Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 1-10
E-ISSN: 3026-4014
- 1 -
Artikel Penelitian
Naskah dikirim: 17/01/2024Selesai revisi: 13/03/2024 Disetujui: 26/04/2024 Diterbitkan: 1/6/2024
Penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran tematik kelas rendah di Kota Madya
Yogyakarta
Irfan Adi Nugroho
1
, C. Indah Nartani
2
, Eka Ridha Nofrida
3
, Sholihati Amalia
4
1,2,3
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa,
4
Universitas Terbuka, Indonesia
e-mail: irfan.adi@ustjogja.ac.id
Abstrak: Penelitian ini bertujuan: 1) mendeskripsikan nilai-nilai karakter dalam nilai-nilai karakter yang
dikembangkan dalam pembelajaran tematik sekolah dasar kelas rendah di Kota Madya Yogyakarta; 2)
mendeskripsikan Strategi penyajian nilai-nilai karakter dalam pembelajaran tematik kelas rendah di Kota
Madya Yogyakarta. Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah laporan penelitian yang berkaitan
dengan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar kelas rendah dan publikasi dalam
jurnal ilmiah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan peneliti
sebagai instrumen kunci. Pengambilan data dilakukan dengan metode simak-catat. Analisis data bersifat
deskriptif kualitatif. Objek penelitian adalah penanaman nilai karakter di Kota Madya Yogyakarta.
Analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, verifikasi data, dan triangulasi.
Kata Kunci: Nilai-nilai karakter, Pembelajaran Tematik, sekolah dasar kelas rendah.
Instilling character values in lower grade thematic learning in the Municipality of Yogyakarta
Abstract: This study aims to: 1) describe character values in character values developed in thematic
learning of low-grade elementary schools in Kota Madya Yogyakarta; 2) describe the strategy of
presenting character values in low-grade thematic learning in Kota Madya Yogyakarta. The expected
output of this study is a research report related to character values in thematic learning in low-grade
elementary schools and publications in scientific journals. The research method used is a qualitative
descriptive method with the researcher as the key instrument. Data collection is carried out by the note-
taking method. Data analysis is qualitative descriptive. The object of research is the cultivation of
character values in the Madya City of Yogyakarta. Data analysis includes data reduction, data
presentation, data verification, and triangulation.
Keywords: Character values, Thematic Learning, lower grade elementary schools.
Hak Cipta©2024 Irfan Adi Nugroho, C. Indah Nartani, Eka Ridha Nofrida, Sholihati Amalia
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 1-10
E-ISSN: 3026-4014
- 2 -
1. Pendahuluan
Untuk mengisi kemerdekaan, saat ini generasi muda bangsa Indonesia diharapkan memiliki
kecerdasan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan akhlak yang mulia. Kecerdasan
di bidang IPTEK harus didukung akhlak yang mulia. Bila tidak demikian, akan terjadi degradasi
moral bangsa seperti penyalahgunaan narkoba, tawuran pelajaran, menurunnya sopan santun anak,
sampai praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Penyebab degradasi moral saat ini di
antaranya karena kurangnya penanaman nilai karakter sejak usia dini. Penanaman nilai karakter
oleh keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar sangat berpengaruh pada perkembangan akhlak anak
pada usia selanjutnya. Untuk mengatasi degradasi moral anak bangsa tersebut, saat ini masih gencar
dilaksanakan implementasi pendidikan karakter di setiap institusi pendidikan dari Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) hingga perguruan tinggi. Melalui implementasi pendidikan karakter tersebut
diharapkan terjadi peningkatan nilai karakter bangsa Indonesia secara berkesinambungan.
