Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 135-142
E-ISSN: 3026-4014
- 135 -
Artikel Penelitian
Naskah dikirim: 20/09/2024 Selesai revisi: 10/10/2024 Disetujui: 17/11/2024 Diterbitkan: 01/12/2024
Analisis Makna Batik Ciprat Langitan Berbasis Etnopedagogis Sebagai
Penguat Karakter Profil Pelajar
𝐀𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧
𝐓𝐚𝐫𝐮𝐧𝐚
𝐏𝐮𝐬𝐩𝐢𝐭𝐚𝐬𝐚𝐫𝐢
𝟏
,
𝐖𝐚𝐡𝐨𝐧𝐨
𝐖𝐢𝐝𝐨𝐝𝐨
𝟐
,
𝐍𝐮𝐫𝐮𝐥
𝐈𝐬𝐭𝐢𝐪′𝐟𝐚𝐫𝐨𝐡
𝟑
Prodi Pascasarjana Pendidikan Dasar, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, Jawa Timur
e-mail:
24010855022@mhs.unesa.ac.id
e-mail:
wahonowidodo@unesa.ac.id
e-mail: nurulistiqfaroh@unesa.ac.id
Abstrak:
Pendidikan memiliki peran krusial dalam pewarisan nilai-nilai dan budaya, terutama di tengah
arus globalisasi yang dapat mengikis identitas budaya bangsa dan integrasi nilai-nilai kearifan lokal dalam
proses pembelajaran semakin mendesak untuk memperkuat karakter siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional menekankan pada pengembangan karakter yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna batik ciprat langitan berbasis etnopedagogis sebagai
penguat karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
etnogografi dengan deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk memahami fenomena sosial dalam konteks
budayanya. Subyek penelitian melibatkan pengrajin batik ciprat langitan di Simbatan, guru-guru yang
mengajar di sekolah yang menerapkan pembelajaran berbasis kearifan lokal. Metode pengumpulan data
dilakukan melalui beberapa teknik, termasuk wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi batik ciprat langitan dalam proses pembelajaran mampu
memberikan dampak positif yang signifikan. Seperti siswa melaporkan peningkatan antusiasme dalam
belajar ketika materi batik,batik ciprat langitan membantu siswa memahami dan menghargai warisan
budaya mereka, motif batik mendorong kreativitas siswa, siswa menunjukkan peningkatan dalam
kemampuan kreatifitasnya. Nilai-nilai seperti gotong royong dan kerja sama dalam proses pembuatan batik
tercermin dalam kolaborasi antara siswa, responden melaporkan bahwa Batik Ciprat Langitan lebih
memahami pentingnya bekerja sama, dan kesadaran lingkungan juga meningkat. Temuan ini menegaskan
bahwa pendekatan etnopedagogis dalam pembelajaran tidak hanya memberikan pengetahuan akademis,
tetapi juga berkontribusi pada pembentukan karakter yang kuat. Kesimpulan dari penlitian ini melalui
pembelajaran berbasis etnopedagogis, siswa diharapkan dapat menjadi generasi yang cerdas secara
akademis dan memiliki pemahaman tentang budaya dan identitas bangsa, serta mampu mewujudkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Kata kunci:
Batik ciprat langitan, etnopedagogis, karakter pancasila.
Abstract:
Education has a crucial role in the inheritance of values and culture, especially in the midst of
globalization which can erode the nation's cultural identity and the integration of local wisdom values in
the learning process is increasingly urgent to strengthen students' character. This is in accordance with
national education goals emphasizing character development that reflects the values of Pancasila. This
research aims to analyze the meaning of ethnopedagogically-based batik ciprat Langitan as character
strengthening in accordance with the Pancasila Student Profile. The type of research used is
ethnogographic research with descriptive qualitative research, which aims to understand social
phenomena in their cultural context. The research subjects involved ciprat Langitan batik craftsmen in
Simbatan, teachers who taught in schools that implemented learning based on local wisdom. Data
collection methods were carried out through several techniques, including in-depth interviews,
observation, and documentation studies. The results of the research show that the integration of batik
ciliprat Langitan in the learning process is able to provide a significant positive impact. As students report
increased enthusiasm in learning when batik materials, batik splashed sky helps students understand and
appreciate their cultural heritage, batik motifs encourage student creativity, students show an increase in
their creative abilities. Values such as mutual cooperation and cooperation in the batik making process are
reflected in collaboration between students, respondents reported that Batik Ciprat Langitan better
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 135-142
E-ISSN: 3026-4014
- 136 -
understands the importance of working together, and environmental awareness has also increased. These
findings confirm that the ethnopedagogical approach to learning not only provides academic knowledge,
but also contributes to the formation of strong character. The conclusion of this research is that through
ethnopedagogical-based learning, students are expected to become a generation that is academically
intelligent and has an understanding of national culture and identity, and is able to realize the values of
Pancasila in everyday life.
