Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 31-35
E-ISSN: 3026-4014
- 32 -
1. Pendahuluan
Indonesia, sebagai negara yang menjunjung tinggi perdamaian dunia, secara aktif terlibat dalam
berbagai forum internasional. Salah satu forum tersebut adalah Kelompok Dua Puluh (G20), yang berfokus
pada kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan. Forum kerja sama multilateral ini terdiri dari 19
negara utama dan Uni Eropa, seperti Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia,
Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jerman, Jepang, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, China,
Turki, dan Uni Eropa. Setiap tahun, satu negara dipilih untuk menjadi tuan rumah KTT G20 (Presidensi).
Pada tahun 2022, Indonesia untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah forum internasional G20, dari 1
Desember 2021 hingga 30 November 2022. Acara ini menjadi tantangan bagi Indonesia di tengah periode
pemulihan COVID-19. Selama presidensi G20, Indonesia mengangkat tema "Meningkatkan Transparansi
Pajak Global untuk Mengatasi Penghindaran Pajak," dengan fokus pada penghindaran pajak, pengelakan
pajak, dan transfer pricing.
Maudy Ayunda ditunjuk sebagai juru bicara untuk kegiatan Presidensi G20 dengan tujuan
memperluas penyebaran informasi, terutama bagi Generasi Z dan milenial. Sebagai figur publik, ia
memiliki pengaruh signifikan terhadap opini publik (Jackson & Darrow, 2005), dan latar belakang
pendidikannya yang tinggi memperkuat perannya sebagai juru bicara. Juru bicara yang efektif harus
memiliki keterampilan komunikasi lisan yang kuat, menyampaikan pidato dengan bahasa yang jelas dan
mudah dipahami (Gestanti, Mufanti, Nimasari, 2017). Keterampilan berbicara sangat penting untuk
komunikasi manusia. Retorika, atau seni berbicara, melibatkan penggunaan bahasa yang efektif, baik lisan
maupun tulisan, dengan teknik dan strategi komunikasi tertentu selama pidato.
Retorika mencakup berbagai elemen pendukung, seperti nada vokal, kontak mata, gerakan tangan,
ekspresi wajah, aspek lisan yang terkait dengan gaya berbicara di depan umum, konteks forum, ide-ide, dan
penggunaan bahasa. Pemilihan bahasa dan kata sangat penting untuk pemahaman audiens. Teori retorika
menurut pandangan Aristoteles bahwasanya retorika sebagai alat persuasif, yang mana seseorang ketika
berbicara mampu membujuk dengan mempertimbangkan tiga hal yakini logika (logos), emosi (pathos), dan
etika/kredibitas (ethos). Maka dari itu, teori retorika sebagai teori yang menunjukan penyusunan sebuah
pidato atau presentasi secara efektif dan kalimat persuasif. Menurut Marhaeni (2012) penggunaan bahasa
sebagai alat komunikasi baik berbentuk kode atau symbol dengan tujuan untuk penyampaian pesan verbal.
Selain itu, kemampuan dalam bahasa sangatlah diperlukan ketika penyampaian pidato.
Dalam penyampaian pesan terkadang komunikan memberikan ungkapan kata seperti “harus”,
“mungkin”, “izin”, “bisa”. Hal ini disebut modalitas sebagai isi tuturan yang diyakini, diharapkan,
dirakukan sebagai suatu sikap yang diambil oleh pembicara. Menurut Alwi (1993) pengungkapan modalitas
dapat berupa keharusan atau kepastian yang dinyatakan seperti “yakni”, “seharusnya”, “baiknya”,
“layaknya”, dan “pantasnya”. Penggunaan bahasa mencerminkan intelektualitas, selera, atau niat
pembicara, yang dikenal sebagai modalitas (Alwi, 1992). Modalitas mencakup sikap pembicara, baik yang
dipercayai, diharapkan, atau diragukan, dan merupakan bagian integral dari retorika karena melibatkan
persuasi audiens dengan menampilkan emosi pembicara (pathos), kredibilitas (ethos), argumen logis
(logos), organisasi data (disposisi), gaya penyampaian (elokusi), hafalan (memorial), dan komunikasi non-
verbal (pengucapan).
Berdasarkan latar belakang ini, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis retorika Maudy Ayunda
dalam pidatonya sebagai juru bicara di forum G20, yang disajikan dalam video YouTube. Penelitian ini
bertujuan untuk memahami teknik retorika yang digunakan oleh Maudy Ayunda dalam pidatonya di forum
G20.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, serta sumber data diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan dalam
pengumpulan data peneliti melalui pengamatan secara audio visual pada youtube “Sekretaris Presiden”
kemudian menganisis unsur-unsur retorika yang ditemukan dan penggunaan gaya bahasa yang digunakan.
Oleh sebab itu, data yang digunakan berupa kumpulan kata dan kalimat yang diklasifikasikan ke dalam
penggunaan gaya bicara dan alat retoris. Oleh karena itu, diperlukan teknik simak karena cara yang
digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2017).
Peneliti mengumpulkan data melalui observasi audio-visual di YouTube, serta menganalisis beberapa