Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 1, No. 2, Desember 2023, page: 95-106
E-ISSN: 3026-4014
- 95 -
Artikel Tinjauan Pustaka Naskah dikirim: 3/07/2023 Selesai revisi: 29/8/2023 Disetujui: 29/10/2023 Diterbitkan:1/12/2023
Pendidikan dalam pemikiran K. H. Ahmad Dahlan
Khristi Rosika Dewi¹, Nurul Istiq’faroh², Hendratno³
Universitas Negeri Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Email: khristi.23006@mhs.unesa.ac.id
Abstrak: Penelitian ini mengkaji pandangan KH. Ahmad Dahlan tentang pendidikan khususnya di
Indonesia. Metode yang dugunakan pada penelitian ini adalah metode studi literatur. Artikel
mengeksplorasi dampak positif penerapan teori pendidikan beliau terhadap masyarakat umum dan negara.
Konsep pendidikan KH Ahmad Dahlan mengarah pada cara membangun generasi yang tidak hanya
cerdas secara intelektual, tetapi juga etis dan bertanggung jawab, dalam bentuk integrasi nilai-nilai
keislaman dalam sistem pendidikan. Hasil dari artikel ini secara ringkas menyoroti perlunya pemahaman
mendalam mengenai perspektif pendidikan dari KH. Ahmad Dahlan agar efektif mengelola reformasi
pendidikan. Prinsip dan standar pendidikan yang diikuti subjek, yang mencakup aspek agama, moral, dan
perilaku. Ahmad Dahlan menjelaskan, pendidikan adalah tentang pengembangan karakter dan
spiritualitas serta transfer ilmu pengetahuan. Melihat perlunya pemahaman mendalam mengenai
perspektif pendidikan dari KH. Ahmad Dahlan agar efektif mengelola reformasi pendidikan. Penilitian ini
berimplikasi pada penguatan peran pendidikan sebagai sarana pembangunan bangsa.
Kata kunci: Peranan, Pendidikan, Pembangunan bangsa
Education in the thoughts of K. H. Ahmad Dahlan
Abstract: This research examines KH Ahmad Dahlan's views on education, especially in Indonesia. The
method used in this research is the literature study method. The article explores the positive impact the
application of his educational theory has on the general public and the country. KH Ahmad Dahlan's
concept of education leads to a way of building a generation that is not only intellectually intelligent, but
also ethical and responsible, in the form of integration of Islamic values in the education system. The
results of this article briefly highlight the need for an in-depth understanding of KH Ahmad Dahlan's
perspective on education in order to effectively manage education reform. The principles and standards
of education followed by the subject, which include religious, moral, and behavioral aspects. Ahmad
Dahlan explained that education is about the development of character and spirituality as well as the
transfer of knowledge. Seeing the need for an in-depth understanding of the educational perspective of
KH. Ahmad Dahlan in order to effectively manage education reform. This research has implications for
strengthening the role of education as a means of nation building.
Keywords: Role, Education, Nation Development
Hak Cipta©2023 Khristi Rosika Dewi, Nurul Istiq’faroh, Hendratno
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International Lice
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 1, No. 2, Desember 2023, page: 95-106
E-ISSN: 3026-4014
- 96 -
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan landasan utama dalam membangun suatu warga yang pintar, inovatif,
serta berdaya saing besar. Dalam konteks pembangunan sesuatu bangsa, kedudukan pendidikan jadi
sangat krusial. Pemikiran ini tidak cuma berlaku pada masa saat ini, namun pula sudah ditekankan
oleh pemikir-pemikir terdahulu, salah satunya merupakan Ahmad Dahlan, seseorang tokoh
pendidikan serta keagamaan yang mempunyai pengaruh besar di Indonesia.Menurut perspektif
Ahmad Dahlan, meyakini kalau pembelajaran wajib mencakup aspek spiritual, moral, serta
intelektual supaya bisa menghasilkan orang yang bertanggung jawab, berakhlak mulia, serta
berkontribusi positif untuk warga serta negeri (Hermawanti and Hermawanti 2020). Tidak hanya
itu, Ahmad Dahlan pula menekankan berartinya pendidikan dalam membentuk kepribadian yang
kokoh serta nilai- nilai keberagaman yang menghormati perbandingan antar individu.
Dalam konteks bangsa Indonesia yang mempunyai keberagaman suku, agama, budaya, serta
bahasa, pendidikan diharapkan sanggup jadi jembatan yang menghubungkan bermacam elemen ini,
menghasilkan rasa persatuan, serta memperkokoh bukti diri nasional. Sebagai tantangan globalisasi,
pendidikan pula berfungsi dalam melindungi kearifan lokal serta nilai- nilai budaya yang ialah
bagian integral dari bukti diri sesuatu bangsa. Ahmad Dahlan yakin kalau pendidikan wajib
membimbing generasi muda supaya senantiasa menyayangi serta menghargai peninggalan budaya
mereka, sembari senantiasa terbuka terhadap ide- ide serta pengetahuan baru yang tiba dari luar
(Nurhadi 2017).
