Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 108-114
E-ISSN: 3026-4014
- 108 -
Artikel Penelitian
Naskah dikirim: 20/09/2024 Selesai revisi: 10/10/2024 Disetujui: 17/11/2024 Diterbitkan: 01/12/2024
Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi Pendidikan Karakter Melalui
Gerakan Literasi Sekolah Dasar Yogyakarta
Irfan Adi Nugroho
1
, Eka Ridha Nofrida
2
, Ida Megawati
3
, Riska Mardiana
4
1,2,3,4
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta Indonesia
e-mail: irfan.adi@ustjogja.ac.id
Abstrak:
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah
Dasar di Yogyakarta. Sumber informasi pada penelitian ini terdiri dari kepala sekolah. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Uji keabsahan data dilakukan
dengan meningkatkan ketekunan dan triangulasi (sumber, teknik, dan waktu). Teknik analisis data
menggunakan model miles dan Huberman yang terdiri atas data collection (pengumpulan data), data
reduction (redusksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/ verification (penarikan
kesimpulan).
Kata kunci:
nilai-nilai karakter, Peran Kepala Sekolah, sekolah dasar.
The Role of School Principals in Implementing Character Education Through
Yogyakarta Elementary School Literacy Movement
Abstract: This is a qualitative descriptive study. The research was conducted in an Elementary School in
Yogyakarta. The sources of information in this study consisted of the school principal. Data collection
techniques used observation, interviews, and documentation. Data validity was tested by increasing
persistence and triangulation (source, technique, and time). Data analysis technique used Miles and
Huberman model which consists of data collection, data reduction, data display, and conclusion
drawing/verification
Keywords
: moral values, role of the principal, elementary school
Hak Cipta©2024 Irfan Adi Nugroho, Eka Ridha Nofrida, Ida Megawati, Riska Mardiana
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 108-114
E-ISSN: 3026-4014
- 109 -
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan diharapkan
mampu memberikan perubahan dan kemajuan pada diri manusia karena manusia akan mampu hidup
secara baik dalam Masyarakat. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, dijelaskan bahwa
pendidikan di setiap jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai
tujuan tersebut. Pendidikan sendiri juga merupakan sarana dan media yang sangat berperan dalam
pembentukan keperibadian dan kecerdasan manusia. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter
peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan
Masyarakat.
Dunia pendidikan tidak bisa lepas dari kegiatan membaca. Kegiatan membaca sebaiknya
ditanamkan sejak dini kepada anak agar tercipta generasi yang tidak buta huruf dan tumbuh karakter yang
positif pada anak. Menurut Dewi dkk (2016:2) “literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan
mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara”. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, salah satunya,
mengenai kegiatan membaca buku nonpelajaran selama lima belas menit sebelum waktu belajar dimulai.
Kegiatan tersebut adalah upaya menumbuhkan kecintaan membaca kepada peserta didik dan pengalaman
belajar yang menyenangkan sekaligus merangsang imajinasi. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti,
berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Sebagai salah satu desain induk penumbuhan budi pekerti, Gerakan Literasi Sekolah perlu melibatkan
para pemangku kepentingan secara terprogram dengan satu tujuan agar peserta didik, terutama di tingkat
pendidikan dasar, menjadi insan berbudaya literasi.
Peran kepala sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan karakter melalui gerakan literasi
sekolah, dapat menggunakan ajaran Ki Hadjar Dewantara (Tim Dosen Ketamansiswaan 2016: 45) yaitu
Tri N yang meliputi Niteni, Nirokake, dan Nambahi artinya bahwa mempelajari sesuatu bisa ditempuh
dengan cara “mengenali dan mengingat” sesuatu yang dipelajari (Niteni), menirukan sesuatu yang
dipelajari (Nirokake), dan mengembangkan sesuatu yang dipelajari (Nambahi). Pada kegiatan literasi,
kepala sekolah akan memperhatikan dan mengingat bagaimana proses pelaksanaan gerakan literasi di
sekolah (Niteni). Kemudian kepala sekolah akan mempraktikan atau menirukan proses pelaksanaan
gerakan literasi tersebut (Nirokake). Setelah mengingat dan menirukan kepala sekolah dapat
menambahkan ide-ide yang lain dalam proses pelaksanaan gerakan literasi agar lebih bervariasi
(Nambahi). Dalam membentuk pendidikan karakter pada siswa dapat dilakukan di Tripusat Pendidikan.
