Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 101-107
E-ISSN: 3026-4014
- 101 -
Artikel Penelitian
Naskah dikirim: 20/09/2024 Selesai revisi: 10/10/2024 Disetujui: 17/11/2024 Diterbitkan: 01/12/2024
Pelestarian Budaya Lokal: Peran Bersih Desa Dan Langen Bekso Dalam Menanamkan
Cinta Tanah Air Di Desa Lengkong Kabupaten Nganjuk
Dwi Yusta Purnamaningtyas
a,1
, Wahono Widodo
b,2
, Nurul Istiq’faroh
c,³
a,b,c
S2 Pendidikan Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
e-mail: ¹24010855028@mhs.unesa.ac.id,
2
wahonowidodo@unesa.ac.id,
3
nurulistiqfaroh@unesa.ac.id
Abstrak:
Pelestarian budaya lokal merupakan hal penting untuk menjaga jati diri bangsa dan
menumbuhkan rasa cinta tanah air, terutama di tengah arus globalisasi yang kian kuat. Penelitian ini
dilakukan untuk memahami peran tradisi Bersih Desa dan kesenian Langen Bekso dalam menanamkan
cinta tanah air di Desa Lengkong, Kabupaten Nganjuk. Bersih Desa adalah ritual tahunan yang bertujuan
untuk menghormati leluhur dan menjaga keharmonisan masyarakat, sedangkan Langen Bekso adalah seni
tari yang menjadi ekspresi budaya dan identitas lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek
penelitian terdiri dari tokoh masyarakat, Kepala Desa, perwakilan pemuda serta warga desa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kedua tradisi ini memiliki peran signifikan dalam menumbuhkan rasa cinta
tanah air. Tradisi Bersih Desa mendorong masyarakat untuk menjaga nilai gotong royong dan
kekeluargaan, yang merupakan bagian dari kearifan lokal. Sementara itu, Langen Bekso berperan sebagai
media pendidikan budaya, di mana generasi muda dapat belajar mengenai nilai-nilai luhur dan identitas
budaya setempat. Keterlibatan generasi muda dalam dua kegiatan ini juga menjadi sarana efektif untuk
melestarikan dan mewariskan budaya lokal dari generasi ke generasi. Kesimpulan penelitian ini
menegaskan bahwa Bersih Desa dan Langen Bekso di Desa Lengkong memiliki kontribusi yang penting
dalam pelestarian budaya lokal dan penguatan identitas nasional. Tradisi ini perlu dijaga dan dikembangkan
agar tetap relevan di masa depan.
Kata Kunci
: bersih desa, langen bekso, pelestarian budaya, cinta tanah air
Abstract:
Preserving local culture is important to maintain national identity and foster a sense of love for
the country, especially in the midst of increasingly strong globalization. This research was conducted to
understand the role of the Bersih Village tradition and Langen Bekso art in instilling love of the homeland
in Lengkong Village, Nganjuk Regency. Clean Village is an annual ritual that aims to honor ancestors and
maintain community harmony, while Langen Bekso is a dance art that is an expression of local culture and
identity. The research method used is descriptive qualitative with data collection techniques through
observation, interviews and documentation. The research subjects consisted of community leaders, village
heads, youth representatives and village residents. The research results show that these two traditions have
a significant role in fostering a sense of love for the country. The Clean Village tradition encourages people
to maintain the values of mutual cooperation and kinship, which are part of local wisdom. Meanwhile,
Langen Bekso acts as a cultural education medium, where the younger generation can learn about noble
values and local cultural identity. The involvement of the younger generation in these two activities is also
an effective means of preserving and passing on local culture from generation to generation. The
conclusion of this research confirms that Bersih Desa and Langen Bekso in Lengkong Village have an
important contribution to preserving local culture and strengthening national identity. This tradition needs
to be maintained and developed so that it remains relevant in the future.