Secara garis besar, Tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan individu agar dapat
mencapai potensi penuhnya, berkontribusi positif dalam masyarakat, dan menghadapi tantangan
dunia. Melalui pendidikan, individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang
penting dalam kehidupan mereka. Pendidikan juga bertujuan untuk mengembangkan karakter,
moralitas, dan etika, membantu individu menjadi warga yang bertanggung jawab dan peduli
terhadap lingkungan sekitar. Selain itu, pendidikan bertujuan untuk meningkatkan akses ke peluang
ekonomi, mengurangi ketidaksetaraan, dan memberdayakan individu untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik (Sujana 2019). Dengan demikian, tujuan pendidikan melibatkan pengembangan
secara holistik individu, masyarakat yang inklusif, dan dunia yang lebih berkelanjutan.
Pembangunan bangsa merupakan proses di mana suatu negara bekerja keras untuk membuat
kehidupan warganya menjadi lebih baik. Ini mencakup berbagai upaya untuk meningkatkan
ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, sehingga masyarakat bisa hidup lebih baik.
Tujuannya adalah menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera, adil, dan mandiri. Dalam konteks
ini, pembangunan bangsa melibatkan usaha bersama untuk mencapai tujuan yang akan membawa
perubahan positif bagi semua penduduk negara tersebut. Terutama pada pendidikan, Dengan
pendidikan yang bagus, negara bisa memiliki masyarakat yang bisa menghadapi masalah dan
membuat negara tersebut lebih baik (Kartono and Nurcholis 2016). Oleh karena itu, hubungan
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 1, No. 2, Desember 2023, page: 95-106
E-ISSN: 3026-4014
- 97 -
antara pembangunan bangsa dan pendidikan sangat penting untuk membuat hidup lebih baik untuk
semua orang.
Faktor ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan, berperan dalam
mendukung sumber daya pendidikan yang memadai. Faktor sosial, seperti akses pendidikan dan
layanan kesehatan, memengaruhi kualitas pendidikan dan kesejahteraan masyarakat (Prasetyo
2015). Selain itu, faktor politik seperti stabilitas dan tata pemerintahan yang baik dapat menciptakan
lingkungan yang mendukung pengembangan sistem pendidikan yang efektif. Budaya juga memiliki
dampak pada nilai-nilai yang ditanamkan dalam pendidikan, mempengaruhi karakter dan etika
warga (Bagianto, Wandy, and Zulkarnaen 2020). Oleh karena itu, pemahaman faktor-faktor ini dan
hubungannya dengan pendidikan adalah kunci dalam mencapai pembangunan bangsa yang inklusif
dan berkelanjutan.
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mangulas lebih lanjut tentang
gagasan-gagasan Ahmad Dahlan menimpa kedudukan pendidikan dalam pembangunan bangsa. Kita
hendak menggali konsep- konsepnya tentang pemberdayaan warga lewat pendidikan, pembuatan
kepribadian yang kokoh, dan pemeliharaan serta pengembangan nilai-nilai budaya dalam
mengalami arus globalisasi. Dengan menguasai dengan mendalam perspektif Ahmad Dahlan,
diharapkan kita bisa menciptakan solusi-solusi yang relevan serta efisien buat tingkatkan sistem
pendidikan di Indonesia, menghasilkan generasi penerus yang tangguh serta bermutu, dan bawa
bangsa ini mengarah masa depan yang lebih terang.
2. Metode Penelitian
Metode penulisan artikel ilmiah ini adalah dengan metode kualitatif dan kajian pustaka
(libary research). Mengkaji teori atau hubungan antar variabel dari buku-buku dan jurnal, baik
secara offline diperpustakaan dan secara online yang bersumber dari mendeley, googlescholar dan
media online lainnya yang mudah didapatkan. (Nurhayati, Lias Hasibuan 2021).
Dalam penelitian kualitatif maka kajian pustaka harus digunakan secara konsisten dengan
berbagai asumsi metodologis. Artinya harus digunakan secara induktif sehingga tidak mengarahkan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Salah satu alasan utama untuk melakukan
penelitian kualitatif yaitu, bahwa penelitian tersebut bersifat eksploratif. (N.Nurhayati, Mukti, et al.
2022).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan kajian kepustakaan (library
research), yaitu data yang diteliti dari berbagai buku yang bersumber dari khasanah kepustakaan.
Menggunakan pendekatan deskriptif analisis, yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan ide pemikiran
seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi
terhadap hasil penelitian yang dilakukan. (N. Nurhayati, Nasir, et al.2022).
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 1, No. 2, Desember 2023, page: 95-106
E-ISSN: 3026-4014
- 98 -
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan memanfaatkan berbagai
referensi buku, dokumen, sejarah, dan lain-lain yang dianggap sesuai dengan permasalahan yang
diteliti. Sangat sulit memetakan konsep pemikiran K.H Ahmad Dahlan, karena tidak satupun
dokumen tertulis darinya. Namun setidaknya ada buku-buku yang terkait dengan tema penelitian.
(Nurhayati, Afrizawati, and Rivaldo 2021).
