JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 2, November 2024, page: 51-57
E-ISSN: 3031-2957
51
Suwandi et.al (Peran Perguruan Pencak Silat….)
Peran Perguruan Pencak Silat MS Jalan Enam
Pengasinan dalam Pembentukan Karakter
Suwandi
a,1
, Riska Putri
b,2
, Mas Fierna Janvierna Lusie Putri
c,3
, Tajudin
d,4
a,b,c,d
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia
1
wandy.idoy@gmail.com;
2
rizkaputri471@gmail.com;
3
dosen02649@unpam.ac.id;
4
dosen00867@unpam.ac.id
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 5 Agustus 2024
Direvisi: 11 September 2024
Disetujui: 4 Oktober 2024
Tersedia Daring: 1 November 2024
Penelitian ini membahas peran Pencak Silat MS Jalan Enam
Pengasinan dalam pembentukan pendidikan karakter anak-anak
melalui penerapan nilai-nilai seperti disiplin, tanggung jawab, dan
keberanian. Perguruan ini, yang didirikan oleh H. Mai'in Bin H.
Ki`in, menggunakan tradisi dan ritual khusus sebagai bagian dari
proses pendidikan anggotanya. Pendekatan kualitatif diterapkan
dalam penelitian ini, dengan pengumpulan data melalui
wawancara mendalam dan observasi terhadap pelatih serta
anggota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pencak Silat MS
Jalan Enam Pengasinan berfungsi tidak hanya sebagai seni bela
diri, tetapi juga sebagai alat yang efektif dalam membentuk
karakter positif, terutama dalam aspek sosial dan budaya. Dengan
demikian, pencak silat memberikan kontribusi signifikan dalam
mendidik generasi muda yang memiliki kepribadian kuat dan
mampu berperan secara konstruktif dalam lingkungan sosial
mereka.
Kata Kunci:
Pencak Silat
Pendidikan Karakter
MS Jalan Enam Pengasinan
ABSTRACT
Keywords:
Pencak Silat
Character Education
MS Jalan Enam Pengasinan
This research discusses the role of Pencak Silat MS Jalan Enam
Pengasinan in the formation of children's character education
through the application of values such as discipline, responsibility and
courage. The school, founded by H. Mai'in Bin H.Ki`in, uses specific
traditions and rituals as part of its members' education process. A
qualitative approach was applied in this study, with data collection
through in-depth interviews and observations of trainers and
members. The results show that Pencak Silat MS Jalan Enam
Pengasinan functions not only as a martial art, but also as an effective
tool in shaping positive character, especially in social and cultural
aspects. Thus, pencak silat makes a significant contribution in
educating young people who have a strong personality and are able to
play a constructive role in their social environment.
©2024, Suwandi, Riska Putri, Mas Fierna Janvierna Lusie Putri, Tajudin
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Pencak silat merupakan seni bela diri yang telah menjadi bagian integral dari budaya
Indonesia selama berabad-abad. Selain berfungsi sebagai alat pertahanan diri, pencak silat juga
mengajarkan nilai-nilai etis dan moral yang sangat relevan dalam pembentukan karakter.
Sebagai sebuah sistem latihan yang disiplin, pencak silat mengajarkan kemampuan untuk
mengendalikan diri, memperhatikan orang lain, dan menghadapi tantangan dengan sikap yang
positif (Kusworo, 2021). Hal ini menjadikan pencak silat sebagai media efektif dalam
pembentukan karakter yang dapat berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 2, November 2024, page: 51-57
E-ISSN: 3031-2957
52
Suwandi et.al (Peran Perguruan Pencak Silat….)
Pendidikan karakter telah menjadi fokus utama dalam dunia pendidikan, terutama di
tengah meningkatnya berbagai masalah sosial seperti kenakalan remaja, rendahnya rasa
tanggung jawab, dan melemahnya disiplin di kalangan generasi muda. Sebagaimana dijelaskan
oleh (Wahono, 2018), pendidikan karakter berfungsi untuk membangun integritas moral
melalui pembelajaran nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian. Seiring
dengan berkembangnya zaman, banyak institusi pendidikan formal maupun informal yang
mencari cara untuk mengintegrasikan nilai-nilai ini ke dalam kurikulum mereka, termasuk
melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pencak silat.