Keywords
: clean village, langen bekso, cultural preservation, love for the country
Hak Cipta©2024 Dwi Yusta Purnamaningtyas, Wahono Widodo, Nurul Istiq’faroh
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 101-107
E-ISSN: 3026-4014
- 102 -
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu cara utama dalam proses penanaman nilai budaya, terutama di
kalangan generasi muda (Rohman & Ningsih, 2018). Melalui pendidikan, nilai-nilai tradisi dan kearifan
lokal dapat diajarkan sebagai bagian dari karakter yang akan memperkaya identitas nasional dan budaya
masyarakat. Pentingnya kemampuan untuk menghargai kearifan lokal dan sikap cinta tanah air perlu
dikembangkan sejak dini (Suryanti, Mariana, Yermiandhoko, & Widodo, , 2020). Sikap-sikap tersebut
mendukung tumbuhnya generasi yang memahami budaya sebagai bagian dari jati diri mereka. Pelestarian
budaya lokal melalui kegiatan Bersih Desa dan Langen Bekso di Desa Lengkong, Kabupaten Nganjuk,
dapat dijelaskan dengan berbagai perspektif teoritis. Pelestarian budaya lokal bukan hanya menjaga
keberadaan nilai-nilai tradisional tetapi juga memperkuat jati diri bangsa di tengah perubahan sosial yang
cepat. Kegiatan tradisi seperti Bersih Desa membantu membangun solidaritas sosial dan rasa memiliki yang
kuat pada generasi muda (Rahayu, Waskito, Widianti,A, 2022). Budaya lokal dapat menjadi fondasi yang
kokoh dalam menjaga keutuhan sosial di tingkat komunitas, yang pada gilirannya menumbuhkan cinta
tanah air pada masyarakatnya (Zuriah, Widodo, & Sunaryo, 2016). Cinta tanah air merupakan hal penting
dalam pendidikan untuk mewujudkan cita-cita negara dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan. Ketika
negara menciptakan kehidupan yang lebih layak dan maju bagi seluruh rakyatnya, maka pendidikan
merupakan elemen penting yang harus disiapkan untuk mewujudkan cita-cita tersebut (Istiq’Faroh, 2020).
Idealnya, tradisi-tradisi seperti Bersih Desa dan Langen Bekso berfungsi sebagai alat pendidikan
sosial, di mana generasi muda belajar tentang kebersamaan, kerjasama, dan penghormatan pada leluhur.
Budaya lokal memiliki peran penting dalam menghubungkan masyarakat dengan identitas sejarah dan
membangun kepekaan terhadap nilai-nilai luhur bangsa (Julianty, 2022). Langen Bekso sebagai seni tari
tradisional berfungsi sebagai wadah kreatif untuk menanamkan nilai-nilai budaya lokal kepada anak muda
(Fadhilah, 2022). Dalam konteks ini, pemerintah lokal diharapkan dapat berperan aktif dalam mendukung
pelestarian budaya melalui kebijakan yang mendorong partisipasi masyarakat. Kondisi nyata menunjukkan
bahwa semakin banyak generasi muda yang kurang tertarik pada budaya lokal dan cenderung mengadopsi
gaya hidup modern yang menggeser nilai-nilai tradisional (Mujahidah, Dewi, & Hayat, 2023). Minimnya
minat generasi muda ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya pemahaman akan pentingnya tradisi dan
kesadaran budaya (Widodo, Umar, Sutisna, & Tahir, 2020). Kondisi ini diperparah dengan pengaruh
globalisasi yang menyebabkan hilangnya minat pada budaya lokal dan beralih pada budaya populer yang
lebih mudah diakses. Dengan demikian, tanpa adanya upaya serius untuk melestarikan tradisi lokal, budaya-
budaya ini berpotensi mengalami kepunahan dalam beberapa generasi mendatang. Terdapat kesenjangan
yang cukup jelas antara harapan pelestarian budaya lokal dan realitasnya di lapangan. (Nazmi, 2023).
Pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk membangun strategi
pelestarian yang lebih efektif (Julianty, 2022). Kesenjangan ini menunjukkan bahwa diperlukan solusi nyata
dan dukungan kebijakan untuk menanamkan kembali nilai-nilai budaya lokal agar tradisi seperti Bersih
Desa dan Langen Bekso tetap hidup.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami lebih dalam peran tradisi Bersih Desa dan Langen Bekso
dalam menanamkan cinta tanah air pada masyarakat Desa Lengkong. Dengan mengetahui aspek-aspek
yang mendukung maupun menghambat pelestarian budaya ini, penelitian ini dapat memberikan
rekomendasi bagi pihak terkait dalam merumuskan kebijakan yang tepat. Penelitian ini diharapkan dapat
mendorong generasi muda untuk lebih menghargai budaya lokal dan terlibat aktif dalam kegiatan
pelestarian budaya (Ramdhani, 2024). Dengan demikian, penelitian ini bukan hanya bertujuan melestarikan
budaya, tetapi juga sebagai upaya menguatkan identitas bangsa di tengah arus globalisasi (Julianty, 2022).