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah metode dokumentasi. Esterbeg
mengatakan bahwa metode dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang dibuat
oleh manusia. Dokumen berguna jika peneliti ingin mendapatkan informasi mengenai suatu
peristiwa tetapi mengalami kesulitan untuk mewawancarai langsung para pelaku. Kondisi tersebut
mungkin terjadi jika peneliti melakukan studi pada peristiwa masa lalu dimana para pelaku sudah
meninggal. (Arofah 2016).
Penelitian dilakukan pada target atau subjek sekolah dibawah naungan Muhammadiyah agar
mendapatkan data yang valid. Selainitu penulis juga mengambil subjek penelitian yang bersumber
dari penelitian terdahulu yang relevan. (Saputra and Fidri 2022). Selanjutnya dibahas lebih
mendalam pada bagian yang berjudul “Pustaka Terkait” (relatedliterature) atau kajian pustaka
(review of literature), sebagai dasar perumusan hipotesis danselanjutnya akan menjadi dasar untuk
melakukan perbandingan dengan hasil atau temuan-temuan yang terungkap dalam penelitian. (N.
Nurhayati and Rosadi 2022).
3. Hasil dan Pembahasan
Biografi KH. Ahmad Dahlan
K.H Ahmad Dahlan dilahirkan di Kauman Yogyakarta pada tanggal 1 agustus 1868. Kauman
merupakan sebuah kampung yang terletak di jantung kota Yogyakarta. K.H Ahmad Dahlan waktu
kecil bernama Muhammad Darwis(Adi Nugraha, 2009: 46). K.H Ahmad Dahlan merupakan anak
dari K.H Abu Bakar dan Siti Aminah. K.H Abu Bakar adalah seorang pejabat kepengulon kesultan
Yogyakarta Hadiningrat dengan gelar Penghulu Katib di Mesjid Besar Kesultanan. Sedang ibunya,
Nyai Abu Bakar adalah putri dari K.H Ibrahim bin K.H Hasan yang juga merupakan pejabat
kepengulon kesultan Yogyakarta (Hamdan, 2009: 46). K.H Ahmad Dahlan memiliki 6 orang
saudara, yaitu Nyai Ketib Harun, Nyai Mukhsin atau Nyai Nur, Nyai Haji Saleh, Ahmad dahlan,
Nyai Abdurahim, Nyai Muhammad Pakin dan Basir (Hasbullah, 1999: 113-114). Ia termasuk dari
keturunan kedua belas dari maulana Ibrahim, salah satu seorang walisongo, yaitu pelopor
penyebaran Islam di Jawa.
K.H Ahmad Dahlan dalam mendapatkan pembelajaran ketika masih kecil dengan metode
homeschooling. Metode ini bukan hal yang baru dalam dunia pendidikan, begitu juga K.H Ahmad
Dahlan. Ketika memasuki usia sekolah ia tidak disekolahkan disekolah formal, melainkan diasuh
dididik mengaji al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama oleh orang tuanya. Pada Usia 8 tahun ia
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 1, No. 2, Desember 2023, page: 95-106
E-ISSN: 3026-4014
- 99 -
sudah lancar membaca al-Qur’an hingga khatam (Herry Sucipto, 2010:57). Selain belajar dengan
ayahnya K.H Ahmad Dahlan juga belajar di pondok pesantren. Di lembaga ini inilah ia belajar
qira’ah, tafsir, dan bahasa arab. Setelah menyelesaikan di pondok pesantren Yogkarta, pertama
kalinya ia berangkat ke Mekkah di tahun 1890. Selama satu tahu ia belajar di Mekkah. Salah satu
gurunya adalah Syaikh Ahmad Khatib, seorang pembaharu dari Minangkabau, Sumatra Barat. Pada
Tahun 1903 untuk kedua kalinya ia menetap lebih lama yaitu selama dua tahun (Abudin Nata, 2005:
99). Ia kembali memperdalam ilmu agamanya kepada guru-guru yang telah mengajarinya pada
waktu haji pertama. Selama di Mekkah K.H Ahmad Dahlan secara regular mengadakan hubungan
dan mendiskusikan masalah-masalah sosial dan keagamaan, temasuk masalah yang sedang terjadi
di Indonesia dengan para ulama Indonesia yang bermukin di Arab Saudi.
