Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 31-35
E-ISSN: 3026-4014
- 31 -
Artikel Penelitian
Naskah dikirim: 21/03/2024Selesai revisi: 17/04/2024 Disetujui: 23/05/2024 Diterbitkan:17/07/2024
Pemanfaatan modalitas dalam pidato inspiratif: analisis retorika pidato Maudy Ayunda
sebagai JUBIR G20
Misbahul Afrisyah¹, Bima Kurniawan²
Universitas Trunojoyo Madura, Jl. Raya Telang Indah, Kamal, Bangkalan Madura
e-mail: afrisyah1105@gmail.com
Abstrak:
Penelitian ini mengkaji pidato Maudy Ayunda sebagai juru bicara pada acara Presidensi G20 dari
1 Desember 2021 hingga 30 November 2022 dengan tema "Meningkatkan transparansi pajak secara global
untuk mengatasi penghindaran pajak". Penelitian ini menggunakan teori retorika. Tujuannya adalah untuk
mengetahui bagaimana retorika Maudy Ayunda saat menyampaikan pidato di forum G20. Pengumpulan
data dilakukan dengan menonton dan menganalisis artikel audio-visual. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa gaya bahasa Maudy Ayunda mencakup teori retorika tentang kejelasan, ketepatan, dan kesesuaian.
Hal ini juga ditunjukkan melalui kemampuan Maudy Ayunda dalam merangkai kalimat dengan benar, jelas,
kuat, harmonis, dan menggunakan gaya bahasa non-verbal.
Kata kunci:
Analisis Retorika, Modalitas, Jubir, Maudy Ayunda, G20
Use of Modality In Inspiring Speeches: Rhetoric Analysis of Maudy Ayunda’s Speech As G20 Spoke
Abstract:
This study examines Maudy Ayunda's speech as a spokesperson at the G20 Presidency event from
December 1, 2021, to November 30, 2022, with the theme "Increasing tax transparency globally to
overcome tax avoidance." This research employs rhetorical theory. The aim is to understand Maudy
Ayunda's rhetoric when delivering a speech at the G20 forum. Data collection was conducted by watching
and analyzing audio-visual articles. The research results indicate that Maudy Ayunda's language style
encompasses the rhetorical theory of clarity, accuracy, and appropriateness. This is also evidenced by
Maudy Ayunda's ability to construct sentences with clarity, strength, harmony adeptly, and the use of non-
verbal language styles.
Keywords
: Rhetorical Analysis, Modality, Spokesperson, Maudy Ayunda, G20
Hak Cipta©2024 Misbahul Afrisyah, Bima Kurniawan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 31-35
E-ISSN: 3026-4014
- 32 -
1. Pendahuluan
Indonesia, sebagai negara yang menjunjung tinggi perdamaian dunia, secara aktif terlibat dalam
berbagai forum internasional. Salah satu forum tersebut adalah Kelompok Dua Puluh (G20), yang berfokus
pada kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan. Forum kerja sama multilateral ini terdiri dari 19
negara utama dan Uni Eropa, seperti Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia,
Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jerman, Jepang, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, China,
Turki, dan Uni Eropa. Setiap tahun, satu negara dipilih untuk menjadi tuan rumah KTT G20 (Presidensi).
Pada tahun 2022, Indonesia untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah forum internasional G20, dari 1
Desember 2021 hingga 30 November 2022. Acara ini menjadi tantangan bagi Indonesia di tengah periode
pemulihan COVID-19. Selama presidensi G20, Indonesia mengangkat tema "Meningkatkan Transparansi
Pajak Global untuk Mengatasi Penghindaran Pajak," dengan fokus pada penghindaran pajak, pengelakan
pajak, dan transfer pricing.
Maudy Ayunda ditunjuk sebagai juru bicara untuk kegiatan Presidensi G20 dengan tujuan
memperluas penyebaran informasi, terutama bagi Generasi Z dan milenial. Sebagai figur publik, ia
memiliki pengaruh signifikan terhadap opini publik (Jackson & Darrow, 2005), dan latar belakang
pendidikannya yang tinggi memperkuat perannya sebagai juru bicara. Juru bicara yang efektif harus
memiliki keterampilan komunikasi lisan yang kuat, menyampaikan pidato dengan bahasa yang jelas dan
mudah dipahami (Gestanti, Mufanti, Nimasari, 2017). Keterampilan berbicara sangat penting untuk
komunikasi manusia. Retorika, atau seni berbicara, melibatkan penggunaan bahasa yang efektif, baik lisan
maupun tulisan, dengan teknik dan strategi komunikasi tertentu selama pidato.
