapi sejumlah tantangan. Dari sisi internal, hambatan yang
muncul adalah kecenderungan peserta didik untuk bersikap individualis akibat pengaruh
teknologi. Hal ini mengurangi interaksi sosial yang diperlukan untuk menumbuhkan toleransi,
kerja sama, dan solidaritas. Selain itu, tidak semua peserta didik mau terbuka mengenai hal-hal
yang membuat mereka kurang nyaman di kelas, sehingga guru perlu memberi motivasi, umpan
balik, dan pertanyaan reflektif agar mereka lebih komunikatif.
Dari sisi eksternal, tantangan terbesar berasal dari lingkungan sosial. Pergaulan di luar
sekolah kerap memengaruhi sikap peserta didik, misalnya penggunaan bahasa kasar yang
diperoleh dari teman sebaya. Faktor lain yang turut berpengaruh adalah kurangnya
pengawasan orang tua terhadap anak, serta budaya populer yang memengaruhi gaya
berpakaian, bahasa, dan pola interaksi peserta didik. Meskipun demikian, hambatan-hambatan
tersebut dapat diatasi dengan pendekatan personal, pemberian motivasi, serta penciptaan
suasana kelas yang akrab dan kompak. Dengan strategi tersebut, nilai-nilai humanistik tetap
dapat ditanamkan secara efektif dalam proses pembelajaran Pendidikan Pancasila.
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tantangan guru Pendidikan Pancasila dalam
menanamkan nilai humanistik tidak hanya berasal dari faktor internal seperti sikap individualis
peserta didik, tetapi juga dari faktor eksternal berupa pengaruh lingkungan sosial dan
kurangnya pengawasan orang tua. Namun, dengan pendekatan yang tepat, motivasi yang
berkelanjutan, serta suasana kelas yang mendukung, hambatan-hambatan tersebut tetap dapat
diatasi sehingga tujuan penanaman nilai humanistik tetap tercapai secara efektif.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa strategi guru Pendidikan Pancasila
dalam menanamkan nilai humanistik pada Kurikulum Merdeka di SMA Negeri 8 Tangerang
Selatan dilaksanakan melalui pembelajaran yang kontekstual, kolaboratif, dan berbasis
pengalaman nyata. Enam nilai utama yang ditanamkan meliputi menghargai pendapat orang
I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 2, No. 2, November 2025, page: 70-76
E-ISSN: 3064-0180
75
Sultan Maulana Ramadhan et.al (Strategi Guru Pendidikan Pancasila dalam....)
lain, kerja sama, rela berkorban, peduli terhadap orang lain, tolong-menolong, dan solidaritas.
Strategi yang digunakan antara lain diskusi kelompok, studi kasus, serta project based learning,
sehingga peserta didik tidak hanya memahami konsep, tetapi juga terbiasa menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Di sisi lain, tantangan yang dihadapi guru berasal dari faktor internal seperti sikap
individualis peserta didik akibat pengaruh teknologi, serta faktor eksternal berupa pengaruh
lingkungan sosial, kurangnya pengawasan orang tua, dan budaya populer yang kurang sejalan
dengan nilai-nilai humanistik. Namun demikian, hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi
melalui pendekatan personal, pemberian motivasi, serta penciptaan suasana kelas yang kondusif
dan kompak. Dengan demikian, peran guru Pendidikan Pancasila sangat penting dalam
mengoptimalkan penerapan Kurikulum Merdeka guna membentuk peserta didik yang
berkarakter, berakhlak mulia, serta mampu menerapkan nilai-nilai humanistik dalam kehidupan
sehari-hari.
Selain itu, peneliti memberikan beberapa saran yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran yang akan datang. Pertama, guru Pendidikan Pancasila diharapkan terus
mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam memilih strategi pembelajaran yang relevan
dengan perkembangan peserta didik, khususnya di era digital. Kedua, pihak sekolah perlu
memberikan dukungan berupa pelatihan maupun forum diskusi guru agar tercipta kolaborasi
dalam menghadapi tantangan penanaman nilai humanistik. Ketiga, peran orang tua perlu
ditingkatkan melalui komunikasi yang intensif dengan pihak sekolah, sehingga pengawasan dan
pembentukan karakter peserta didik dapat berjalan seimbang antara lingkungan keluarga dan
sekolah. Terakhir, pemerintah melalui kebijakan Kurikulum Merdeka diharapkan dapat terus
memperkuat implementasi nilai-nilai humanistik, sehingga tujuan pendidikan nasional dalam
membentuk generasi berkarakter luhur dapat tercapai secara optimal.
5. Daftar Pustaka
Fadillah, H. (2023). Peran Guru Dalam Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Di Sekolah
Menengah Pertama Pada Sekolah Binaan. INDOPEDIA (Jurnal Inovasi Pembelajaran
Dan Pendidikan), 1(1), 164173.
https://indopediajurnal.my.id/index.php/jurnal/article/view/23
Hardiman, F. B. (2012). Humanisme dan Sesudahnya. KPG.
Khadijah, I. (2022). Peran Guru Indonesia Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dan
Tantangan Pembelajaran Abad 21. Preprint. OSF.
https://doi.org/10.31219/OSF.IO/PBF5S
Okvianti, E., Putri, O., & Alfakhri, H. (2025). Analisis Konten Pendidikan Pancasila Dalam
Buku Ajar Kurikulum Merdeka Kelas V Fase C. Jurnal Penelitian Nusantara, 1(5),
106112. https://doi.org/10.59435/menulis.v1i5.238
Putri, M. F. J. L., Putriani, F., Santika, H., Nadhif, K., Mudhoffar, & Putri, N. G. A. (2023).
Peran Pendidikan Pancasila Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di Sekolah.
Jurnal Kewarganegaraan, 7(2).
https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/5576
Rahayuningsih, F. (2021). Internalisasi Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dalam
Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. SOCIAL: Jurnal Inovasi Pendidikan IPS, 1(3),
177187. https://jurnalp4i.com/index.php/social/article/view/925
I M E J
Innovations in Multidisciplinary Education Journal
Vol. 2, No. 2, November 2025, page: 70-76
E-ISSN: 3064-0180
76
Sultan Maulana Ramadhan et.al (Strategi Guru Pendidikan Pancasila dalam....)
Rika, Jamil, M., & Suryaningsi. (2025). Internalisasi Nilai Humanisme Dalam Kebijakan
Merdeka Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran PPKn di SMA Negeri 5
Balikpapan. Jurnal Transformasi Pendidikan Modern, 6(3), 463480.
https://ejurnals.com/ojs/index.php/jtpm
Sugiyono. (2024). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ALFABETA.
www.cvalfabeta.com
Suhandi, A. M., & Robi’ah Fajriyatur. (2022). Guru dan Tantangan Kurikulum Baru: Analisis
Peran Guru dalam Kebijakan Kurikulum Baru. Jurnal Basicedu, 6(4), 59365945.
https://doi.org/10.31004/BASICEDU.V6I4.3172
Sulung, U., & Muspawi, M. (2024). Memahami Sumber Data Penelitian : Primer, Sekunder,
Dan Tersier. Jurnal Edu Research Indonesian Institute For Corporate Learning And
Studies (IICLS), 5(3), 110116. https://iicls.org/index.php/jer/article/view/238/195
Widyaningsih, R., & Hairani, E. (2025). Penerapan Nilai-Nilai Humanistik Pada Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Nagasari III Karawang Barat.
Qiro’ah: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 15(1), 4454.
https://ejurnal.iiq.ac.id/index.php/qiroah/article/view/3030