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan mendirikan sebuah organisasi islam Muhammadiyah, yang
bertujuan untuk mengembangkan pendidikan, moral, serta meningkatkan kemandirian ekonomi
masyarakat muslim di Indonesia. Organisasi ini juga bertujuan untuk melawan pengaruh agama-
agama tradisional dengan praktik-praktik keagamaan yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran
syariat islam murni. Pada awal pembuatan organisasi ini, Ahmad Dahlan kerap kali mendapatkan
berbagai fitnah, tuduhan, serta hasutan baik dari keluarga maupun masyarakat sekitar. Namun
dengan tekad dan semangatnya, ia terus memimpin dan mengembangkan Muhammadiyah agar
menjadi salah satu kekuatan besar dalam masyarakat Indonesia (Mukhtarom 2015). Ahmad Dahlan
mendirikan sebuah sekolah dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyyah Islamiah. Pada bulan
ketujuh sekolah tersebut telah mendapat bantuan guru dari Organisasi Budi Utomo. Setelah
berbagai pengalaman dan interaksi dengan kelompok di luar komunitas santri Kauman, pada
tanggal 18 November 1912 Masehi di Yogyakarta, K.H. Ahmad Dahlan akhirnya mendirikan
sebuah organisasi yang kita kenal sebagai Muhammadiyah. Atas jasa-jasanya dalam
membangkitkan kesadaran akan nasionalisme bangsa melalui gerakan pembaruan islam dan
pendidikan beliau diangkat sebagai Pahlawan Kemerdekaan oleh pemerintah RI dengan SK. Nomor
657 tahun 1961 (Helwig, Hong, and Hsiao-wecksler, n.d.). K.H. Ahmad Dahlan menjadi salah satu
tokoh yang snagat vokal dalam mendukung pendidikan modern. Ia mendirikan sekolah-sekolah
Muhammadiyah yang menggabungkan ajaran agama islam dan pengetahuan umum. Beliau juga
berusaha untuk memperbaiki sistem pendidikan tradisional dengan menambahkan ajaran-ajaran
islam kedalam kurikulum modern. Tidak hanya aktifdalam bidang pendidikan, beliau juga sering
kali bergabung dalam kegiataan sosial dan kemanusiaan. Ia mendirikan rumah sakit, panti asuhan,
dan membantu masyarakat miskin. Selain kegiatan sosial dan pendidikan, Ahmad Dahlan juga
banyak terlibat dalam aktivitas politik. Ia turut membantu dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia dan menentang penjajahan yang dilakukan oleh Belanda. K.H. Ahmad Dahlan terus
melanjutkan perjuangannya dalam dunia pendidikan dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia
sampai akhir hayatnya. Beliau wafat pada 23 Februari 1923. Pada saat kematiannya,
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 1, No. 2, Desember 2023, page: 95-106
E-ISSN: 3026-4014
- 100 -
Muhammadiyah telah menjadi salah satu organisasi islam terkemuka di Indonesia (Dahlan 1923).
K.H. Ahmad Dahlan dihormati sebagai tokoh yang berdedikasi dan penuh semangat dalam
memajukan bangsa harus dibuat secarajelas dan resolusi yang cukup.
Kontribusi Pendidikan Terhadap Kemajuan Bangsa
Pendidikan memiliki peran penting dalam mrningkatkan pemikiran dan pengetahuan seorang
individu. Peran pendidikan dapat menjadi pengalaman belajar dimana seseorang belajar tentang
berbagai aspek kehidupan, memahami berbagai sudut pandang dan mencoba menerapkannya dalam
kehidupan seharihari. Pendidikan penting bagi anak-anak, orang dewasa dan masyarakat. Salah satu
peran pendidikan yang akan sangat berguna bagi individu adalah suatu peran berfikir kritis, cara
berfikir ini akan dapat meningkatkan keterampilan sosial, etika, dan nilai-nilai moral (Setiawan
2013). Berfikir kritis juga dapat membantu individu dalam membentuk sikap positif,
kepemimpinan, dan rasa tanggung jawab sehingga seorang individu tersebut dapat menjadi anggota
masyarakat yang berbudi pekerti baik dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
Dengan memastikan akses yang sama terhadap pendidikan di semua lapisan masyarakat,
pembangunan sosial dapat dicapai secara lebih adil. Pendidikan merupakan alat penting yang
memberikan kesempatan yang sama bagi individu dari berbagai latar belakang untuk mewujudkan
potensi mereka sepenuhnya. Upaya mempersempit kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin
dilakukan dengan menjamin pemerataan hak pendidikan bagi seluruh anggota masyarakat.
Pendidikan tidak hanya merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas hidup individu tetapi juga
memberikan landasan yang kokoh bagi pembangunan berkelanjutan. Dengan menciptakan landasan
pendidikan yang kuat, masyarakat dapat mengharapkan pembangunan yang seimbang dan inklusif,
memastikan semua warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi terhadap
kemajuan dan kesejahteraan bersama (Nugroho 2014).
Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan suatu negara karena merupakan
pilar utama dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Proses pendidikan tidak
hanya memberikan pengetahuan akademis tetapi juga membentuk karakter, keterampilan dan nilai-
nilai moral yang diperlukan untuk kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikan yang baik,
masyarakat dapat menghasilkan individu yang memiliki pemahaman mendalam terhadap tantangan
dan peluang yang dihadapi negaranya. Pada saat yang sama, pendidikan juga berperan dalam
mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, sehingga
memberikan landasan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Ilma 2015).