Retorika mencakup berbagai elemen pendukung, seperti nada vokal, kontak mata, gerakan tangan,
ekspresi wajah, aspek lisan yang terkait dengan gaya berbicara di depan umum, konteks forum, ide-ide, dan
penggunaan bahasa. Pemilihan bahasa dan kata sangat penting untuk pemahaman audiens. Teori retorika
menurut pandangan Aristoteles bahwasanya retorika sebagai alat persuasif, yang mana seseorang ketika
berbicara mampu membujuk dengan mempertimbangkan tiga hal yakini logika (logos), emosi (pathos), dan
etika/kredibitas (ethos). Maka dari itu, teori retorika sebagai teori yang menunjukan penyusunan sebuah
pidato atau presentasi secara efektif dan kalimat persuasif. Menurut Marhaeni (2012) penggunaan bahasa
sebagai alat komunikasi baik berbentuk kode atau symbol dengan tujuan untuk penyampaian pesan verbal.
Selain itu, kemampuan dalam bahasa sangatlah diperlukan ketika penyampaian pidato.
Dalam penyampaian pesan terkadang komunikan memberikan ungkapan kata seperti “harus”,
“mungkin”, “izin”, “bisa”. Hal ini disebut modalitas sebagai isi tuturan yang diyakini, diharapkan,
dirakukan sebagai suatu sikap yang diambil oleh pembicara. Menurut Alwi (1993) pengungkapan modalitas
dapat berupa keharusan atau kepastian yang dinyatakan seperti “yakni”, “seharusnya”, “baiknya”,
“layaknya”, dan “pantasnya”. Penggunaan bahasa mencerminkan intelektualitas, selera, atau niat
pembicara, yang dikenal sebagai modalitas (Alwi, 1992). Modalitas mencakup sikap pembicara, baik yang
dipercayai, diharapkan, atau diragukan, dan merupakan bagian integral dari retorika karena melibatkan
persuasi audiens dengan menampilkan emosi pembicara (pathos), kredibilitas (ethos), argumen logis
(logos), organisasi data (disposisi), gaya penyampaian (elokusi), hafalan (memorial), dan komunikasi non-
verbal (pengucapan).
Berdasarkan latar belakang ini, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis retorika Maudy Ayunda
dalam pidatonya sebagai juru bicara di forum G20, yang disajikan dalam video YouTube. Penelitian ini
bertujuan untuk memahami teknik retorika yang digunakan oleh Maudy Ayunda dalam pidatonya di forum
G20.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, serta sumber data diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan dalam
pengumpulan data peneliti melalui pengamatan secara audio visual pada youtube “Sekretaris Presiden”
kemudian menganisis unsur-unsur retorika yang ditemukan dan penggunaan gaya bahasa yang digunakan.
Oleh sebab itu, data yang digunakan berupa kumpulan kata dan kalimat yang diklasifikasikan ke dalam
penggunaan gaya bicara dan alat retoris. Oleh karena itu, diperlukan teknik simak karena cara yang
digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2017).
Peneliti mengumpulkan data melalui observasi audio-visual di YouTube, serta menganalisis beberapa
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 31-35
E-ISSN: 3026-4014
- 33 -
artikel pendukung. Metode penelitian ini menggunakan analisis retorika yang berfokus pada gaya bahasa
ketika seseorang mengungkapkan kalimat dan menarik perhatian audiens. Penggunaan gaya bahasa dalam
retorika sangat terkait dengan kosakata yang digunakan, sehingga semakin beragam gaya bahasa yang
digunakan, semakin efektif retorika tersebut.
Selain itu, gaya bahasa dalam retorika memiliki struktur kalimat yang repetitif, di mana terdapat
pengulangan bunyi, kata, atau kalimat yang dianggap penting dengan tujuan menekankan konteks atau
kalimat tertentu. Hal ini sejalan dengan definisi modalitas sebagai bentuk penekanan dalam bentuk
pernyataan, keinginan, kemungkinan, atau izin. Oleh karena itu, retorika dalam penelitian ini menganalisis
gaya komunikasi publik, gaya dan kualitas kalimat, berbagai ekspresi kiasan, serta gaya retorika verbal dan
non-verbal.
3. Hasil dan Pembahasan
Analisis penelitian ini didasarkan pada menonton pidato Maudy Ayunda di kanal YouTube
"Sekretaris Presiden" pada tanggal 21 Juli 2022. Tema pidato tersebut adalah "Meningkatkan Transparansi
Pajak Global untuk Mengatasi Penghindaran Pajak" dengan menggunakan analisis retorika, sebagai
berikut:
a.