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 101-107
E-ISSN: 3026-4014
- 103 -
2. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk
memahami peran tradisi Bersih Desa dan Langen Bekso dalam menanamkan cinta tanah air di Desa
Lengkong, Kabupaten Nganjuk. Pendekatan kualitatif memungkinkan peneliti untuk menggali makna dan
mendalami fenomena sosial dari perspektif subjek penelitian (Sugiyono, 2010). Penelitian deskriptif
kualitatif digunakan karena bertujuan untuk memberikan gambaran mendalam mengenai pengaruh tradisi
dan nilai budaya lokal terhadap masyarakat, khususnya dalam aspek menanamkan rasa cinta tanah air.
Instrumen penelitian utama dalam metode kualitatif adalah peneliti itu sendiri yang bertindak sebagai
pengumpul dan penganalisis data (Arikunto, 2010). Peneliti melakukan pengumpulan data melalui teknik
observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk melihat secara langsung
pelaksanaan tradisi Bersih Desa dan Langen Bekso, sedangkan wawancara dilakukan dengan tokoh
masyarakat, pelaku seni, serta warga desa yang terlibat dalam tradisi ini. Teknik dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan data dari arsip atau catatan terkait sejarah dan pelaksanaan tradisi tersebut.
Sasaran yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah Kepala Desa, Tokoh Masyarakat (Sesepuh
Desa), Perwakilan Tokoh Pemuda serta salah satu Warga Desa Lengkong Kabupaten Nganjuk. Teknik
analisis data dalam penelitian ini mengikuti tahapan yang disarankan oleh Sugiyono (2015), yaitu
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data yang diperoleh kemudian
direduksi dengan menyaring informasi yang relevan untuk mencapai tujuan penelitian. Data yang sudah
direduksi disajikan dalam bentuk narasi deskriptif, yang membantu dalam memahami pola-pola atau tema
utama yang muncul dari hasil observasi dan wawancara. Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan
melalui teknik triangulasi sumber, di mana data dibandingkan dari berbagai sumber untuk memastikan
konsistensi dan validitas informasi yang diperoleh (Arikunto, 2010). Dengan menggunakan triangulasi,
hasil penelitian diharapkan lebih objektif dan akurat. Triangulasi juga membantu mengurangi bias dan
meningkatkan kredibilitas temuan penelitian. Dengan metode yang telah dirancang ini, penelitian
diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam mengenai pentingnya pelestarian budaya lokal.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam merumuskan strategi untuk
menanamkan nilai-nilai cinta tanah air melalui pelestarian tradisi lokal.
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi bersih desa dan langen bekso berfungsi sebagai media
pelestarian budaya lokal sekaligus alat untuk menanamkan rasa cinta tanah air (Devi, 2018). Tradisi bersih
desa yang diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat melibatkan ritual seperti doa bersama, pembersihan
lingkungan, dan makan bersama sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen dan keselamatan yang
diberikan Tuhan (Aida, Ruja, & Kurniawan, 2023). Sementara itu, pentas langen bekso menjadi sarana bagi
generasi muda untuk memahami dan mencintai seni tari tradisional yang kaya akan simbol budaya.
Tradisi ini mendorong generasi muda untuk menghargai budaya lokal dan mempererat hubungan
sosial di antara mereka (Purnama, 2023). Berdasarkan wawancara dengan tokoh masyarakat dan aparat
desa, kegiatan bersih desa dan langen bekso dinilai efektif dalam mengajarkan nilai-nilai solidaritas,
kebersamaan, serta bangga akan budaya lokal. Generasi muda yang aktif terlibat dalam kegiatan ini tidak
hanya mempelajari aspek budaya, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga sebagai bagian dari bangsa
Indonesia (Julfian, 2023). Berikut adalah hasil wawancara:
Tabel 1. Hasil Wawancara
Pertanyaan
Kepala Desa
Tokoh
Masyarakat
Perwakilan
Pemuda
Warga
Masyarakat
Awam
1. Menurut
Anda, apa
Ritual bersih desa
adalah simbol
Ritual ini adalah
penghormatan
Ritual ini penting
sebagai bagian dari
Bagi saya, ritual
bersih desa adalah
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 101-107
E-ISSN: 3026-4014
- 104 -
makna dari
ritual bersih
desa di Desa
Lengkong
Kabupaten
Nganjuk ini?
kebersamaan warga
dalam menjaga
budaya dan tradisi
leluhur, serta
bentuk syukur
kepada Tuhan atas
berkah yang
diberikan kepada
desa.
terhadap leluhur
yang dipercaya
menjaga desa ini,
sekaligus
mempererat
hubungan
antarwarga. Ini
juga sebagai
tanda syukur dan
harapan untuk
keselamatan desa.
identitas budaya
yang diwariskan
kepada generasi
muda, serta
mempererat
solidaritas antar
pemuda dan warga
desa.
momen
berkumpulnya
warga untuk
menjaga
kebudayaan desa
dan bersama-sama
berdoa untuk
keselamatan desa.