Pengajaran dan peran pendidikan menurut Ahmad Dahlan Sebagai tokoh dalam dunia
pendidikan serta pemikir islam di Indonesia KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa pendidikan
bukan hanya tempat untuk menyalurkan ilmu saja, namun juga membentuk etika, moral, dan
karakteristik. Ahmad Dahlan berfilosofi bagaimana pentingnya menyeimbangkan pendidikan
pengetahuan umum dan nilai-nilai beragama serta kemanusiaan. Ahmad Dahlan juga meyakini
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 1, No. 2, Desember 2023, page: 95-106
E-ISSN: 3026-4014
- 101 -
bahwa untuk membentuk individu islam yang memiliki moral tinggi serta wawasan yang luas
tehadap dunia itu harus seimbang dalam mengambil arah pendidikan tidak hanya berfokus pada
pendidikan spiritual saja atau sebaliknya, hal ini merupakan inovasi yang bertentangan yang terjadi
pada pendidikan pesantren dan sekolah model belanda dulu, dimana pendidikan pesantren hanya
fokus pada pembentukan individu yang alim agama dan saleh saja dan sekolah model belanda juga
hanya berorientasi dalam pengajaran yang berfokus pada pengajaran umum tanpa adanya
pengajaran agama (Asman, Wantini, and Betty Mauli Rosa Bustam 2021).
Dengan ketidakseimbangan ini KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa tujuan dari sebuah
pendidikan yang sempurna adalah mampu menciptakan individu yang baik dan memiliki
kemampuan dalam agama serta pengetahuan umum. Untuk mencapai tujuan yang diinginkn
tersebut Ahmad Dahlan menciptakan Lembaga-lembaga pendidikan yang mengkolaborasikan ilmu
spiritual dan ilmu umum dengan cara memperkenalkan pendekatan ilmu yang holistik dengan
mencampurkan nilai-nilai ilmu dunia dan juga nilai-nilai ilmu agama, serta memberikan kebebasan
dalam berkreatifitas pada para peserta didik dengan harapan peserta didik akan lebih mahir untuk
mengembangkan pemikiran yang kritis serta dapat menghargai dengan potensi hati yang bersih dan
suci (Roybah and Munib 2022).
Dalam Pembangunan bangsa pendidikan memiliki peran yang sangat penting, menurut
Ahmad Dahlan pendorong utama kemajuan dan pengembangan Masyarakat dan bangsa adalan
pendidikan sebagaimana pendidikan dapat memainkan peran kunci dalam pembentukan
karakteristik warga yang baik dan berkualitas serta dapat berkontribusi dalam Pembangunan
nasional bangsa. Dalam pengembangannya Ahmad Dahlan menjunjung tinggi pengembangan daya
kritis peserta didik, seperti kemahiran berpikir kritis serta kemampuan analisis mendalam.
Pendekatan dialogis juga menjadi suatu hal penting dalam visi Ahmad Dahlan seperti menciptakan
lingkungan belajar yang baik dan mendorong siswa untukdapat memupuk pemahaman secara
mendalam, Selanjutnya Ahmad Dahlam juga memaparkan dan menekanakan pada potensi akal dan
hati yang suci sebagai kunci dari pendidikan seperti mengembangkan moralitas serta keimanan
yang baik. Selain itu penggabungan antara pendidikan modern dan juga pendidikan tradisional
menjadi fokus Ahmad Dahlan. Beliau melihat bahwa pendidikan yang sukses harus menyatukan
aspek- aspek ini secara seimbang dan utuh, menciptakan siswa yang memiliki keseimbangan antara
pengetahuan agama dan umum (Perspektif and Dahlan 1921).
Organisasi Muhammadiyah Pada tahun 1911, KH. Ahmad Dahlan mendirikan Madrasah
Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah sebagai bukti komitmen awal Muhammadiyah terhadap Pendidikan.
Sejarah Muhammadiyah menunjukkan bahwa organisasi ini lahir dari rahim pendidikan” dan
menjadi “gerakan pendidikan” (Arofah and Jamu’in 2015). Muhammadiyah berkembang ke
berbagai bidang, termasuk dakwah dan tajdid, dan tidak hanya terbatas pada bidang pendidikan.
Muhammadiyah adalah salah satu kelompok Islam di Indonesia yang telah mencapai banyak
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 1, No. 2, Desember 2023, page: 95-106
E-ISSN: 3026-4014
- 102 -
kesuksesan, terutama dalam bidang amal dan bisnis. Menurut Prof. Nurcholis Madjid (1997),
seorang cendekiawan Muslim mengatakan bahwa Muhammadiyah dianggap sebagai organisasi
Islam modern terbesar di dunia. Ini melampaui organisasi Islam di negara-negara yang mayoritas
penduduknya adalah Muslim. Madid menekankan keberhasilannya dalam memiliki struktur
kelembagaan modern dan produk sosial dan keagamaan yang luar biasa, menjadikannya kisah
sukses tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga di tingkat global (Huda and Kusumawati 2019).