Penanaman nilai karakter di sekolah dapat dilakukan melalui pembelajaran Tematik sekolah dasar
Dasar kelas Rendah di Kota Madya Yogyakarta. Di samping itu dapat pula dilakukan melalui
interaksi guru-siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Buku teks yang digunakan di sekolah beragam. Selain terbitan Kemendikbud ada pula terbitan
sejumlah penerbit. Diharapkan para penyusun buku terus tersebut sudah memperhatikan penanaman
nilai-nilai karakter positif. Apakah penanaman nilai-nilai karakter sudah diperhatikan dalam
pembelajaran tematik di sekolah dasar kelas rendah? Nilai-nilai Pendidikan karakter apa saja yang
dikembangkan? penyusunan buku teks khususnya buku teks sekolah dasar kelas rendah? Nilai-nilai
pendidikan karakter apa saja yang dikembangkan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut di antaranya
yang mendorong peneliti melakukan penelitian ini. Bagaimana strategi penanaman nilai karakter
kelas rendah.
Berdasarkan berbagai permasalahan yang ada pada latar belakang masalah, maka penelitian ini
dibatasi pada penanaman nilai-nilai karakter yang ada dalam pembelajaran tematik di SD kelas
rendah khususnya di Kota Madya Yogyakarta.
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Nilai-nilai karakter apa saja yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik sekolah dasar
kelas rendah di kota madya Yogyakarta?
2. Bagaimana strategi penyajian nilai-nilai karakter dalam pembelajaran temarik kelas rendah di
kota madya Yogyakarta?
Atas dasar rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut
1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik
sekolah dasar kelas rendah di Kota madya Yogyakarta.
2. Untuk mendeskripsikan strategi penyajian nilai-nilai karakter dalam pembelajaran tematik
kelas rendah di kota madya Yogyakarta,
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 1-10
E-ISSN: 3026-4014
- 3 -
Manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis Secara teoretis penelitian ini menambah wawasan tentang penanaman nilai
karakter dalam pembelajaran tematik di Sekolah Dasar kelas Rendah.
2. Manfaat praktis Manfaat praktis penelitian ini bagi guru dan calon guru sekolah dasar
adalah menjadi bahan masukan atau wawasan penanaman dalam pembelajaran tematik.
Kajian Pustaka
a. Karakter
Istilah karakter identik dengan istilah budi pekerti. Istilah budi pekerti didefinisikan oleh
Nurchasanah dan Lestari (2008 :9) yang berarti perangai untuk dapat menimbang baik atau buruk
serta benar atau tidak benar terhadap sesuatu. Perangai manusia membedakan diri seseorang dengan
orang atau bangsa lain. Selain itu, Ditjen Kementerian Pendidikan Nasioanal (dalam Dani, 2013)
menjelaskan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerjasama baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang dibuat. Karakter juga sering diistilahkan
dengan kata moral dalam pengertian umum. Solomon (dalam Nurchasanah dan Lestari, 2008:9)
mengatakn bahwa moral menekankan pada karakter individu yang bersifat khusus, bukan pada
aturan aturan dan ketaatan. Nilai moral atau moralitas adalah nilai yang mengatur manusia, bak
sebagai pribadi yang bermartabat maupun dalam rangka mengatur keharmonisan dalam hidup
bermasyarakat (Nurchasanah dan Lestari 2008:10).
Nurgiyantoro (2010: 436) menyatakan bahwa karakter adalah tabiat, kepribadian, identitas
diri, jati diri, kepribadian, dan watak yang melekat pada diri seseorang yang berkaitan dengan
dimensi psikis dan fisik. Pembentukan karakter suatu bangsa berproses secara dinamis sebagai
sebuah fenomena sosio - ekologis. Karakter bangsa merupakan akumulasi dari karakter-karakter
warga masyarakat bangsa itu. Karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai
interaksi antarmanusia, yang when character is lost then everything is lost. Anak usia sekolah dasar
merupakan usia ideal pembentukan karakter. Penciptaan karakter pada anak usia dini dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara salah satu cara yang dapat digunakan adalah melalui media
buku dongeng teks. Gufron (2010: 14-15) mengatakan secara universal karakter dirumuskan
sebagai nilai hidup bersama berdasarkan pilar: kedamaian (peace), menghargai (respect), kerjasama
(cooperatif ), kebebasan ( freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendah-hatian
(humility), kasih sayang (love), tanggungjawab (responsibility), ksederhanaan (simplicity), toleransi
(tolerance), dan persatuan (unity). Kemendiknas (2010: 7) Karakter merupakan ciri khas seseorang
atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 1-10
E-ISSN: 3026-4014
- 4 -
menghadapi kesulitan dan tantangan. Mendidik merupakan berdaya-upaya dengan sengaja untuk
memajukan hidup tumbuhnya budi pekerti (rasa-fikiran-rokh) dan jiwa anak dengan jalan
pengajaran, teladan dan pembiasaan tidak disertai perintah dan paksaan (Dewantara, 2013a: 399).