Dalam ajaran Ki Hadjar Dewantara (Tim Dosen Ketamansiswaan 2016:42) Tripusat Pendidikan
merupakan sistem pendidikan Tamansiswa yang dilakukan dalam perguruan memusatkan tiga lingkungan
pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut harus berjalan seimbang
agar dapat membentuk karakter positif pada siswa. Pusat pendidikan yang pertama dan utama yaitu di
lingkungan keluarga, anak akan mendapatkan pendidikan pertama yang terjadi setiap hari dan memakan
waktu yang paling lama. Oleh karena itu, keluarga terutama orangtua akan menjadi panutan dalam
pembentukan karakter siswa.
Pusat pendidikan yang ketiga yaitu di lingkungan masyarakat. Di masyarakat siswa akan bergaul
dengan siapa saja dan dari mana saja. Oleh karena itu, siswa akan mendapatkan baik pembelajaran positif
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 108-114
E-ISSN: 3026-4014
- 110 -
atau negatife. Hal ini akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter siswa. Karakter yang baik akan
akan terbentuk dari lingkungan yang baik pula. Pembentukan karakter siswa dapat dapat dibentuk melalui
Tri Pusat Pendidikan tersebut. Di sekolah, pendidikan karakter diimplementasikan melalui gerakan
literasi sekolah. Membaca dan menulis merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap anak.
Berdasarkan data di atas, menjadikan dasar untuk mengetahui terkait peran kepala sekolah dalam
pendidikan karakter. Adapun lokasi atau sasaran penelitian ini adalah Sekolah Dasar di Yogyakarta.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut
Sugiyono (2015,hlm.15) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purpose dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tegalmulyo Yogyakarta yang beralamatkan di Jl Pakuncen No 31,
Pakuncen, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55253. Menurut Sugiyono (2014,
hlm. 308) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan, adapun teknik
pengambilam data adalah observasi, wawancara
3. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi Pendidikan Karakter Melalui
Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri Tegalmulyo
Informasi
Temuan
Berdasarkan hasil wawancara
dan observasi dapat
disimpulkan bahwa kepala
sekolah memiliki peranan
penting dalam implementasi
pendidikan karakter melalui
gerakan literasi sekolah di SD
Negeri TegalMulyo
Yogyakarta.
1) Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin) dalam melaksanakan
dan bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan gerakan literasi
sekolah.
2) Kepala sekolah sebagai educator (pendidik), kepala sekolah
mengajarkan kepada guru dan siswa bagaimana implementasi
gerakan literasi sekolah dapat terlaksana, mengajarkan
bagaimana mengenalkan gerakan literasi sekolah bagi guru dan
siswa, mendidik siswa yang mengalami kesulitan membaca dan
menulis, dan mengajarkan kepada guru bagaimana
mengkondisikan kelas yang kurang kondusif pada saat
pelaksanaan kegiatan literasi.
3) Kepala sekolah sebagai manajer, kepala sekolah yang
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin
dan mengendalikan program gerakan literasi ini agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala sekolah selalu
memantau kegiatan literasi setiap hari.
4) Kepala sekolah sebagai innovator, kepala sekolah memberikan
berbagai inovasi untuk meningkatkan minat baca siswa, seperti
membuat pojok baca yang nyaman di setiap kelas, angkringan
baca, perpustakaan sekolah, dan bekerja sama dengan
perpustakaan keliling sehingga kebutuhan kegiatan literasi
seperti koleksi buku baik fiksi maupun non fiksi di sekolah
cukup terpenuhi.
5) Kepala sekolah sebagai motivator, kepala sekolah selalu
mengingatkan guru, petugas perpustakaan, dan siswa untuk
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 108-114
E-ISSN: 3026-4014
- 111 -
melaksanakan gerakan literasi setiap hari.