2. Apa makna
digelar tari
Langen Bekso
di setiap
peringatan
bersih desa ini?
Tari Langen Bekso
adalah salah satu
bentuk ekspresi
budaya yang
memperlihatkan
identitas dan
karakteristik Desa
Lengkong, serta
bentuk doa agar
desa ini tetap
harmonis dan
damai.
Tari ini adalah
simbolisasi
keharmonisan
antara warga
dengan alam dan
leluhur. Makna
filosofisnya
adalah menjaga
keseimbangan
agar desa selalu
mendapat
perlindungan.
Bagi pemuda,
Langen Bekso
adalah kesempatan
untuk mempelajari
dan melestarikan
tradisi seni tari
yang menjadi
kebanggaan desa.
Langen Bekso
adalah tarian khas
desa yang selalu
ditampilkan di
acara bersih desa,
memperlihatkan
keindahan seni
budaya yang
diwariskan secara
turun-temurun.
3. Mengapa
perlu diadakan
acara ritual
bersih desa ini?
Ritual ini perlu
diadakan untuk
menjaga warisan
budaya dan
memperkuat
persatuan warga
desa. Ini juga
momen refleksi
untuk menghargai
kehidupan dan
alam sekitar.
Acara ini
menjaga
hubungan kita
dengan leluhur
dan menjadi
wadah untuk
bersyukur
bersama, serta
sebagai bentuk
penghormatan
terhadap warisan
desa.
Ini adalah tradisi
yang harus dijaga
agar tidak punah,
selain itu momen
ini mempererat
ikatan sosial dan
rasa memiliki di
antara pemuda dan
warga desa.
Menurut saya,
ritual ini penting
sebagai bentuk
penghormatan
kepada para
leluhur dan juga
sebagai acara
kumpul warga
untuk saling
bersilaturahmi.
4. Mengapa
masih
dianggap perlu
untuk
menampilkan
Langen Bekso?
Langen Bekso
dianggap perlu
karena merupakan
bagian dari budaya
lokal yang khas.
Melalui tarian ini,
kita mengenalkan
budaya Lengkong
pada generasi muda
dan pengunjung.
Langen Bekso
menjadi
representasi
semangat desa
dan cara kita
melestarikan adat
istiadat agar tetap
hidup dalam
keseharian
masyarakat.
Ini adalah bentuk
kreativitas yang
menghubungkan
pemuda dengan
tradisi, sekaligus
sarana edukasi
budaya dan
hiburan bagi
warga.
Langen Bekso
adalah hiburan
yang selalu
dinantikan, dan
juga cara untuk
menghormati
kebiasaan adat di
desa ini.
Prosesi makan Bersama (bancaan) pada pelaksanaan Ritual Bersih Desa di Desa Lengkong
Kabupaten Sidoarjo yang dilaksanakan di Punden Sumur Gede.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 101-107
E-ISSN: 3026-4014
- 105 -
Gambar 1. Makan Bersama
(bancaan)
Simbolis penyerahan selendang pertama untuk Bapak Kepala Desa yang diwakili oleh salah satu
Perangkat Desa
Gambar 2. Penyerahan Selendang
Pelaksanaan
Tari Langen Bekso oleh Waranggono (Sinden) yang diikuti oleh Perangkat Desa
dan Warga Masyarakat
Gambar 3.
Tari Langen Bekso
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 101-107
E-ISSN: 3026-4014
- 106 -
4. Simpulan dan Saran
Pelaksanaan tradisi bersih desa dan tari Langen Bekso di Desa Lengkong, Kabupaten Nganjuk,
memiliki peran signifikan dalam melestarikan budaya lokal sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air di
kalangan masyarakat, terutama generasi muda. Di tengah arus globalisasi yang membawa berbagai
pengaruh asing, keberadaan tradisi ini menjadi pengingat pentingnya mempertahankan identitas lokal.