Sedangkan pendidikan budi pekerti merupakan pendidikan yang mengajarkan keharusan manusia
yang cerdas dan berbudi untuk dapat memerintah diri sendiri, menahan hawa nafsunya, serta
menetapkan garis tata-tertib untuk dirinya sendiri (selfdisiplin) (Dewantara, 2013a: 454).
Pendidikan budi pekerti juga diartikan sebagai upaya menyokong perkembangan hidup anak lahir
dan batin, dari sifat kodratinya menuju kearah peradaban yang umum. Menganjurkan atau jika perlu
memerintahkan anak untuk duduk yang baik, tidak berteriak-teriak agar tidak mengganggu anak
lain, bersih badan dan pakaiannya, hormat terhadap ibu-bapak dan orang tua lainnya, menolong
teman-teman yang perlu ditolong, dan lain-lain (Dewantara, 2013: 485). KHD memiliki tiga
tahapan dalam pendidikan budi pekerti disesuaikan dengan usia siswa. Pertama adalah tahap syariat
(umur 5-8 tahun). Pada tahap ini segala pengajaran berupa pembiasaan semata-mata yang bersifat
global dan spontan, belum berupa teori kebaikan dan keburukan. Belum pula diberikan rencana atau
waktu tertentu dan tersendiri. Hendaknya pamong memperhatikan tingkah laku dan peristiwa yang
menarik perhatian anak. Perintah atau anjuran seperti cara duduk yang baik, tidak ramai,
mendengarkan penjelasan guru, membersihkan tempat atau ruang bermain anak, tidak mengganggu
teman dan lain sebagainya perlu diberikan pada saat-saat yang diperlukan (Dewantara, 2013: 487-
488). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai karakter merupakan ciri khas
dari seseorang yang berkaitan dengan psikis maupun fisik seseorang. Karakter juga merupakan ciri
khas dari seseorang atau kelompok yang memiliki nilai positif dalam kehidupan sehari hari di
masyarakat.
Nilai Karakter
Kosasih (2012) mengatakan nilai adalah sesuatu yang penting, berguna, atau bermanfaat bagi
manusia. Semakin tinggi kegunaan suatu benda, maka semakin tinggi pula nilai benda itu. Bernilai
tidaknya suatu benda atau yang lainnya ditentukan oleh sudut pandang tertentu. Di masyarakat,
kriteria untuk mengukur arti pentingnya suatu benda, perbuatan, sikap, dan yang lainnya itu banyak
sekali. Beberapa diantaranya adalah budaya, moral, agama, dan politik. Nurgiyantoro (2011: 28)
mengatakan bahwa budi pekerti sebagai nilai luhur adalah perilaku yang dibangun berdasarkan nilai
nilai yang diyakini dan diposisikan sebagai instrumen untuk mrncapai sesuatu. Berikut ini akan
dikemukakan delapan belas nilai karakter versi Kemendiknas seperti yang terdapat pada buku
Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun oleh Kemendiknas melalui
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dalam Suyadi (2013: 8). Berikut adalah ke
18 nilai karakter versi Kemendiknas.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 1-10
E-ISSN: 3026-4014
- 5 -
a. Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama
(aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.
b. Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antar pengetahuan, perkataan dan
perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan yang benar dan melakukan yang benar),
sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
c. Toleransi, yakni sikap perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama,
aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda
dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.
d. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau
tata tertib yang berlaku.
e. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh (berjuang
hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan,
dan lain lain dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam
memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru
yang lebih baik dari sebelumnya.
g. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh bekerja sama secara
kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.
h. Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban
secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.
i. Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan
keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.
j. Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan.
k. Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya, sehingga
tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.
l. Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui
kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi.
m. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang
lain melalui komunikasi dengan baik.
n. Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan
nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 1-10
E-ISSN: 3026-4014
- 6 -
o. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara
khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya,
sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.
p. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjagaa dan melestarikan
lingkungan sekitar.
q. Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain
maupun masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara maupun
agama. Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpilkan bahwa nilai karakter
merupakan nilai nilai yang terkandung dalam kepribadian seseorang yang dapat ditumbuhkan
kepada setiap orang melalui pendidikan formal seperti sekolah dan pendidikan non formal
yakni keluarga dan masyarakat.
Tematik di Sekolah Dasar
1) Pengertian Pembelajaran Tematik
Beberapa Ahli memberikan pengertian tentang pembelajaran tematik, diantaranya adalah
menurut Joni T.R (1996;3) yang mengartikan pembelajaran rematik sebagai suatu system
pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,
menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistic. Senada dengan pendapat
tersebut, Hadi Subroto (2000;9). Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan
suatu tema tertentu yang mengaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan
konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan baik dalam satu bidang studi atau
lebih dan dengan beragam pengalaman belajar.
Berdasarkan pengertian di atas tentang model pembelajaran tematik, maka dapat
disimpilkuna bahwa model pembelalajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar
bermakna kepada peserta didik di SD kelas rendah. Pembelajaran tematik akan terjadi jika
eksplorasi dari suatu tema yang merupakan inti dalam pembelajaran berjalan secara wajar. Selain
itu dibutuhkan juga peran aktif siswa dalam eksplorasi tema tersebut agar dapat dipelajari dengan
mudah.
2) Karakteristik dan kelebihan model pembelajaran Tematik
Karakteristik dari pembelajaran tematik menurut Tim Pengembang PGSD (1997:3-4) adalah
sebagai berikut.
- Holistic
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 1-10
E-ISSN: 3026-4014
- 7 -
Suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat dalam pembelajaran tematik dimulai dan dikaji
dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang berkotak-kotak.
Pembelajaran tematik memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
- Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek sehingga memungkinkan terbentuknya
semacam jalinan antar schemata yang dimiliki oleh isswa yang pada gilirannya nanti akan
memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih fungsional dan siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk
memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupannya.
- Otentik
Pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dari prinsip
yang ingin dipelajari. Hal ini dikarenakan mereka dalam belajarnya melakukan kegiatan secara
langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, hasil dari interaksinya dengan fakta
dan peristiwa secara langsung, bukan sekedar hasil pemberitahuan guru.
- Aktif
Pembelajaran tematik pada dasarnya dikembangkan dengan berdasar kepada pendekatan
diskoveri inkuiri. Siswa perlu terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi. Pembelajaran tematik pada dasarnya
dilaksanakan dengan pertimbangan Hasrat, minat dan kemampuan siswa.
Tamansiswa dan Ajarannya
Pendidikan menurut KHD merupakan segala pemeliharaan lahir dan batin terhadap anak
untuk dapat memajukan hidupnya lahir atau jasmani dan batin atau rohani. Pendidikan juga
diartikan sebagai tuntunan di dalam hidupnya anak. Tuntunan tersebut merupakan segala kekuatan
yang ada pada hidup anak dengan maksud agar anak tersebut baik untuk dirinya sendiri, maupun
sebagai anggota dari masyarakat, mendapat kepuasan atau ketenteraman batin yang mungkin
didapat olehnya masing-masing (Dewantara, 2013a: 438).