Keywords
: Batik ciprat Langitan, ethnopedagogical, Pancasila character
Hak Cipta©2024 Anggun Taruna Puspitasari, Wahono Widodo, Nurul Istiq’faroh
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 135-142
E-ISSN: 3026-4014
- 137 -
1. Pendahuluan
Pendidikan memiliki peran penting dalam proses pewarisan nilai-nilai dan budaya dari satu generasi
ke generasi berikutnya (Sadita & Syafitri, 2024). Selain sebagai sarana untuk menyampaikan pengetahuan
akademis, pendidikan juga berfungsi untuk membentuk karakter dan kepribadian siswa. Di tengah arus
globalisasi yang membawa perubahan cepat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya, pendidikan
harus mampu menjadi benteng yang menjaga nilai-nilai luhur bangsa agar tidak hilang atau tergerus oleh
budaya asing. Oleh karena itu, sangat penting bagi sistem pendidikan di Indonesia untuk mengintegrasikan
nilai-nilai kearifan lokal yang mencerminkan identitas dan karakter bangsa, salah satunya adalah dengan
mengadopsi pendekatan etnopedagogis dalam proses pembelajaran. Bahan ajar berbasis kearifan lokal
merupakan sumber belajar alternatif yang sangat terpercaya dalam meningkatkan keterampilan literasi
ilmiah siswa (Suryanti et al., 2020). Dengan mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal ke dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan akademis tetapi juga memahami dan
menginternalisasi nilai-nilai yang melekat dalam budaya mereka. Mempelajari dinamika kebudayaan
seperti perubahan dan perkembangan budaya serta bagaimana suatu kebudayaan mempengaruhi
kebudayaan lain sangat penting untuk membangun pemahaman yang holistik (Sudarmin, 2014:21). Melalui
etnopedagogi, pendidikan dapat memberikan konteks yang relevan bagi siswa, sehingga memperkuat nilai-
nilai karakter yang selaras dengan budaya dan identitas lokal. Etnopedagogi merupakan pendekatan
pendidikan yang berupaya mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal ke dalam proses pembelajaran,
sehingga siswa tidak hanya belajar secara kognitif tetapi juga memahami dan menginternalisasi nilai-nilai
budaya setempat. Dalam konteks Indonesia, yang kaya akan keragaman budaya, pendekatan ini menjadi
semakin relevan sebagai upaya untuk menjaga warisan budaya bangsa sekaligus memperkuat karakter
siswa sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yang diamanatkan oleh pemerintah.
Profil Pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi karakter utama, yaitu beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, mandiri, gotong royong, kebinekaan global, kritis, dan
kreatif. Dimensi-dimensi tersebut mencerminkan nilai-nilai dasar Pancasila yang seharusnya menjadi
fondasi dalam pembentukan karakter setiap pelajar Indonesia (Ibad, 2022). Namun, dalam praktiknya,
masih terdapat kesenjangan dalam mewujudkan profil pelajar yang ideal, salah satunya disebabkan oleh
rendahnya literasi budaya dan minimnya integrasi kearifan lokal dalam proses pembelajaran. Hal ini
menunjukkan perlunya upaya untuk memadukan pendidikan karakter dengan warisan budaya lokal sebagai
salah satu solusi untuk memperkuat karakter siswa dan memastikan bahwa mereka dapat menghadapi
tantangan global tanpa kehilangan jati diri mereka. Kekayaan budaya Indonesia mengandung nilai-nilai
yang harus dipelajari oleh siswa, seperti bahasa yang berbeda, pakaian adat, makanan tradisional, dan lagu
daerah. Keberagaman ini dapat menjadi sumber pembelajaran dan pengetahuan bagi siswa (Suryanti, 2020).