Bersih desa sebagai ritual tahunan, adalah bentuk penghormatan kepada leluhur sekaligus wujud rasa
syukur kepada Tuhan atas keberkahan yang diberikan juga sebagai sarana mempertemukan warga desa,
baik tua maupun muda guna mempererat hubungan sosial. Tari Langen Bekso yang dipentaskan setiap
peringatan bersih desa bukan sekadar hiburan, tetapi menjadi media pembelajaran dan penghargaan
terhadap seni tradisional yang diwariskan turun-temurun. Melalui Langen Bekso, generasi muda desa tidak
hanya memahami gerak dan irama tari, tetapi juga merasakan nilai-nilai kearifan lokal, kebersamaan, serta
keseimbangan hidup yang diajarkan oleh leluhur mereka. Dengan melaksanakan tradisi bersih desa dan
mempertunjukkan tari Langen Bekso, masyarakat Desa Lengkong menunjukkan komitmen mereka dalam
menjaga warisan budaya agar tidak terkikis oleh perkembangan zaman. Tradisi ini mengajarkan kepada
generasi muda bahwa budaya lokal adalah bagian penting dari identitas warga, yang harus dipertahankan
dengan penuh rasa syukur dan bangga,serta menjadi sarana pembelajaran efektif untuk memperkuat jati diri
masyarakat Desa Lengkong.
5. Daftar Pustaka
Aida, Ruja, & Kurniawan. (2023). Slamatan Andhong De Berran resistensi kebudayaan masyarakat dalam
pelestarian Sumber Mata Air Andhong di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu Kota. Jurnal
Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial, 3(12), 1396-1412.
Arikunto, S. (2010). Metode peneltian. Jakarta: Rineka Cipta, 173.
Devi. (2018). Nilai-nilai Religius Dalam Tradisi Upacara Adat Tetaken Gunung Lima (Studi Kasus di Desa
Mantren, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan). (Doctoral dissertation, IAIN Ponorogo).
Fadhilah. (2022). Nilai-Nilai Budaya Lokal Dalam Pengembangan Karakter Anak Usia Dini. Jurnal Tunas
Siliwangi, 8(1), 41.
Istiq’Faroh. (2020). Relevansi Filosofi Ki Hajar Dewantara Sebagai Dasar Kebijakan Pendidikan Nasional
Merdeka Belajar Di Indonesia. Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, 1-10.
Julfian, d. (2023). Peranan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membentuk Rasa Cinta Tanah Air pada
Siswa. Jurnal Keilmuan Dan Keislaman, 210-224.
Julianty. (2022). Pengaruh Globalisasi Terhadap Eksistensi Identitas Nasional Bangsa Indonesia Saat ini.
ASANKA: Journal of Social Science and Education, 1-9.
Mujahidah, Dewi, & Hayat. (2023). Pengaruh Globalisasi Terhadap Pengikisan Budaya Bangsa Serta
Upaya Pelestariannya. Jurnal Multidisiplin Indonesia, 1(3), 215-222.
Nazmi, R. (2023). Sosialisasi Pentingnya Pewarisan Nilai Sejarah Lokal Minangkabau bagi Generasi Muda
di Nagari Tuo Pariangan Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar. GELORA SUPPORT
SYSTEM PADA LITERASI, BUDAYA DAN TEKNOLOGI, 87.
Purnama, d. (2023). Urgensi wawasan kebangsaan pada Generasi Z di tengah derasnya arus globalisasi.
Civilia: Jurnal Kajian Hukum dan Pendidikan Kewarganegaraan, 2(2), 127-137.
Rahayu, Waskito, Widianti,A. (2022). Budaya Petik Laut: Solidaritas sosial berbasis kearifan lokal pada
masyarakat pesisir di Dusun Parsehan Kabupaten Probolinggo. Jurnal Integrasi dan Harmoni
Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial, 565-576.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 101-107
E-ISSN: 3026-4014
- 107 -
Ramdhani, R. (2024). Melestarikan Warisan Budaya: Pelestarian Budaya Lokal dan Kearifan Lokal Melalui
Edukasi dan Dokumentasi Budaya (Suku Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu).
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(3), 262-272.
Rohman, A., & Ningsih, Y. (2018). Pendidikan multikultural: penguatan identitas nasional di era revolusi
industri 4.0. Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin, 44-50.
Sugiyono, P. D. (2010). Metode Peneliian. Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
Suryanti, Mariana, Yermiandhoko, & Widodo, . (2020). Local wisdom-based teaching material for
enhancing primary students scientific literacy skill. Jurnal Prima Edukasia, 96-105.
Widodo, Umar, Sutisna, & Tahir. (2020). Primary school teacher prospective perception of Sasambo local
script preservation in NTB. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Missio, 12(2), , 116-129.
Zuriah, Widodo, & Sunaryo. (2016). Model pendidikan karakter berbasis nilai kearifan lokal dan civic
virtue sebuah rekayasa sosial. Research Report, 164-177.