Kurikulum atau tatalaksana pendidikan tamansiswa memperhatikan faktor-faktor: (1) bahan
pendidikan yang diberikan kepada siswa; (2) situasi siswa yang berkembang; (3) nilai-nilai dalam
masyarakat dan keperluan masyarakat yang menentukan isi bahan pendidikan dan arah
perkembangan siswa, yang selaras dengan cita-cita pendidikan (Soeratman,
2. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, penelitian ini dilakukan untuk
mendiskripsikan dan menganalisis sebuah kejadian/ fenomena, sikap sosial, dan kepercayaan baik
secara individu maupun dalam kelompok (Nana, 2013). Jenis penelitian ini digunakan untuk
mendiskripsikan peran oran tua peserta didik dalam penerapan Pendidikan karakter di dalam
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 1-10
E-ISSN: 3026-4014
- 8 -
keluarga, Penggalian data dilakukan dengan cara metode wawancara, observasi, serta dokumentasi.
Dalam penggunaan analisis data.
3. Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli dengan subjek adalah SD Tamansiswa Jetis.
Adapun data yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan, Adapun data tersebut sebagai
berikut. Hasil dari wawancara dengan kepala sekolah mengisyaratkan bahwa Pendidikan karakter
sangan dibutuhkan oleh sekolah. Sekolah memandang perlu adanya Pendidikan karakter karena
sekolah memiliki tanggungjawab moral untuk mendidik dan menanamkan nilai-nilai karakter. SD
Taamansiswa Jetis yang notabennya adalah Sekolah berbasis Tamansiswa, menjunjung nilai-nilai
budaya dan karakter, maka SD Tamansiswa Jetis memiliki tanggungjawab moral untuk mendidik
dan menanamkan nilai karajter yang baik, nilai karakter yang termuat dalam Amanah Pendidikan
dan karakter yang sesuai dengan kebutuhan di lingkungan tamansiswa. Seyogyanya Pendidikan
karakter tidak hanya menunjukkan hal mana yang benar dan salah saja, tetapi lebih dari itu untuk
menanamkan nilai-nilai yang baik dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan, sehingga siswa memiliki
kepribadian yang mantap, yang kelak dapat menjadi teladan yang baik dilingkungannya. Jadi
penanaman nilai karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja, tetapi sikap dan perilaku nyata.
Penggalian data tidak berhenti pada kepala sekolah melainkan kepada guru kelas, guru kelas
selaku pelaksana Pendidikan, guru kelas 2 memberikan jawaban terkait pelaksanaan Pendidikan
karakter bahwa narasumber menyampaikan bahwa sekolah sebagai Lembaga Pendidikan
merupakan wahana strategis yang memungkinkan peserta didik dengan latar belakang sosial budaya
yang beragam untuk dapat berinteraksi antar sesame, saling beradaptasi, dan menciptakan suasana
komunikasi sosial yang baik”. Selain itu dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat hal-hal yang
perlu diperhatikan, seperti adanya perencanaan pembelajaran, pemilihan materi yang tepat, adanya
metode. Hal tersebut senada dengan Ibrahim dan Nana yang mengemukakan bahwa pembelajaran
harus ada perencanaan, seperti adanya kurikulum, melihan kondisi sekolah, kemampuan dan
perkembangan siswa, keadaan guru. Di SD Tamansiswa Jetis juga dipersiapkan terkait kurikulum,
kondisi sekolah yang memang berasaskan tamansiswa, kemampuan dan perkembangan siswa yang
memadai dan keadaan guru yang mumpuni dan professional sehingga dapat menjalankan