KH. Ahmad Dahlan memiliki sebuah organisasi yang dinamai dengan nama Muhammadiyah
yang didirikan pada tanggal 18 November 1912. Organisasi Muhammadiyah memiliki gerakan
dakwah “amar ma’ruf nahi mungkar” yang memiliki arti “mengajak pada kebaikan dan mencegah
kemungkaran”. Pemikiran dari gerakan dakwah ini tercermin pada pendidikan sekolah-sekolah yang
didirikan oleh organisasi Muhammadiyah yang tidak hanya menekankan pembelajaran akademis,
tetapi juga mengajarkan nilai-nilai keislaman, kedisiplinan, dan pengabdian kepada masyarakat.
Organisasi Muhammadiyah, yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, telah membantu banyak
orang, terutama di daerah-daerah yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap pendidikan
formal (Rusydi 2015). Salah satu prestasi unggulan Muhammadiyah adalah di bidang pendidikan.
Sebagaimana diberitakan pada Kongres ke-46 tahun 2010 di Yogyakarta, Muhammadiyah
mengelola 16.942 lembaga pendidikan, diantaraya ialah taman kanak kanak, pendidikan anak usia
dini, sekolah dasar (SD, MI), sekolah menengah pertama dan atas (SMP, MTS, SMA, DAN MA),
sekolah menengah kejuruan (SMK), serta 172 institusi perguruan tinggi, islam pesantren, dan
sekolah farmasi. Jaringan institusi pendidikan yang luas ini dianggap sebagai keberhasilan yang
signifikan, mencerminkan komitmen organisasi dalam menyediakan pendidikan di semua tingkatan.
Keberhasilan Muhammadiyah tentunya tidak lepas dari kontribusi pendirinya, K.H. Ahmad
Dahlan, dan komitmen organisasi terhadap ajaran agama yang tulus. K.H. Ahmad Dahlan, pendiri
Muhammadiyah, menegaskan bahwa mencari pemahaman Islam yang benar, mendorong pemikiran
kritis, dan menghindari ketaatan buta terhadap keyakinan diri sendiri adalah faktor penting dalam
keberhasilan Muhammadiyah. Muhammadiyah menjadi lembaga terkemuka di bidang sosial,
pendidikan, dan keagamaan di Indonesia karena kontribusinya dalam bidang kesehatan, panti
asuhan, dan pendidikan. Para sarjana, termasuk James Peacock, menilai Muhammadiyah dengan
baik, mengakui pertumbuhannya sebagai gerakan Islam yang kuat dan terorganisir di Asia
Tenggara. Peacock juga mengakui kontribusi Muhammadiyah terhadap masyarakat, pendidikan,
dan statusnya sebagai salah satu gerakan perempuan Islam terbesar di dunia melalui "Aisyiah"
(Abdul et al. 2014). Kesimpulannya, keberhasilan Muhammadiyah merupakan hasil usaha yang
tulus, komitmen terhadap ajaran agama yang tulus, dan kontribusi yang signifikan terhadap
berbagai aspek masyarakat Indonesia, khususnya di bidang pendidikan.
Pendidikan Perspektif KH. Ahmad Dahlan Pendidikan menurut KH. Ahmad Dahlan disini
yaitu pendidikan islam yang memiliki visi-misi dan cita-cita yang mendalam mengenai
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 1, No. 2, Desember 2023, page: 95-106
E-ISSN: 3026-4014
- 103 -
perkembangan pendidikan yang membahahas akademis, moral dan juga spiritual. Menurut
perspektif Ahmad Dahlan pendidikan tidak hanya sebuah alat yaung digunakan untuk mentransfer
suatu ilmu pengetahuan, melainkan dapat digunakan sebagai sarana dalam pembentukan karakter
pada setiap individu. Metode modern pada tahun 1912 memiliki kurikulum yang jelas, sistem
klasik, papan tulis, dan perlengkapan belajar. Pembaruan pendidikan Islam oleh KH Ahmad Dahlan
lebih menekankan sistem pendidikan kontemporer atau pengajaran pendidikan dengan model
Belanda. Menggunakan pencampuran metode pendidikan Belanda dengan pendidikan pesantren,
K.H. Ahmad Dahlan disebut sebagai orang yang menyepelekan agama karena meniru metode
pendidikan orang belanda pada masa itu (Perspektif and Dahlan 1921). Pendidikan yang dirintis
oleh KH.Ahmad Dahlan memadukan iman dan kemajuan sehingga mencetak generasi yang mampu
menghadapi zaman agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Pandangan pendidikan KH Ahmad Dahlan menekankan bahwa dalam proses pembelajaran,
nilai-nilai moral dan spiritual harus dimasukkan. Dia percaya bahwa pendidikan sebenarnya adalah
upaya untuk membangun karakter yang kuat dan moralitas. Lembaga pendidikan formal,
menurutnya, tidak hanya bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan, tetapi juga
bertanggung jawab untuk mendidik siswa untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat.
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan adalah usaha bersama antara lembaga pendidikan,
keluarga, dan masyarakat. Orang tua, komunitas, dan tokoh agama untuk berpartisipasi secara aktif
dalam mendukung perkembangan pendidikan anak-anak. Oleh karena itu, interaksi antara siswa,
orang tua, dan guru dianggap sebagai komponen penting dari pendidikan dan harus diprioritaskan
Gagasan KH. Ahmad Dahlan tentang lingkungan pendidikan yang inklusif (Mayarisa 2018). Maka
dari itu, pemikiran pendidikan KH. Ahmad Dahlan dapat melampaui batas institusi pendidikan
formal dan masuk ke masyarakat, membentuk dasar yang kokoh untuk pendidikan yang
berkelanjutan dan bermanfaat bagi kemajuan bangsa Indonesia.