Tabel 2. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi Peran Kepala Sekolah dalam
Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Gerakan Literasi Sekolah
Aspek
Temuan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi,
terdapat Faktor pendukung, penghambat dan
Solusi peran kepala sekolah dalam
implementasi pendidikan karakter melalui
gerakan literasi sekolah di SD Negeri
TegalMulyo Yogyakarta.
Faktor Pendukung:
1). Sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan
gerakan literasi sekolah sudah memadai, seperti
koleksi buku di perpustakaan, pojok baca di setiap
kelas, dan perpustakaan keliling.
2). Adanya kerja sama yang baik antara kepala
sekolah, guru.
Faktor penghambat:
1). Kegiatan 15 menit membaca di kelas belum
bervariasi.
2). Kurangnya kesadaran siswa untuk membaca.
Solusi:
1). Melakukan teguran atau nasehat langsung
2). Memberikan contoh yang baik kepada siswa
3). Mendiskusikan antar guru dan kepala sekolah
tentang siswa
Berdasarkan hasil dari penelitian di atas, penelitia senjutnya melakukan reduksi terhadap data yang
telah diperoleh, adapun reduksi data dalam penelitian ini dipaparkan dalam table berikut:
Tabel 3. Reduksi Hasil Wawancara Tentang Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi
Pendidikan Karakter Melalui Gerakan Literasi di SD Negeri Tegalmulyo Yogyakarta
Pertanyaan
Penelitian
Temuan
Reduksi
Peran kepala sekolah
dalam implementasi
Pendidikan karakter
melalui Gerakan
literasi sekolah di SD
Negeri TegalMulyo
Yogyakarta.
Peran kepala sekolah meliputi sebagai
leader (pemimpin), educator (pendidik),
manajer, innovator, motivator.
kepala sekolah berperan yang pertama,
sebagai leader (pemimpin) dalam
menggerakan gerakan literasi sekolah.
Kedua, sebagai educator (pendidik),
kepala sekolah mengajarkan kepada guru
dan siswa bagaimana implementasi
gerakan literasi sekolah dapat terlaksana,
membimbing siswa yang masih
mengalami kesulitan membaca dan
menulis, serte mengajarkan kepada guru
dan siswa untuk mengkondisikan kelas
yang kurang kondusif pada saat literasi.
Ketiga, sebagai manajer, kepala sekolah
yang
merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, memimpin dan
mengendalikan program gerakan literasi
ini agar dapat mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Sebagai kepala sekolah selalu
mengajarkan anak untuk selalu
gemar membaca. Selalu
memotivasi siswa, memberikan
arahan kepada siswa bahwa
literasi tidak hanya membaca,
tetapi juga menulis, membaca
puisi, merangkum dan membuat
cerita pendek.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 108-114
E-ISSN: 3026-4014
- 112 -
Pertanyaan
Penelitian
Temuan
Reduksi
Keempat, sebagai innovator, kepala
sekolah memberikan berbagai inovasi
untuk meningkatkan minat baca siswa,
seperti membuat pojok baca, angkringan
baca, perpustakaan sekolah, dan bekerja
sama dengan perpustakaan keliling.
Kelima sebagai motivator, kepala sekolah
selalu mengingatkan guru dan siswa untuk
melaksanakan gerakan literasi setiap hari
Faktor pendukung dan
penghambat peran
kepala sekolah dalam
implementasi
pendidikan karakter
melalui gerakan
literasi sekolah di SD
Negeri TegalMulyo
Yogyakarta
Faktor pendukungnya meliputi sarana dan
prasarana pendukung pelaksanaan gerakan
literasi sekolah sudah memadai, seperti
koleksi buku di perpustakaan, pojok baca
di setiap kelas, dan perpustakaan keliling.