Pendidikan karakter. Selain itu juga perlunya pemilihan materi, dalam penilihan materi hal yang
perlu diperhatikan adalah, 1) tujuan pengajaran, pentingnya bahan pembelajaran, 3) nilai
kepraktisan, tingkat perkembangan peserta didik, tata urutan dalam memberikan materi,. Tahap
terahirnya adalah pemilihan metode pembentukan karakter, Adapun metode yang digunakan adalah
metode keteladanan, disana guru memberikan keteladanan baik di dalam kelas maupun diluar kelas,
adanya metode pembiasaan, metode nasehat, metode cerita dan kisah, metode kedisiplinan, dan
dalam kegiatan ekstrakurikuler berbasis agama islam. Bagi siswa SD nilai2 karakter itu sangat
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 1-10
E-ISSN: 3026-4014
- 9 -
penting. Berdasarkan wawancara, penanaman nilai2 karakter di SD dengan sejumlah guru SD di
Kota Yogyakarta terjadi
Pada kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler, bahkan sejak sebelum
pembelajaran dimulai. Penanaman Pendidikan karakter dapat dilakukan pada kegiatan
intrakurikuler dan juga ektrakurikuler. Pada kegiatan intrakurikuler Pada umumnya, sebelum masuk
kelas atau sebelum pembelajaran dimulai, siswa diminta berbaris rapi. Kesempatan ini merupakan
kesempatan baik untuk menanamkan karakter disiplin, kerjasama, dan toleransi. Bila sejak awal
pembelajaran siswa sudah disiplin, niscaya pada saat pembelajaran pun mereka akan mengikuti
pembelajaran dengan tertib. Ada 1 hal unik terjadi di Taman Muda Ibu Pawiyatan. Menurut
narasumber AR, ketika siswa datang ke sekolah, mereka disambut dengan salam khas yaitu; sapa
tangan, tost hati, tost tek dhung, tost hati dengan peluk atau gendong, tost goyang atau sapa ramah.
Harapannya, dengan salam khas ini siswa, yang di antaranya berkebutuhan khusus, merasa,disayang
dan sekaligus dapat menunjukkan kemampuan dasarnya, misalnya menari.
Pada umumnya pula penangaman kedisiplinan , cinta tanah air (nasionalisme) dilaksanakan
melalui "hormat bendera" dan menyanyikqn lagu Indonesia Raya. Selanjutnya siswa berdoa untuk
memulai pelajaran. Penanaman nilai religiusitas ini tidak hanya terjadi pada awal pembelajaran
melainkan juga dengan diberikannya kesempatan sholat dhuha, sholat berjamaah waktu dhuhur, dan
sebagainya. Menurut narasumber W dari SD Balirejo, penanaman nilai karakter religiusitas ini
terutama terjadi pada hari Senin, Rabu, Jumat. Pada saat siswa beragama Islam melaksanakan sholat
dhuha, siswa beragama non-Islam melaksanakan pembinaan di ruang lain. Dalwm hal ini tentu
penanaman karakter toleransi , empati, religiusitas, bisa dimunculkan. Sementara itu penanaman
karakter melaui kegiatan inti tentu sangat terasa. Sesuai tema yang sedang dipelajari, ada sejumlah
nilai karakter yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran inti antara lain: disiplin, kerjasama,
tanggung jawab. Pada kesempatan ini mahasiswa berkesempatan mengembangkan karakter sesuai
tema pembelajaran. Disamping itu, ada,pula guru yang melaksanakannya lewat pemberian
wejangan /nasihat. Misalnya, ketika terjadi pembulian terhadap siswa ABK, guru akan memberi
nasihat agar siswa bisa menerima teman-teman yang tergolong ABK. Demikian juga ada nasihat
agar siswa saling menghargai profesi. Hal demikian disampaikan oleh narasumber AF dr SD Golo.
Pada kegiatan ekstrakurikuler Salah satu kegiatan yang banyak diikuti siswa adalah Pramuka.