Dalam konteks ini, batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui dunia, memiliki
potensi besar untuk menjadi media pendidikan karakter. Setiap motif batik memiliki filosofi yang sarat
dengan nilai-nilai kehidupan, yang jika dipahami dan diajarkan dengan benar dapat memberikan dampak
positif bagi perkembangan karakter siswa. Salah satu bentuk batik yang menarik untuk dikaji dalam konteks
pendidikan berbasis etnopedagogis adalah batik ciprat langitan dari Simbatan, yang tidak hanya
mencerminkan keindahan artistik tetapi juga mengandung kearifan lokal yang dalam.
Kelompok masyarakat pengrajin batik ciprat langitan memiliki tradisi panjang dalam melestarikan
warisan budaya ini. Melalui keterlibatan dalam proses pembuatan batik, siswa dapat belajar tentang nilai-
nilai budaya lokal seperti gotong royong, kesabaran, kreativitas, dan kesadaran lingkungan. Kegiatan ini
tidak hanya memberikan pengetahuan tentang seni batik, tetapi juga menanamkan sikap dan karakter yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Proses pembuatan batik ciprat yang melibatkan kerja sama antar
pengrajin dapat menjadi sarana untuk mengajarkan nilai gotong royong kepada siswa. Selain itu, kreativitas
dalam menciptakan motif batik ciprat yang tidak terikat pada pola tertentu memberikan ruang bagi siswa
untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Penting untuk
menggarisbawahi bahwa klaim untuk hubungan yang lebih baik antara pengetahuan ilmiah dan
pengetahuan 'lokal' tradisional tidak hanya relevan untuk pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan di
masyarakat selatan atau timur, tetapi juga di masyarakat utara atau 'barat' yang kini semakin menerima
bahwa alternatif untuk pembangunan berkelanjutan sering kali didasarkan pada bentuk pengetahuan 'lokal'
yang dikembangkan di luar ilmu pengetahuan konvensional (Rist & Dahdouh-Guebas, 2006). Penelitian
ini dilakukan untuk menganalisis makna yang terkandung dalam batik ciprat langitan dan bagaimana
pendekatan etnopedagogis dapat diterapkan untuk memperkuat karakter siswa sesuai dengan Profil Pelajar
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 135-142
E-ISSN: 3026-4014
- 138 -
Pancasila. Dengan mengangkat nilai-nilai budaya lokal dalam pembelajaran, diharapkan siswa tidak hanya
mampu menguasai aspek kognitif dari materi pelajaran, tetapi juga mengembangkan karakter yang kuat
dan memiliki rasa cinta terhadap budaya bangsa. Dengan memanfaatkan warisan budaya seperti batik ciprat
langitan, proses pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis tetapi juga pada pembentukan
karakter yang kuat dan relevan dengan nilai-nilai Pancasila. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk
mengkaji secara mendalam makna yang terkandung dalam batik ciprat langitan serta mengeksplorasi
bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran berbasis etnopedagogis untuk
memperkuat karakter Profil Pelajar Pancasila. Melalui pendekatan ini, diharapkan siswa dapat menjadi
generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam
tentang budaya dan identitas bangsa, sehingga dapat berkontribusi positif bagi masyarakat dan negara.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi deskriptif kualitatif untuk menganalisis makna
batik ciprat langitan dalam konteks pendidikan berbasis etnopedagogis. Subjek penelitian terdiri dari
pengrajin batik ciprat langitan di Simbatan, guru, dan siswa di sekolah yang menerapkan pembelajaran
berbasis kearifan lokal. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, lembar
observasi, dan studi dokumentasi. Wawancara akan dilakukan dengan pengrajin batik untuk memahami
filosofi dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap motif batik, serta dengan guru untuk menggali
bagaimana mereka mengintegrasikan batik dalam pembelajaran. Studi dokumentasi mencakup analisis
bahan ajar dan kurikulum yang ada di sekolah. Untuk analisis data, teknik analisis tematik akan digunakan,
di mana data yang terkumpul dari wawancara dan dokumentasi akan diorganisir ke dalam tema-tema utama
yang berkaitan dengan makna batik ciprat langitan dan nilai-nilai Pancasila. Proses analisis ini diharapkan
dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana batik ciprat langitan dapat memperkuat
karakter siswa dalam konteks pendidikan di Indonesia.
3. Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari wawancara dengan pengrajin batik ciprat langitan,
guru, dan siswa diolah untuk menganalisis makna batik dalam konteks pendidikan berbasis etnopedagogis.
Terdapat 15 orang anak-anak disabilitas intelektual dari berbagai usia dan gender. Adapun filosofi simbol
Batik Langitan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Filosofi Batik Langitan
Motif
Gambar
Filosofi
Bintang
Seorang anak disabilitas intelektual pernah melihat
bagian yang bersinar di malam hari.
Gedhek
Melihat banyak rumah-rumah yang ada disekitaran
batik Langitan banyak yang masih menggunakan
gedhek di bagian dapurnya.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 135-142
E-ISSN: 3026-4014
- 139 -
Gangsing
Anak-anak yang menggambar teringat ketika masa
kcil mereka bermain gangsing bersama teman-
temannya.
Layang-
layang
Anak-anak yang menggambar teringat Ketika masa
kcil mereka bermain laying- layang bersama teman-
temannya.
Padi
Pada saat itu banyak di daerah Batik langitan yang
panen padi.
Krisna
Saat itu “Film Krisna” yang sedang di gandrungi oleh
khalayak ramai dan bulu yang sering dipegang oleh
tokoh utama
Cacing
Anak-anak disabilitas melihat banyak sekali cacing
yang berada disekitar kebun bentuknya yang lucu.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 135-142
E-ISSN: 3026-4014
- 140 -
Juwet
Pada saat itu banyak di daerah Batik langitan yang
memetik buah juwet atau yang sering disebut buah
jamblang.
Meteor
Anak-anak diberikan fasilitas membawa gadget ,
banyak sekali hal baru seperti ruang galaxy, meteor,
matahari, dll yang dilihatnya.
Hasil analisis menunjukkan ada lima tema utama yang ada pada dalam pembelajaran, yaitu
antusiasme, pewarisan nilai, kreativitas, kerjasama, dan kesadaran lingkungan. Data disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 2. Lima Tema dalam Pembelajaran
Tema
Deskripsi
Antusiasme
Siswa menunjukkan antusiasme yang tinggi saat terlibat dalam kegiatan
pembelajaran berbasis batik ciprat langitan. Mereka aktif bertanya dan berdiskusi.
Pewarisan
Nilai
Proses pembelajaran yang menggunakan batik sebagai media membantu siswa
memahami dan menginternalisasi nilai-nilai budaya lokal yang terkandung dalam
setiap motif batik.
Kreativitas
Kegiatan menciptakan motif batik ciprat memberikan siswa kesempatan untuk
mengekspresikan kreativitas mereka, menghasilkan karya yang unik dan berharga.
Kerjasama
Siswa belajar tentang pentingnya gotong royong melalui kolaborasi dalam proses
pembuatan batik, yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Kesadaran
Lingkungan
Melalui kegiatan membuat batik, siswa diajarkan untuk peduli terhadap
lingkungan dan memahami pentingnya keberlanjutan dalam menggunakan
sumber daya alam.
