Untuk menunjang keenam nilai tersebut, guru banyak menggunakan strategi pembelajaran
berbasis kasus, diskusi kelompok, serta project based learning. Dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa strategi guru Pendidikan Pancasila dalam menanamkan nilai humanistik di
SMA Negeri 8 Tangerang Selatan berjalan dengan baik melalui penerapan pembelajaran yang
kontekstual, kolaboratif, dan berbasis pengalaman nyata. Enam nilai utama yakni menghargai
pendapat orang lain, kerja sama, rela berkorban, peduli terhadap orang lain, tolong-menolong,
dan solidaritas, dapat ditanamkan secara efektif dengan memanfaatkan diskusi kelompok, studi
kasus, serta project based learning, sehingga peserta didik tidak hanya memahami konsep,
tetapi juga membiasakan diri untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Tantangan Guru Pendidikan Pancasila dalam Menanamkan Nilai Humanistik
Dalam proses belajar mengajar, sudah dipastikan semua tenaga pengajar memiliki
beberapa kesulitan atau tantangan yang ditemuinya. Di era kurikulum merdeka, yang mana
seorang guru dibebaskan dalam menentukan strategi, model, dan metode pembelajaran yang
mana kebebasan tersebut tentu memberikan ruang inovasi, tetapi sekaligus menuntut guru
lebih kreatif dalam menghadapi dinamika peserta didik yang beragam. Menurut (Suhandi &
Robi’ah Fajriyatur, 2022), perubahan kurikulum sepatutnya menjawab berbagai permasalahan
pendidikan demi kemajuan peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini karena pendidikan
merupakan sebuah jalan agar warga negaranya memiliki pengetahuan dan nilai karakter yang
luhur.
Setelah peneliti melakukan wawancara bersama dengan salah satu guru mata pelajaran
Pendidikan Pancasila di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan dapat dijelaskan bahwa di dalam
penerapannya, guru juga menghadapi sejumlah tantangan. Dari sisi internal, hambatan yang
muncul adalah kecenderungan peserta didik untuk bersikap individualis akibat pengaruh
teknologi. Hal ini mengurangi interaksi sosial yang diperlukan untuk menumbuhkan toleransi,
kerja sama, dan solidaritas. Selain itu, tidak semua peserta didik mau terbuka mengenai hal-hal
yang membuat mereka kurang nyaman di kelas, sehingga guru perlu memberi motivasi, umpan
balik, dan pertanyaan reflektif agar mereka lebih komunikatif.
Dari sisi eksternal, tantangan terbesar berasal dari lingkungan sosial. Pergaulan di luar
sekolah kerap memengaruhi sikap peserta didik, misalnya penggunaan bahasa kasar yang
diperoleh dari teman sebaya. Faktor lain yang turut berpengaruh adalah kurangnya
pengawasan orang tua terhadap anak, serta budaya populer yang memengaruhi gaya
berpakaian, bahasa, dan pola interaksi peserta didik. Meskipun demikian, hambatan-hambatan
tersebut dapat diatasi dengan pendekatan personal, pemberian motivasi, serta penciptaan
suasana kelas yang akrab dan kompak. Dengan strategi tersebut, nilai-nilai humanistik tetap
dapat ditanamkan secara efektif dalam proses pembelajaran Pendidikan Pancasila.
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tantangan guru Pendidikan Pancasila dalam
menanamkan nilai humanistik tidak hanya berasal dari faktor internal seperti sikap individualis
peserta didik, tetapi juga dari faktor eksternal berupa pengaruh lingkungan sosial dan
kurangnya pengawasan orang tua. Namun, dengan pendekatan yang tepat, motivasi yang
berkelanjutan, serta suasana kelas yang mendukung, hambatan-hambatan tersebut tetap dapat
diatasi sehingga tujuan penanaman nilai humanistik tetap tercapai secara efektif.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa strategi guru Pendidikan Pancasila
dalam menanamkan nilai humanistik pada Kurikulum Merdeka di SMA Negeri 8 Tangerang
Selatan dilaksanakan melalui pembelajaran yang kontekstual, kolaboratif, dan berbasis
pengalaman nyata. Enam nilai utama yang ditanamkan meliputi menghargai pendapat orang