Di Indonesia, pencak silat telah lama dikenal sebagai salah satu metode pendidikan
karakter yang terstruktur. Perguruan Pencak Silat MS Jalan Enam Pengasinan, yang didirikan
oleh H. Mai'in Bin H.Ki`in, merupakan salah satu lembaga yang berhasil memadukan
pelatihan fisik dengan pembelajaran nilai-nilai moral. Perguruan ini menggunakan pendekatan
holistik, di mana setiap tahapan latihan diiringi dengan penekanan pada nilai-nilai tradisional
yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi dan ritual yang diterapkan dalam pencak silat,
seperti pengurutan dan penggunaan atribut tertentu, memperkuat hubungan antara aspek fisik,
mental, dan spiritual dalam pendidikan karakter (Williandro, t.t.).
Pentingnya integrasi antara seni bela diri dan pendidikan karakter telah didukung oleh
banyak penelitian. Menurut (Khairunnisa dkk., 2024), seni bela diri memiliki potensi besar
untuk meningkatkan disiplin, kerjasama, dan rasa hormat pada peserta didik. Pencak silat
secara khusus mampu menjadi alat yang efektif untuk membentuk moralitas anak-anak dan
remaja karena sifatnya yang menekankan kesadaran sosial dan pengendalian diri. Latihan
pencak silat yang berulang kali mengajarkan peserta untuk menghargai proses, bekerja keras,
dan menghormati lawan serta pelatih, adalah bukti nyata dari penerapan pendidikan karakter
dalam kegiatan seni bela diri.
Selain itu, dalam perguruan pencak silat, interaksi sosial antaranggota juga menjadi salah
satu media pembelajaran. Latihan bersama menciptakan ikatan antaranggota, yang pada
akhirnya mengajarkan mereka tentang pentingnya kerjasama dan solidaritas. Studi oleh
(Abdilah, t.t.) menunjukkan bahwa anak-anak yang terlibat dalam seni bela diri, termasuk
pencak silat, cenderung memiliki keterampilan interpersonal yang lebih baik, karena mereka
dilatih untuk bekerja sama dan menghormati orang lain, baik di dalam maupun di luar arena
latihan.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lebih dalam mengenai peran
Pencak Silat MS Jalan Enam Pengasinan dalam pembentukan karakter anak-anak dan remaja.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai
karakter ditanamkan melalui praktik seni bela diri tradisional. Dengan demikian, diharapkan
penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman yang lebih luas mengenai
peran seni bela diri dalam pendidikan karakter di Indonesia.
2. Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, yang
bertujuan untuk mengeksplorasi peran Pencak Silat MS Jalan Enam Pengasinan dalam
pembentukan pendidikan karakter pada anak-anak dan remaja. Pendekatan kualitatif dipilih
karena memungkinkan peneliti untuk mendalami pengalaman langsung partisipan dan
memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai nilai-nilai karakter yang ditanamkan
melalui latihan pencak silat. Pendekatan ini juga cocok untuk memahami bagaimana tradisi
dan budaya yang diterapkan dalam perguruan ini mempengaruhi pembentukan karakter
anggotanya.
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 2, November 2024, page: 51-57
E-ISSN: 3031-2957
53
Suwandi et.al (Peran Perguruan Pencak Silat….)
a. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perguruan Pencak Silat MS Jalan Enam Pengasinan yang
berlokasi di Pengasinan, Depok. Subjek penelitian terdiri dari pelatih, anggota perguruan,
dan beberapa orang tua yang terlibat dalam perguruan tersebut. Untuk mendapatkan
perspektif yang beragam, penelitian ini melibatkan 10 partisipan yang terdiri dari 3 pelatih
utama dan 7 anggota dengan usia antara 10 hingga 18 tahun. Pemilihan subjek dilakukan
dengan teknik purposive sampling, yang memungkinkan peneliti memilih individu-individu
yang dianggap memiliki informasi yang relevan terkait dengan penelitian ini (Suriani dkk.,
2023).
b. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui dua metode utama, yaitu wawancara mendalam dan
observasi partisipatif. Wawancara dilakukan secara semi-terstruktur untuk memberikan
kebebasan kepada responden dalam menjelaskan pengalaman mereka terkait latihan pencak
silat dan nilai-nilai karakter yang mereka dapatkan. Setiap wawancara berlangsung selama
30 hingga 60 menit, dan direkam dengan persetujuan partisipan. Selain wawancara,
observasi dilakukan selama tiga bulan yaitu bulan Maret, April, dan Mei 2024, di mana
peneliti terlibat langsung dalam kegiatan perguruan, mengamati dinamika latihan, dan
interaksi antaranggota. Observasi ini memungkinkan peneliti untuk melihat secara langsung
bagaimana pendidikan karakter diterapkan dalam praktik sehari-hari.
c. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara yang dirancang
untuk menggali pemahaman responden mengenai nilai-nilai yang diajarkan dalam pencak
silat, serta catatan observasi lapangan yang berfungsi sebagai sumber data pendukung.
Pedoman wawancara terdiri dari beberapa kategori, seperti disiplin, tanggung jawab,
kerjasama, dan penghormatan terhadap tradisi. Selain itu, instrumen observasi difokuskan
pada interaksi sosial, penerapan nilai-nilai selama latihan, dan ritual tradisional yang
dilakukan.
d. Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis menggunakan metode analisis tematik (Rozali, t.t.).
Proses ini melibatkan beberapa tahapan, yaitu transkripsi wawancara, pengkodean data,
identifikasi tema-tema utama, dan interpretasi data. Analisis tematik digunakan untuk
mengidentifikasi pola-pola yang berulang terkait dengan pembentukan karakter melalui
pencak silat. Tiga tema utama yang muncul dari analisis ini adalah disiplin, kerja sama, dan
penghormatan terhadap tradisi. Tema-tema ini kemudian dianalisis lebih lanjut untuk
memahami bagaimana pencak silat berkontribusi terhadap pengembangan karakter positif.
e. Keabsahan Data
Untuk memastikan validitas dan reliabilitas data, penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi sumber, di mana data dari wawancara, observasi, dan dokumen terkait dianalisis
secara bersamaan untuk membangun kesesuaian dan konsistensi temuan (Susanto dkk.,
2023). Selain itu, peneliti juga melakukan member checking dengan cara mengonfirmasi
hasil wawancara dengan responden untuk memastikan bahwa interpretasi peneliti sesuai
dengan maksud mereka. Teknik ini bertujuan untuk meningkatkan keabsahan data serta
memastikan bahwa hasil penelitian dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan penting yang menunjukkan peran signifikan
Pencak Silat MS Jalan Enam Pengasinan dalam membentuk karakter para anggotanya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dan observasi, tiga tema utama yang muncul
adalah peningkatan disiplin, pengembangan keterampilan kerja sama, serta penghormatan
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 2, November 2024, page: 51-57
E-ISSN: 3031-2957
54
Suwandi et.al (Peran Perguruan Pencak Silat….)
terhadap tradisi. Tema-tema ini menunjukkan bahwa pencak silat tidak hanya berfungsi
sebagai kegiatan fisik, tetapi juga sebagai sarana pembelajaran nilai-nilai moral dan sosial
yang penting.
a. Disiplin
Disiplin merupakan salah satu nilai utama yang ditanamkan dalam latihan Pencak Silat
MS Jalan Enam Pengasinan. Berdasarkan wawancara dengan pelatih dan anggota, sebanyak
80% responden menyatakan bahwa latihan rutin pencak silat membantu mereka
meningkatkan disiplin pribadi. Disiplin ini terlihat dari keteraturan jadwal latihan, ketaatan
terhadap instruksi pelatih, serta komitmen untuk terus berlatih meskipun menghadapi
kesulitan fisik. Seperti dinyatakan oleh salah satu pelatih Citra Asri Rahmawati, "Latihan ini
tidak hanya menguatkan tubuh, tetapi juga melatih kesabaran dan kedisiplinan. Anggota
belajar untuk mengikuti aturan dan menghargai proses latihan." Pengamatan selama tiga
bulan juga menunjukkan bahwa anggota yang mengikuti latihan secara teratur menunjukkan
perbaikan dalam hal ketepatan waktu dan kepatuhan terhadap aturan perguruan. Hal ini
sesuai dengan penelitian (Ma’arif, 2023) yang menyatakan bahwa seni bela diri dapat
meningkatkan kedisiplinan melalui rutinitas dan pengulangan latihan.