Hasil analisis data ini menunjukkan Batik Ciprat Langitan dapat menjadikan siswa aktif bertanya dan
berdiskusi, menandakan antusiasme yang tinggi saat terlibat dalam kegiatan pembelajaran berbasis batik
ciprat langitan. Proses pembelajaran ini tidak hanya memberikan pengetahuan praktis tentang teknik
pembuatan batik, tetapi juga membantu siswa memahami dan menginternalisasi nilai-nilai budaya lokal
yang terkandung dalam setiap motif batik, dengan siswa menunjukkan pemahaman yang baik terhadap
aspek ini. Kegiatan menciptakan motif batik memberi siswa kesempatan untuk mengekspresikan kreativitas
mereka, dengan siswa berhasil menghasilkan karya yang unik dan berharga. Selain itu, siswa belajar tentang
pentingnya gotong royong melalui kolaborasi dalam proses pembuatan batik, mencerminkan nilai-nilai
Pancasila yang penting dalam pembentukan karakter. Kesadaran lingkungan yang ditanamkan dalam diri
siswa melalui pembelajaran ini juga terwujud, dengan siswa menyadari pentingnya keberlanjutan dalam
menggunakan sumber daya alam.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 135-142
E-ISSN: 3026-4014
- 141 -
Berdasarkan analisis tema-tema di atas, pengalaman siswa dalam belajar mengenai batik ciprat
langitan berkontribusi terhadap penguatan karakter mereka sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
Antusiasme siswa menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar, menunjukkan bahwa integrasi
kearifan lokal dapat meningkatkan minat siswa terhadap budaya mereka sendiri. Kecemasan yang dialami
siswa dapat diatasi dengan dukungan yang tepat dari guru dan pengrajin, menciptakan pengalaman belajar
yang lebih positif. Lebih lanjut, pewarisan nilai-nilai budaya melalui kegiatan pembelajaran batik tidak
hanya memberikan pengetahuan tentang teknik pembuatan batik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral
dan etika yang terkandung dalam setiap motif batik. Kesadaran lingkungan yang meningkat melalui
pembelajaran ini menekankan pentingnya keberlanjutan dan tanggung jawab sosial, sejalan dengan dimensi
kebinekaan global dan kreatif dalam Profil Pelajar Pancasila. Secara keseluruhan, pendekatan
etnopedagogis yang mengintegrasikan batik ciprat langitan dalam proses pembelajaran menunjukkan
potensi besar dalam memperkuat karakter siswa dan membentuk mereka menjadi individu yang mencintai
budaya dan identitas bangsa. Pendidikan berbasis etnopedagogis tidak hanya memenuhi kebutuhan
akademis siswa, tetapi juga mengembangkan karakter yang kuat dan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa antusiasme siswa dalam pembelajaran batik ciprat
langitan berkontribusi pada peningkatan hasil belajar. Dalam konteks ini, teori konstruktivisme yang
dikemukakan oleh Piaget dan Vygotsky menjelaskan bahwa keterlibatan aktif siswa dalam proses
pembelajaran membantu mereka membangun pengetahuan dan keterampilan baru. Keterlibatan langsung
dalam proses pembuatan batik menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, sehingga siswa dapat
memahami dan menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam budaya mereka.
Tema pewarisan nilai yang teridentifikasi sejalan dengan teori pendidikan karakter yang menekankan
pentingnya integrasi nilai-nilai moral dan budaya dalam proses pembelajaran. Menurut Kamaruddin, et al
(2023), Pendidikan karakter di sekolah dasar mencakup pengajaran tentang nilai-nilai seperti kejujuran,
kebaikan, tanggungjawab, rasa hormat, empati, dan kerjasama. Dengan mempelajari batik ciprat langitan,
siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang teknik dan sejarah batik, tetapi juga memahami nilai-
nilai seperti gotong royong, kreativitas, dan kesadaran lingkungan. Pengintegrasian kearifan lokal dalam
pembelajaran dapat meningkatkan literasi budaya siswa, mempertegas bahwa batik ciprat langitan bukan
hanya media untuk belajar teknik seni, tetapi juga sebagai alat untuk memperkuat karakter dan identitas
budaya siswa Suryanti et al. (2020). Kreativitas yang berkembang selama proses pembuatan batik juga
sejalan dengan teori kreativitas yang diungkapkan oleh Guilford (1950), yang menunjukkan bahwa
kreativitas dapat ditingkatkan melalui pengalaman langsung dan pembelajaran berbasis praktik. Batik
memiliki berbagai motif yang mengandung makna simbolik dan nilai-nilai yang sejalan dengan karakter
profil pelajar Pancasila, seperti kerja keras, kepedulian lingkungan, kejujuran, cinta damai, kemandirian,
keindahan, dan kesetiaan Anindya, et al (2024). Nilai karakter profil pelajar Pancasila mencakup iman dan
takwa kepada Tuhan, kemandirian, gotong-royong, keberagaman global, nalar kritis, dan kreativitas.