Adanya reward bagi siswa yang gemar
membaca dan sering berkunjung ke
perpustakaan setiap bulan. Adanya aneka
lomba yang dilaksanakan sekolah
berkaitan dengan literasi seperti membuat
dan membaca puisi, pantun, dan cerita
pendek. Serta adanya kerja sama yang
baik antara kepala sekolah, guru,
Faktor penghambatnya meliputi adanya
kegiatan 15 menit membaca di kelas
belum bervariasi dan Kurangnya
kesadaran siswa untuk membaca
serta
kurangnya
pendampingan dari orang tua
kepada siswa pada saat belajar di rumah
.
Faktor Pendukung:
1). Sarana dan prasarana yang
memadai. 2). Adanya berbagai
program yang berkaitan literasi
3). Adanya kerja sama yang
baik antara kepala sekolah, guru.
Faktor penghambat:
1). Kegiatan 15 menit membaca
belum bervariasi,
2). Adanya siswa yang
mengalami kesulitan membaca
dan menulis,
3). Kurangnya kesadaran siswa
untuk membaca, dan kurangnya
pendampingan orangtua kepada
siswa pada saat belajar di
rumah.
Solusi kepala sekolah
Dalam Membentuk
Gerakan literasi
sekolah di SD Negeri
TegalMulyo
Yogyakarta
Temuan Bagaimana solusi kepala sekolah
dalam membentuk Gerakan literasi SD
Negeri Tegalmulyo Yogyakarta meliputi
guru melakukan peneguran dengan baik
kepada siswa saat siswa melakukan
kesalahan.
Solusinya lebih ke pencegahan
atau ditegur, tegurannya bisa
secara lisan atau tertulis atau
mungkin meminta anak-anak
lain memberikan contoh kalau
ada anak yang seperti ini
dipinjami.
Berdasarkan hasil triangulasi sumber dapat disimpulkan bahwa peran kepala dalam implementasi
pendidikan karakter melalui gerakan literasi sekolah meliputi sebagai educator (pendidik), manager,
leader (leader), innovator, motivator. Faktor pendukungnya meliputi tersedianya sarana dan prasarana
yang memadai, adanya berbagai program yang berkaitan literasi, dan adanya kerja sama yang baik antara
kepala sekolah, guru, petugas perpustakaan, siswa, dan orangtua. Sedangkan faktor penghambatnya
meliputi kegiatan 15 menit membaca belum bervariasi, adanya siswa yang mengalami kesulitan membaca
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 108-114
E-ISSN: 3026-4014
- 113 -
dan menulis, kurangnya kesadaran siswa untuk membaca, solusinya meliputi Melakukan teguran atau
nasehat langsung, Memberikan contoh yang baik kepada siswa, Mendiskusikan antar guru dan kepala
sekolah tentang siswa. Berdasarkan hasil triangulasi teknik dapat disimpulkan bahwa peran kepala dalam
implementasi pendidikan karakter melalui gerakan literasi sekolah meliputi sebagai educator (pendidik),
manager, leader (leader), innovator, motivator. Faktor pendukungnya meliputi tersedianya sarana dan
prasarana yang memadai, adanya berbagai program yang berkaitan literasi, dan adanya kerja sama yang
baik antara kepala sekolah, guru, petugas perpustakaan, siswa, dan orangtua. Sedangkan faktor
penghambatnya meliputi kegiatan 15 menit membaca belum bervariasi, adanya siswa yang mengalami
kesulitan membaca dan menulis, kurangnya kesadaran siswa untuk membaca, solusinya meliputi
Melakukan teguran atau nasehat langsung, Memberikan contoh yang baik kepada siswa, Mendiskusikan
antar guru dan kepala sekolah tentang siswa. Faktor pendukungnya meliputi tersedianya sarana dan
prasarana yang memadai, adanya berbagai program yang berkaitan literasi, dan adanya kerja sama yang
baik antara kepala sekolah, guru, petugas perpustakaan, siswa, dan orangtua. Sedangkan faktor
penghambatnya meliputi kegiatan 15 menit membaca belum bervariasi, adanya siswa yang mengalami
kesulitan membaca dan menulis, kurangnya kesadaran siswa Mendiskusikan antar guru dan kepala
sekolah tentang siswa.