John Dewey adalah seorang filsuf pendidikan yang menekankan pentingnya pengalaman
dalam pembelajaran. Beliau menekankan bahwa pendidikan harus berfokus pada pengalaman nyata
yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Ia juga menekankan pentingnya eksperimen dan
kerja sama dalam belajar. Menurut John Dewey, pendidikan harus mempersiapkan siswa untuk
menjadi anggota masyarakat yang aktif, bukan hanya penerima pengetahuan. Pendekatan
pendidikan Dewey menekankan peningkatan kreativitas, keterampilan berpikir kritis, dan
kemampuan beradaptasi. Sementara itu, tokoh pendidikan Indonesia Ahmad Dahlan menekankan
pentingnya pendidikan untuk mempersiapkan generasi muda untuk menjadi pemimpin yang
bertanggung jawab dan berakhlak mulia. Dahlan menekankan betapa pentingnya pendidikan agama
dan moral dalam membentuk karakter siswa, serta betapa pentingnya pendidikan untuk memajukan
masyarakat dan negara. Dengan fokus pada pendidikan yang berbasis agama dan moral,
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 1, No. 2, Desember 2023, page: 95-106
E-ISSN: 3026-4014
- 104 -
Muhammadiyah, yang didirikan oleh Ahmad Dahlan, memainkan peran penting dalam
pengembangan pendidikan di Indonesia.
Dari perbandingan tersebut, dapat dilihat bahwa peran pendidikan menurut John Dewey lebih
menekankan pada pengalaman, keterampilan berpikir kritis, dan persiapan siswa untuk menjadi
anggota aktif dalam masyarakat. Sementara itu, peran pendidikan menurut Ahmad Dahlan lebih
menekankan pada pembentukan karakter, pendidikan agama, moral, serta peran pendidikan dalam
memajukan masyarakat dan negara. Kedua tokoh ini memberikan kontribusi yang berbeda namun
penting dalam pemikiran pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa peran pendidikan menurut John
Dewey lebih menekankan pada pengalaman belajar yang kontinutif dan interaktif, pengalaman
nyata yang diselidiki secara kritis dan aktif, serta apresiasi sebagai bagian integral dari proses
pembelajaran. Sementara itu, peran pendidikan menurut Ahmad Dahlan lebih menekankan pada
pembentukan karakter, pendidikan agama, moral, serta peran pendidikan dalam memajukan
masyarakat dan negara.
4. Simpulan
KH. Ahmad Dahlan mengatakan bahwa pendidikan merupakan alasan utama dalam kemajuan
Masyarakat Indonesia dan sangat penting dalam proses Pembangunan bangsa. Ditegaskan pula bahwa
pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan, namun juga sebagai alat pengembangan kualitas spiritual
dan moral. Beliau menganggap bahwa pendidikan bukan sekedar membentuk individu yang cerdas secara
intelektual, tetapi lebih dari itu, seperti membentuk karakteristik serta moral yang tinggi pada Masyarakat
Indonesia itu sendiri.
Sebelumnya, KH. Ahmad Dahlan berfokus pada nilai-nilai islam dan juga pendidikan inklusif. Hal
ini dilakuakan dengan tujuan supaya menciptakan generasi yang bukan hanya ahli pada pengajaran islam
saja namun juga memiliki standar moral yang sesuai dengan ajaran agama islam. Beliau menegaskan
bahwa pendidikan sebagai mesin penunjang untuk perkembangan bangsa jangka Panjang yang nantinya
akan mengarah pada kebenaran, keadilan, dan juga keberanian bangsa.
Pada konteks Pembangunan bangsa, Pembaharuan Pendidikan Islam karya KH. Ahmad Dahlan
menitikberatkan pada sistem pendidikan modern dan pengajaran berdasarkan model Belanda. K.H.
Ahmad Dahlan menggunakan perpaduan metode pengajaran Belanda dan pendidikan pesantren. Ahmad
Dahlan dianggap sebagai orang yang meremehkan agama karena meniru metode pendidikan Belanda
pada masanya menurut KH. Ahmad Dahlan Pendidikan yang dikembangkan memadukan keimanan dan
kemajuan sehingga menghasilkan generasi yang mampu bertahan mengikuti perkembangan zaman dan
mencapai tujuan yang diharapkan.
Temuan yang mengejutkan dari pemikiran Ahmad Dahlan adalah pendekatan holistiknya, beliau
menganggap pendidikan bukan hanya seputar transfer ilmu dan berfokus pada kemajuan materi saja.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 1, No. 2, Desember 2023, page: 95-106
E-ISSN: 3026-4014
- 105 -
Namun, beliau menganggap pendidikan harusnya bersifat tidak terbatas dan juga harus mencakup semua
aspek moral, spiritual, dan karakteristik sosial.