Hubungan antara nilai-nilai ini diintegrasikan dalam pembelajaran berbasis pendidikan karakter, sejalan
dengan pandangan Thomas Lickona yang menekankan pentingnya menciptakan karakter yang baik pada
peserta didik. Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam kegiatan menciptakan motif
batik ciprat mengalami peningkatan kemampuan berpikir kreatif yang dapat diterapkan dalam berbagai
aspek kehidupan mereka. Melalui integrasi teori-teori yang relevan dan penelitian sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan berbasis etnopedagogis memiliki potensi besar dalam membentuk karakter
siswa dan menjaga warisan budaya, yang sangat penting dalam konteks pendidikan di Indonesia. Dengan
demikian, penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pengembangan strategi pembelajaran yang lebih
efektif dan relevan dengan kebutuhan siswa serta tantangan zaman.
4. Simpulan dan Saran
Berdasarkan temuan penelitian ini, kami mengusulkan beberapa simulasi pembelajaran
berbasis etnopedagogis yang dapat diterapkan di sekolah-sekolah untuk meningkatkan penguasaan
materi dan karakter siswa. Simulasi ini mencakup pengadaan kegiatan outdoor learning di mana
siswa dapat belajar teknik dasar membatik dengan bimbingan pengrajin batik lokal. Kegiatan ini dapat
mengedukasi siswa tentang proses pembuatan batik dan filosofi yang terkandung dalam setiap motif.
Mengadakan proyek kelompok di mana siswa menciptakan motif batik ciprat mereka sendiri dengan
menanamkan nilai-nilai Pancasila. Hal ini dapat mendorong kolaborasi dan diskusi antar siswa guna
munculnya nilai-nilai Pancasila. Mengintegrasikan tema keberlanjutan dalam pembelajaran dengan
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 135-142
E-ISSN: 3026-4014
- 142 -
mengajak siswa berdiskusi tentang pentingnya menjaga lingkungan dan sumber daya alam dalam
proses pembuatan batik, serta mengadakan aksi nyata seperti penanaman pohon.
5. Daftar Pustaka
Ibad, W. (2022). Penerapan profil pelajar pancasila di tingkat sekolah dasar. JIEES: Journal of
Islamic Education at Elementary School, 3(2), 84-94.
Anindya, S., Yani, M. T., Sarmini, S., & Suprijono, A. (2024). Analisis Makna Simbolik dan Nilai-
Nilai Motif Batik Jetis Sebagai Implementasi Etnopedagogi untuk Penguatan Karakter Profil
Pelajar Pancasila. Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran, 7(1), 348-357.
Kamaruddin, I., Zulham, Z., Utama, F., & Fadilah, L. (2023). Pendidikan karakter di sekolah:
Pengaruhnya terhadap pengembangan etika sosial dan moral siswa. Attractive: Innovative
Education Journal, 5(3), 140-150.
Komarudin, D. (2011). Hubungan antara kreativitas dengan prestasi belajar siswa. Psympathic:
Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(1), 278-288.
Rist, S., & Dahdouh-Guebas, F. (2006). Ethnosciences-A step towards the integration of scientific
and indigenous forms of knowledge in the management of natural resources for the
future. Environment, Development and Sustainability, 8, 467-493.
Sadita, S. E., & Syafitri, S. (2024). Analisis dan implementasi pendidikan dasar sebagai proses
pewarisan budaya. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 9(2), 7190-7197.
Sudarmin, S., Si, M., & Pd, M. (2014). Pendidikan karakter, etnosains dan kearifan lokal. Semarang.
CV. Swadaya Manunggal.
Suryanti, S., Mariana, N., Yermiandhoko, Y., & Widodo, W. (2020). Local wisdom-based teaching
material for enhancing primary students’ scientific literacy skill. Jurnal Prima Edukasia, 8(1),
96-105.
Suryanti, S., Prahani, B. K., Widodo, W., Mintohari, M., Istianah, F., Julianto, J., & Yermiandhoko,
Y. (2021, July). Ethnoscience-based science learning in elementary schools. In Journal of
Physics: Conference Series (Vol. 1987, No. 1, p. 012055). IOP Publishing.