b. Kerja Sama
Keterampilan kerja sama juga merupakan nilai penting yang dikembangkan melalui
latihan pencak silat. Selama observasi, terlihat bahwa 90% anggota aktif berpartisipasi
dalam latihan kelompok, di mana mereka harus bekerja sama dalam berbagai latihan teknik
bela diri. Pelatih juga sering menekankan pentingnya saling mendukung satu sama lain, baik
dalam latihan maupun di luar arena. Salah satu anggota menyatakan Dedem Maulana,
"Latihan kelompok mengajarkan saya untuk bergantung pada teman, dan juga mendukung
mereka. Kami belajar bahwa keberhasilan tidak hanya milik satu individu, tetapi milik
seluruh tim." Interaksi sosial selama latihan memberikan kesempatan bagi anggota untuk
mengembangkan keterampilan interpersonal mereka, termasuk komunikasi yang efektif,
toleransi, dan rasa tanggung jawab terhadap tim. Penelitian oleh (Mardotillah & Zein, 2016)
mendukung temuan ini, dengan menunjukkan bahwa seni bela diri mampu meningkatkan
kemampuan kerja sama dan kesadaran sosial peserta.
c. Penghormatan terhadap Tradisi
Pencak Silat MS Jalan Enam Pengasinan sangat menjunjung tinggi tradisi, di mana
setiap anggota baru diwajibkan mengikuti ritual tradisional sebagai syarat keanggotaan.
Ritual ini termasuk penggunaan atribut khusus dan pengurutan sebagai tanda penghormatan
terhadap warisan budaya perguruan. Sebanyak 70% responden menyatakan bahwa
penghormatan terhadap tradisi ini membantu mereka untuk lebih memahami dan
menghargai nilai-nilai budaya yang ada di dalam pencak silat. Menurut sekretasis umum
MS Jalan Enam Pengasinan Hasan Yakub, "Tradisi ini bukan hanya simbol, tetapi juga cara
untuk mengajarkan anggota baru tentang pentingnya menghormati pendahulu dan budaya
yang sudah ada." Tradisi ini juga menjadi sarana pembentukan identitas di antara anggota,
menciptakan rasa kebersamaan dan tanggung jawab untuk melestarikan warisan perguruan.
d. Pembahasan
Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa Pencak Silat MS Jalan Enam Pengasinan
berhasil menjadi media pembentukan karakter bagi anggotanya, terutama dalam hal disiplin,
kerja sama, dan penghormatan terhadap tradisi. Seni bela diri seperti pencak silat tidak
hanya menawarkan manfaat fisik, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam
pembentukan kepribadian dan moralitas. Sejalan dengan penelitian oleh (Maulana &
Khotimah, 2022), seni bela diri dapat menjadi media yang efektif untuk memperkuat
pendidikan karakter, terutama dalam konteks budaya tradisional. Nilai-nilai yang diajarkan
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 2, November 2024, page: 51-57
E-ISSN: 3031-2957
55
Suwandi et.al (Peran Perguruan Pencak Silat….)
melalui pencak silat seperti kesabaran, tanggung jawab, dan kerja sama sangat relevan
dengan kebutuhan pendidikan karakter di Indonesia saat ini.
Penerapan tradisi dalam pencak silat juga menambah dimensi spiritual dan budaya
dalam proses pembelajaran. Ini bukan hanya soal keterampilan bertarung, tetapi juga soal
pemahaman lebih dalam tentang nilai-nilai kehidupan yang dapat diterapkan di luar arena
latihan. Penelitian ini mendukung pandangan bahwa pencak silat memiliki potensi besar
untuk diterapkan lebih luas dalam program-program pendidikan karakter, baik di
lingkungan sekolah maupun komunitas.
4. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa Pencak Silat MS Jalan Enam Pengasinan memiliki
peran signifikan dalam pembentukan pendidikan karakter anak-anak dan remaja. Melalui
latihan yang konsisten dan penerapan nilai-nilai tradisional, perguruan ini berhasil menanamkan
disiplin, kerja sama, dan penghormatan terhadap tradisi pada anggotanya. Ketiga nilai ini
terbukti mampu membantu membentuk kepribadian yang lebih baik, terutama dalam hal
kedisiplinan pribadi, keterampilan sosial, serta pemahaman akan nilai-nilai budaya dan moral.
Disiplin muncul sebagai salah satu hasil utama dari latihan pencak silat, di mana anggota
dilatih untuk mematuhi aturan, mengikuti instruksi pelatih, dan konsisten dalam menjalankan
rutinitas latihan. Nilai kerja sama juga ditekankan melalui latihan kelompok, yang mengajarkan
para anggota pentingnya saling mendukung dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Penghormatan terhadap tradisi, yang diwujudkan dalam bentuk ritual-ritual khusus,
memperkuat rasa kebersamaan di antara anggota dan menghubungkan mereka dengan warisan
budaya perguruan.
Penelitian ini menegaskan bahwa pencak silat, sebagai salah satu seni bela diri tradisional
Indonesia, dapat menjadi media pendidikan karakter yang efektif. Selain mengembangkan
keterampilan fisik, pencak silat juga membantu anak-anak dan remaja untuk memahami dan
menginternalisasi nilai-nilai moral dan sosial yang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, pencak silat memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai bagian
dari program pendidikan karakter di Indonesia, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan dalam hal sampel yang terbatas pada satu
perguruan pencak silat. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif, penelitian
lebih lanjut perlu dilakukan dengan melibatkan lebih banyak perguruan dan lokasi yang
berbeda. Selain itu, penelitian lanjutan juga dapat mengeksplorasi aspek lain dari pencak silat,
seperti pengaruhnya terhadap kesejahteraan mental dan emosional, yang juga dapat
berkontribusi dalam pembentukan karakter generasi muda.
5. Daftar Pustaka
Abdilah, M. H. (t.t.). Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi).
Arsi, M. W. K. A. A. (2018). Pembentukan karakter di Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan
Kosong Merpati Putih. In Forum Ilmu Sosial (Vol. 42, No. 2, pp. 206-221).
Aziz, M. (2020). Peran unit kegiatan mahasiswa (UKM) bela diri dalam membentuk karakter
pada anggota (Studi kasus pada UKM Bela diri persaudaraan setia hati terate (PSHT) di
STAIN Ponorogo) (Doctoral dissertation, STAIN Ponorogo).
Damayanti, L. (2019). Peran kegiatan ekstrakurikuler tapak suci dalam menanamkan karakter
semangat kebangsaan pada siswa MAN rejang lebong (Doctoral dissertation, IAIN Curup).
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 2, November 2024, page: 51-57
E-ISSN: 3031-2957
56
Suwandi et.al (Peran Perguruan Pencak Silat….)
Darmawan, A. D., Adelliana, A., Cahyani, E. D., & Triana, A. N. (2023). Pencak Silat dan Nilai
Sosial Dalam Masyarakat: Literature Review. PENJAGA: Pendidikan Jasmani dan
Olahraga, 4(1), 28-35.
Ediyono, S., & Widodo, S. T. (2019). Memahami makna seni dalam pencak
silat. Panggung, 29(3).
Fahrezi, I. A. Kiprah Sosial Budaya Perguruan Silat Sakti Jaya Siliwangi Di Benda Baru
Pamulang Tangerang Selatan 1970-2019 (Bachelor's thesis, Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta).