Retorika Komunikasi Maudy Ayunda
Retorika, sebagai bentuk komunikasi publik baik lisan maupun tulisan, bertujuan untuk meyakinkan
komunikan atau audiens agar percaya pada informasi yang disampaikan. Sebagai juru bicara di forum
G20, Maudy Ayunda menjelaskan beberapa wacana dan informasi tentang presidensi G20 kepada
media dan tamu. Dari perspektif retorika, Maudy Ayunda menggunakan gaya bahasa seperti kata
atau frasa, yang terdiri dari tiga komponen untuk memastikan kejelasan, kesesuaian, dan ketepatan
dalam pidatonya.
1.
Kejelasan
Kata atau frasa dapat dianggap jelas jika sesuai dengan aturan bahasa yang berlaku. Dalam
pidato Maudy Ayunda, ia menyampaikan frasa "pajak sebagai salah satu sumber pendapatan
negara terbesar." Penyampaiannya adalah "Pajak, seperti yang kita ketahui, adalah salah satu
sumber pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk melanjutkan pembangunan dan
memastikan kesejahteraan rakyat."
Dari pernyataan ini, pendengar dapat dengan mudah memahami pesan tanpa kebingungan.
2.
Kesesuaian
Kata atau frasa dapat dianggap sesuai jika pemilihan kata (diksi) cocok dengan situasi tertentu.
Misalnya, kata "mendorong" yang digunakan oleh Maudy Ayunda dalam pidatonya "Indonesia
sepenuhnya mendorong peningkatan transparansi pajak di antara negara-negara."
Penggunaan kata "mendorong" mencerminkan semangat, mengajak semua anggota G20 untuk
berkontribusi dalam pemulihan ekonomi selama pandemi.
3.
Ketepatan
Kata atau frasa harus tepat, artinya tidak boleh melebihi atau kurang dari makna yang dimaksud.
Seperti yang dijelaskan Maudy Ayunda dalam pidatonya "Sistem pajak internasional yang adil
dan transparan sangat penting untuk mengatasi penghindaran, pengelakan, dan transfer pricing,
serta mendorong kebijakan pajak nasional yang kondusif."
Pemilihan kata yang tepat menunjukkan bahwa sistem pajak internasional mempengaruhi
kebijakan pajak setiap negara dan mengatasi masalah pajak. Kata-kata yang disampaikan tidak
lebih atau kurang dari apa yang dimaksud.
b.
Gaya dan Kualitas Kalimat
Kalimat yang disampaikan sebagai ide atau konsep harus dapat dipahami melalui penggunaan
elemen gaya. Dalam pidatonya, Maudy Ayunda menggabungkan dua gaya kalimat yang dikenal
sebagai periodik dan longgar. Gaya periodik menghubungkan ide-ide dalam satu kalimat, sementara
gaya longgar memastikan audiens memahami pesan yang dimaksud. "Sistem pajak internasional
yang adil dan transparan sangat penting. Namun, akan memiliki dampak besar jika dilakukan secara
kolektif. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama internasional dalam menerapkan standar
transparansi pajak, pertukaran informasi pajak, dan penegakan hukum pajak yang tidak hanya
mencakup satu negara".
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 31-35
E-ISSN: 3026-4014
- 34 -
Penjelasan Maudy Ayunda dalam pidato menunjukkan kalimat yang saling terkait, terdengar
menyenangkan, dan memiliki ritme yang baik. Selain itu, gaya berbicara setiap orang berbeda-beda
ketika mengungkapkan informasi, kebanyakan orang akan berbeda ketika berbicara dengan seorang
anak, kepada atasan atau kepada teman. Maka dari itu, meraka harus memahami penggunaan bahasa
dan diksi yang sesuai. Dari sisi lain, Menurut Chaika (1982:29), gaya bicara diartikan cara
pengungkapan suatu infromasi ketika sesorang saling berkomunikasi dengan orang lain baik secara
lisan maupuan tulisan yang tentu memberikan efek bagi audiens. Dari teori-teori tersebut dapat
disimpulkan bahwa gaya formal terdiri dari gaya beku dan gaya formal karena keduanya mempunyai
sedikit perbedaan. Kemudian gaya informal terdiri dari konsultatif, santai, dan intim. Kombinasi
kejelasan, kekuatan, dan keharmonisan dalam kalimat membuatnya lebih mudah dipahami oleh
audiens.
c.