Berdasarkan hasil triangulasi waktu dapat disimpulkan bahwa peran kepala dalam implementasi
pendidikan karakter melalui gerakan literasi sekolah meliputi sebagai educator (pendidik), manager,
leader (leader), innovator, motivator. Faktor pendukungnya meliputi tersedianya sarana dan prasarana
yang memadai, adanya berbagai program yang berkaitan literasi, dan adanya kerja sama yang baik antara
kepala sekolah, guru, petugas perpustakaan, siswa, dan orangtua. Sedangkan faktor penghambatnya
meliputi kegiatan 15 menit membaca belum bervariasi, adanya siswa yang mengalami kesulitan membaca
dan menulis, kurangnya kesadaran siswa untuk membaca, solusinya meliputi Melakukan teguran atau
nasehat langsung, Memberikan contoh yang baik kepada siswa, Mendiskusikan antar guru dan kepala
sekolah tentang siswa. Faktor pendukungnya meliputi tersedianya sarana dan prasarana yang memadai,
adanya berbagai program yang berkaitan literasi, dan adanya kerja sama yang baik antara kepala sekolah,
guru, petugas perpustakaan, siswa, dan orangtua. Sedangkan faktor penghambatnya meliputi kegiatan 15
menit membaca belum bervariasi, adanya siswa yang mengalami kesulitan membaca dan menulis,
kurangnya kesadaran siswa Mendiskusikan antar guru dan kepala sekolah tentang siswa
4. Simpulan dan Saran
Simpulan
Peran kepala sekolah dalam implementasi pendidikan karakter melalui Gerakan literasi sekolah, meliputi
leader (pemimpin), educator (pendidik), manajer, innovator, dan motivator.
Saran
Terdapat faktor pendukung dan penghambat peran kepala sekolah dalam implementasi pendidikan
karakter melalui gerakan literasi sekolah. Faktor pendukungnya meliputi sarana dan prasarana yang
memadai, adanya berbagai program yang berkaitan literasi, serta adanya kerja sama yang baik antara
kepala sekolah, guru. Sedangkan faktor penghambat peran kepala sekolah dalam implementasi
pendidikan karakter melalui gerakan literasi sekolah meliputi kegiatan 15 menit membaca belum
bervariasi, adanya siswa yang mengalami kesulitan membaca dan menulis, kurangnya kesadaran siswa
untuk membaca.
5. Daftar Pustaka
Agus, Cahyo. (2013). Panduan Aplikasi Teori Belajar. Jakarta. PT. Diva Press.
Dewantara, K. H. (2013a). Pemikiran, konsepsi, keteladanan, sikapmerdeka (I) pendidikan. Yogyakarta:
MajelisLuhurTamansiswa.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 2, No. 2, Desember 2024, page: 108-114
E-ISSN: 3026-4014
- 114 -
Dewi utamafaizah, d. (2016). Panduan Gerakan LiterasiSekolah. Jakarta: DirektoratJenderal Pendidikan
Dasar dan MenengahKementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Faizah, D. U. (2016). Panduan Gerakan LiterasiSekolah. Jakarta: DirektoratJenderal Pendidikan Dasar
dan MenengahKementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Kemendiknas. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta
Ketamansiswaan, T. D. (2016). Materi KuliahKetamansiswaan. Yogyakarta: Universitas
SarjanawiyataTamansiswa
Marfuah, N. I. (n.d.). Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Gerakan LiterasiSekolah Di SD N
Karangsari Yogyakarta TahunAjaran 2017/2018. Skripsi.
Mulyasa. (2010). KurikulumBerbasisKompetensi. Bandung: PT RemajaRosdakarya Offset
Samani, M., &Hariyanto. (2013). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: RemajaRosdakarya
Sutama, s. Anggitasari, binta. (2018). Gaya dan hasilBelajarMatematika pada Siswa SMK
Wiedarti, P. (2016). Desain Induk Gerakan LiterasiSekolah. Jakarta: DirektoratJendral Pendidikan Dasar
dan MenengahKementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan karakter (Konsepsi dan Aplikasinyadalam Lembaga Pendidikan.
Jakarta: Prenadamedia Group
Zuchdi, Darmiyati. 2011. Pendidikan Karakter dalamperpektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press