5. Daftar Pustaka
Abdul, Maman, Majid Binfas, Mohd Syukri, Yeoh Abdullah, Ahmad Munawar, and Ismail Abstrak.
(2014). Mohd Syukri Yeoh Abdullah & Ahmad Munawar Ismail 65. International Journal of the
Malay World and Civilisation (Iman) 2 (2): 6580.
Arofah, Siti, and Maarif Jamuin. (2015). Gagasan Dasar Dan Pemikiran Pendidikan Islam K.H Ahmad
Dahlan. Tajdida: Jurnal Pemikiran Dan Gerakan Muhammadiyah 13 (2): 11424.
http://journals.ums.ac.id/index.php/tajdida/article/view/1889.
Asman, Wantini, and Betty Mauli Rosa Bustam. (2021). Filosofi Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan Dan
Implikasinya Pada Epistemologi Pendidikan Islam Kontemporer. Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-
Thariqah 6 (2): 26281.
https://doi.org/10.25299/al-thariqah.2021.vol6(2).6119.
Bagianto, Agus, Wandy, and Zulkarnaen. (2020). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan
Ekonomi. Jurnal Ilmiah Mea VOL4 NO 1 (1): 31632.
www.journal.stiemb.ac.id/index.php/mea/article/view/263.
Helwig, Nathaniel E, Sungjin Hong, and Elizabeth T Hsiao-wecksler. n.d. “No
観的健康感を中心とした在宅高齢者における 康関連指標に関する共分散構造 分析Title.”
Hermawanti, Yuliana, and Yuliana Hermawanti. (2020). Konsep Pendidikan Islam Menurut K.H. Ahmad
Dahlan Yuliana Hermawanti 1 Nisrokha 2. 2 (September).
Huda, Syamsul, and Dahani Kusumawati. (2019). Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan. Tarlim:
Jurnal Pendidikan Agama Islam 2 (2): 163. https://doi.org/10.32528/tarlim.v2i2.2607.
Ilma, Naufal. (2015). Modal Utama Membangun Karakter Bangsa. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 3
(1): 8287.
Kartono, Drajat Tri, and Hanif Nurcholis. (2016). Konsep Dan Teori Pembangunan. Pembangunan
Masyarakat Desa Dan Kota IPEM4542/M: 23 24.
Mayarisa, Diyah. (2018). Konsep Integrasi Pendidikan Islam Dalam Perspektif Pemikiran Kh. Ahmad
Dahlan. Fitra 2 (1): 41. http://jurnal.staitapaktuan.ac.id/index.php/fitra/article/view/24
Mu’thi, Abdul, Abdul Munir Mulkhan, Djoko Marihandono, and Tim Museum Kebangkitan Nasional.
(2015). K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923). Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal
Kebudayaan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Vol. 10.
Mukhtarom, Asrori. (2015). “Menelusuri Rekam Jejak Amal Dan Perjuangan Kh. Ahmad Dahlan.” Jurnal
Dinamika UMT 1 (1): 1. https://doi.org/10.31000/dinamika.v1i1.485.
Nugroho. (2014). Pengaruh Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Media Ekonomi Dan
Manajemen 29 (2): 195202. http://jurnal.untagsmg.ac.id/index.php/fe/article/view/229.
Nurhadi, Rofiq. (2017). Pendidikan Nasionalisme-Agamis Dalam Pandangan K.H. Ahmad Dahlan Dan
K.H. Hasyim Asy’ari. Cakrawala: Jurnal Studi Islam 12 (2): 12132.
https://doi.org/10.31603/cakrawala.v12i2.1716.
Prasetyo, Yudik. (2015). Kesadaran Masyarakat Berolahraga Untuk Peningkatan Kesehatan Dan
Pembangunan Nasional. Medikora 11 (2): 21928. https://doi.org/10.21831/medikora.v11i2.2819
Roybah, Roybah, and Abdul Munib. (2022). Konsep Pendidikan Islam Perspektif KH. Ahmad Dahlan
Dan Relevansinya Dengan Era Global Pendidikan Di Indonesia. Jurnal Pemikiran, Pendidikan Dan
Penelitian Ke-Islaman 8 (1): 86 99. http://journal.uim.ac.id/index.php/ahsanamedia.
Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE)
Vol. 1, No. 2, Desember 2023, page: 95-106
E-ISSN: 3026-4014
- 106 -
Rusydi. (2015). Peran Muhammadiyah Konsep Pendidikan Dan Tokoh. Tarbawi Vol. 1 (2): 13948.
Setiawan, Deny. (2013). Peran Pendidikan Karakter Dalam Mengembangkan Kecerdasan Moral. Jurnal
Pendidikan Karakter 4 (1): 5363. https://doi.org/10.21831/jpk.v0i1.1287.
Sujana, I Wayan Cong. (2019). “Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Indonesia.” Adi Widya: Jurnal
Pendidikan Dasar 4 (1): 29. https://doi.org/10.25078/aw.v4i1.9