Ragam Ekspresi Kiasan
Bahasa kiasan melibatkan makna konotatif di mana makna asli sebuah kata diungkapkan
melalui makna lain. Hal ini dapat dilihat dalam pernyataan juru bicara:
"Partisipasi dan kapasitas negara-negara Asia dalam upaya multilateral untuk transparansi pajak
tidak merata, hanya 11 negara Asia yang berkomitmen terhadap transparansi pajak melalui Deklarasi
Bali pada 14 Juli 2022".
Ekspresi Maudy Ayunda mengenai kapasitas menunjukkan bahwa negara-negara Asia belum
membangun sistem pajak yang transparan. Hal ini mengajak negara-negara anggota G20, terutama
negara-negara Asia, untuk bergabung dan mendukung inisiatif tersebut.
d.
Gaya Retorika Verbal dan Non-Verbal
Gaya bahasa verbal telah dijelaskan sebelumnya. Namun, dalam pidato, seorang juru bicara
juga harus menggunakan gaya bahasa non-verbal saat menyampaikan pesan. Beberapa gaya non-
verbal yang digunakan oleh Maudy Ayunda selama pidatonya meliputi:
1.
Kontak mata langsung
2.
Sikap tenang dan santai
3.
Gerakan tangan sesekali
4.
Ekspresi wajah dan gerakan yang sesuai
5.
Penyampaian pidato yang lancar
6.
Penguasaan topik sesuai dengan tema yang dibahas.
4. Simpulan dan Saran
Berdasarkan pada hasil pembahasan yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya tentang
analisis retorika Maudy ayunda sebagai juru bicara di forum G20 dapat disimpulkan. Bahwasanya
retorika sebagai komunikasi publik secara efektif mampu menyampaikan informasi yang mudah
dipahami dan mempersuasif audiens melalui gaya bahasa yang digunakan. Selain itu, penyampaian
gaya bahasa dari Maudy ayunda sudah mencakup teori retorika dari kejernihan, ketepatan, kelayakan.
Hal ini juga ditunjukan pada kemampuan Maudy ayunda yang mahir dalam merangkai kalimat satu
dengan yang lain secara tepat dengan kejelasan, kekuatan, keharmonisan dan penggunaan gaya
bahasa non verbal dari gerakan tangan, mimik wajah dan penguasaan materi yang dibicarakan,
mampu menyakinkan audiens.
5. Daftar Pustaka
Isbandi Sutrisno dan Ida Wiendijarti. (2014). Kajian Retorika Untuk Pengembangan Pengetahuan
dan Ketrampilan Berpidato. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 12, Nomor 1.
Riska, Xenia dan Lestari. (2023). Retorika Pidato Celebrity Maudy Ayunda sebagai Juru Bicara
Presidensi G20. Jurnal Ilmu Komunikasi. Volume 6, Nomer 1.
Abdul. (2015). Kajian Modalitas Linguistik Fungsional Sistemik pada teks Debat Capres-Cawapres
pada Pilpres 2014-2019 dan Relevansinya dengan Pembelajaran Wacana di Sekolah”. Jurnal
Ilmu Bahasa. Volume 1, Nomer 2.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 31-35
E-ISSN: 3026-4014
- 35 -
Isbandi dan Ida Wiendijarti. (2014). Kajian Retorika untuk Pengembangan Pengetahuan dan
Ketrampilan Berpidato. Jurnal Ilmu Komunikasi. Volume 12, Nomer 1.
Eryon. (2011). Satu Tinjauan Diskripsi Tentang Modalitas Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
Jurnal Linguistik. Volume 2, Nomer 2.
Al Hafidz, Prastiti, Kumala, F., Safura, Fauzi, A & Sholihatin, E. (2023). Analisis Retorika Najwa
Shihab Dalam Program Mata Najwa Episode Cipta Kerja: Mana Fakta Mana Dusta. Journal Of
Social Science Research, Volume, Nomer 6.
Anwar, Hindun, N. Najah, A.B. Sabirin. (2024). Gaya Bicara dan Penggunaan Retoris Anies Basweda
Pada Pidato Gugatan Sengketa Pemilu 2024”. Jurnal Pendidikan, Bahasa, dan Sastra. Volume
12, Nomer 1.
Marheni, (2012), Menggagas Periklanan Televisi yang Santun Dengan Mengangkat Kearifan
Lokal Bahasa Jawa, Prosiding Seminar Nasional, Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP. UNSOED:
Purwokerto
Zainul Maarif, (2019) Retorika Metode Komunikasi Publik. Depok: Rajawali Pers.
Alwi, Hasan. (1990). Modalitas dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Mufanti, R dkk. (2017). Can I be a Public Speaker?. Ponorogo: Penerbit Nata Kary.