Khairunnisa, K., Lisyawati, E., Halimah, N., & Komara, E. (2024). Warisan Budaya Nasional
Pencak Silat dalam Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. EduInovasi: Journal of Basic
Educational Studies, 4(2), 87102. https://doi.org/10.47467/edu.v4i2.1174
Kholis, M. N. (2016). Aplikasi nilai-nilai luhur pencak silat sarana membentuk moralitas
bangsa. Jurnal Sportif, 2(2).
Kusworo, H. M. (2021). PENGENDALIAN DIRI REMAJA MELALUI KEGIATAN PENCAK
SILAT SISWA DI MTsN 6 PONROGO. 2(2).
Ma’arif, M. (2023). Penguatan Karakter Kedisiplinan Siswa melalui Ekstrakurikuler Tapak Suci
di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah Pakem Sleman. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat.
Mardotillah, M., & Zein, D. M. (2016). SILAT: IDENTITAS BUDAYA, PENDIDIKAN, SENI
BELA DIRI, DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN. 18.
Maulana, R. A., & Khotimah, N. (2022). VALUES OF CHARACTER EDUCATION IN
CHILDREN’S PENCAK SILAT EDUCATION. 4.
Mufarriq, M. U. (2021). Membentuk Karakter Pemuda Melalui Pencak Silat. Khazanah
Pendidikan Islam, 3(1), 41-53.
Nandana, D. D. (2020). Pengaruh latihan pencak silat terhadap pembentukan konsep diri dan
kepercayaan diri siswa. Multilateral: Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga, 19(1), 23-
31.
Nuraida, N. (2016). Pengembangan nilai-nilai karakter melalui pendidikan pencak silat untuk
anak usia dini (Studi Kasus Di Paguron Pencak Silat Galura Panglipur Bandung). Tunas
Siliwangi: Jurnal Program Studi Pendidikan Guru PAUD STKIP Siliwangi Bandung, 2(1),
59-77.
Ramdani, R. Budaya Betawi: Studi Kasus Palang Pintu Tangerang Selatan Tahun 2008-
2019 (Bachelor's thesis, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Rozali, Y. A. (t.t.). PENGGUNAAN ANALISIS KONTEN DAN ANALISIS TEMATIK.
Ruswinarsih, S., Apriati, Y., & Malihah, E. (2023). Penguatan Karakter Melalui Seni Bela Diri
Pencak Silat Kuntau Pada Masyarakat Kalimantan Selatan, Indonesia. PADARINGAN
(Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi), 5(01), 50-62.
JISBI: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Vol. 2, No. 2, November 2024, page: 51-57
E-ISSN: 3031-2957
57
Suwandi et.al (Peran Perguruan Pencak Silat….)
Suriani, N., Risnita, & Jailani, M. S. (2023). Konsep Populasi dan Sampling Serta Pemilihan
Partisipan Ditinjau Dari Penelitian Ilmiah Pendidikan. Jurnal IHSAN : Jurnal Pendidikan
Islam, 1(2), 2436. https://doi.org/10.61104/ihsan.v1i2.55
Susanto, D., Risnita, & Jailani, M. S. (2023). Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Dalam
Penelitian Ilmiah. Jurnal QOSIM Jurnal Pendidikan Sosial & Humaniora, 1(1), 5361.
https://doi.org/10.61104/jq.v1i1.60
Wahono, M. (2018). PENDIDIKAN KARAKTER: SUATU KEBUTUHAN BAGI
MAHASISWA DI ERA MILENIAL. Integralistik, 29(2), 145151.
https://doi.org/10.15294/integralistik.v29i2.16696
Williandro, J. (t.t.). Melihat Perguruan Pencak Silat MS Jalan Enam Pengasinan Depok:
Persyaratan Daftar Pakai Bujur dan Pisau Raut - Radar Depok. Melihat Perguruan Pencak
Silat MS Jalan Enam Pengasinan Depok : Persyaratan Daftar Pakai Bujur dan Pisau Raut -
Radar Depok. Diambil 30 Oktober 2024, dari https://www.radardepok.com/feature/pr-
9467225134/melihat-perguruan-pencak-silat-ms-jalan-enam-pengasinan-depok-persyaratan-
daftar-pakai-bujur-dan-pisau-raut