Lewat kegiatan Pramuka, banyak sekali nilai karakter yang bisa ditanamkan antara lain: disiplin,
kerjasama, nasionalisme, religiusitas, dan sebagainya. Pada kegiatan kokurikuler tentu demikian
juga. Misalnya, kerjasama dalam melaksanakan tugas, disiplin mengumpulkan tugas, dan
sebagainya.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 1, Juni 2024, page: 1-10
E-ISSN: 3026-4014
- 10 -
4. Simpulan dan Saran
Di SD Taamansiswa Jetis yang notabennya adalah Sekolah berbasis Tamansiswa, menjunjung nilai-
nilai budaya dan karakter, maka SD Tamansiswa Jetis memiliki tanggungjawab moral untuk mendidik
dan menanamkan nilai karajter yang baik, nilai karakter yang termuat dalam Amanah Pendidikan dan
karakter yang sesuai dengan kebutuhan di lingkungan tamansiswa. Selain itu, juga perlunya pemilihan
materi, dalam penilihan materi hal yang perlu diperhatikan antara lain, tujuan pengajaran, pentingnya
bahan pembelajaran, nilai kepraktisan, tingkat perkembangan peserta didik, tata urutan dalam
memberikan materi. Tahap terahirnya adalah pemilihan metode pembentukan karakter, Adapun metode
yang digunakan adalah metode keteladanan, disana guru memberikan keteladanan baik di dalam kelas
maupun diluar kelas, adanya metode pembiasaan, metode nasehat, metode cerita dan kisah, metode
kedisiplinan, dan dalam kegiatan ekstrakurikuler berbasis agama islam. Pada kegiatan intrakurikuler,
ekstrakurikuler, maupun kokurikuler, bahkan sejak sebelum pembelajaran dimulai. Penanaman
Pendidikan karakter dapat dilakukan pada kegiatan intrakurikuler dan juga ektrakurikuler.
5. Daftar Pustaka
Cahyani, L. N. (2023). Sistem Pendidikan Finlandia: Membangun Kemandirian dan Semangat Belajar
Siswa. Journal of Contemporary Issues in Primary Education, 1(2), 55-61.
https://doi.org/10.61476/3njprp14
Handayani, D. A., Pratomo, W., & Nadziroh. (2023). Pengembangan media prezi untuk pemahaman
nilai-nilai Pancasila Sila ke-2 pada pembelajaran tematik muatan PPKn kelas III SD Negeri Baran
Bantul Yogyakarta. Journal of Contemporary Issues in Primary Education, 1(1), 32-40.
https://doi.org/10.61476/gdvz0470
Marwanti. E., Nugroho. I. A. (2021). Implementasi Pendidikan karakter Pendidikan lingkungan sekolah
di era pandemic covid-19 pada siswa sekolah dasar. Vol 7 (2).
Nartani, C. I., Nugroho, I. A. (2022). Nilai-nilai karakter buku teks sekolah dasar kelas rendah. Trihayu:
Jurnal Pendidikan Ke-SD-an. Vol 8 (2) p. 1373-1382
Nugroho, I. A. Nartani, C. I., (2023). Penanaman Nilai Karakter Tamansiswa di SD Pada Abad 21.
Prosiding Seminar Nasional PGSD UST. Vol 1 (1). P. 182-187
Nugroho, I. A., Nartani, C. I., Nofrida, E. R., & Amalia, S. (2023). Penerapan nilai karakter
tanggungjawab siswa Sekolah Dasar di lingkungan keluarga. Journal of Contemporary Issues in
Primary Education, 1(1), 21-31. https://doi.org/10.61476/9j50wk69
Nugroho. I. A., Marwanti. E., Setyawan. A. D. Implementasi Pendidikan Karakter Kedisiplinan siswa di
SD Negeri Kliteran Yogyakarta. Sosiohumanora: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Humaniora. Vol, 6
(1). P. 60-66.
Rahmatang, Pratomo, W., Nugroho, I. A., Nartani, C. I., & Nofrida, E. R. (2023). Pengaruh gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar PPKn SD Negeri Tegalrejo 1 Yogyakarta. Journal of Contemporary
Issues in Primary Education, 1(2), 41-46. https://doi.org/10.61476/1j1nrd06
Soeratman. (1983). Pola pendidikan tamansiswa. Yogyakarta: Majelis Luhur Tamansiswa
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yuliwinarti, E. M., Hendratno, & Istiq’faroh, N. (2023). Implementasi pendidikan karakter Ki Hadjar
Dewantara di Sekolah Dasar kelas awal pada era digital. Journal of Contemporary Issues in
Primary Education, 1(2), 68-80. https://doi.org/10.61476/zdgbsb94