Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 122-128
E-ISSN: 3026-4014
- 123 -
1. Pendahuluan
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan tahap penting dalam membentuk karakter dan
pondasi pengetahuan anak. Pada periode ini, anak-anak mengalami perkembangan pesat dalam
berbagai aspek, termasuk kognitif, emosional, sosial, dan fisik (Zahra et al., 2024). Pada periode ini,
mereka mengalami perkembangan dalam berbagai aspek, seperti koordinasi motorik halus (misalnya,
menggenggam pensil atau menyusun balok) dan motorik kasar (seperti berlari dan melompat). Selain
itu, mereka juga mengembangkan kemampuan kognitif, seperti pemecahan masalah dan berpikir
logis, serta keterampilan bahasa dan komunikasi, yang mencakup kemampuan berbicara,
mendengarkan, dan memahami. Perkembangan ini mencakup peningkatan dalam kecerdasan
intelektual (IQ), yang berkaitan dengan kemampuan berpikir dan belajar kecerdasan emosional (EQ),
yang melibatkan pengelolaan emosi dan hubungan interpersonal; kecerdasan spiritual (SQ), yang
terkait dengan pemahaman makna hidup dan nilai-nilai moral serta kecerdasan religius (RQ), yang
mencakup pemahaman tentang agama dan kepercayaan. Setiap anak mengalami perkembangan ini
sesuai dengan tahapan pertumbuhan biologis dan psikologisnya.
Perkembangan teknologi telah memberikan dampak positif yang signifikan terhadap dunia
pendidikan, termasuk pendidikan anak usia dini. Peran teknologi informasi telah banyak membantu
pendidik dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka. Sebagai contoh, teknologi
memungkinkan pembelajaran bagi anak-anak usia dini tanpa batasan jarak dan waktu, sehingga akses
pendidikan tidak lagi terhalang oleh perbedaan geografis, ekonomi, atau sosial. Platform
pembelajaran online menyediakan berbagai materi edukatif yang dapat diakses secara mudah,
memungkinkan anak-anak untuk belajar dengan cara yang interaktif dan menyenangkan. Hal ini
memungkinkan penyediaan pengalaman belajar yang lebih kaya dan bervariasi, yang dapat
disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan setiap anak. (Marlinah, 2018). Kurikulum Merdeka
adalah kurikulum yang menerapkan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dan terstruktur secara
optimal, sehingga peserta didik memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendalami konsep dan
meningkatkan kompetensi (Koimah et al., 2024). Dalam kerangka kurikulum ini, pendidik diberi
fleksibilitas untuk memilih berbagai perangkat pembelajaran yang sesuai, memungkinkan
penyesuaian proses belajar dengan kebutuhan dan minat individu peserta didik. Selain itu, kurikulum
ini mencakup proyek tematik yang dirancang untuk memperkuat pencapaian profil pelajar Pancasila,
dengan tema yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai acuan. (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi (2021).
Menurut Ki Hadjar Dewantara, prinsip merdeka belajar dapat menjadi alat untuk meningkatkan
kompetensi individu yang disesuaikan dengan karakteristik unik setiap anak. Selain itu, prinsip ini
juga berfungsi untuk mempertahankan moral dan perilaku anak dengan menanamkan nilai-nilai
pendidikan karakter. (Ainia 2020). Melalui Pendidikan Karakter moral dan akhlak generasi bangsa
Indonesia akan lebih baik. (Safitri et al., n.d.). Salah satu konsep implementasi Kurikulum Merdeka
ialah menerapkan proses pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Project Based Learning
(PjBL) adalah metode pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pemecah masalah dan
penyelesaian masalah dalam pembelajaran dengan menggunakan proyek sebagai media
pembelajaran. Dalam PBL, siswa akan belajar dengan cara aktif dan terlibat dalam proyek yang
memiliki relevansi dengan dunia nyata dan bermakna bagi siswa. (Zulkarnaen et al., 2023).
Pembelajaran berbasis proyek tidak hanya membantu anak mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan kreatif, tetapi juga mengajarkan mereka cara berkomunikasi dan bekerja sama
dalam kelompok (Koimah, Zahra, Prasitini, et al., 2024). Dalam konteks pendidikan anak usia dini,
pendekatan ini dapat memberikan pengalaman belajar yang kontekstual dan relevan dengan
kehidupan nyata, membantu anak memahami hubungan antara pengetahuan yang mereka peroleh dan
dunia di sekitar mereka. Meskipun pembelajaran berbasis proyek menawarkan berbagai manfaat,