Pendidikan karakter telah menjadi fokus utama dalam dunia pendidikan, terutama di
tengah meningkatnya berbagai masalah sosial seperti kenakalan remaja, rendahnya rasa
tanggung jawab, dan melemahnya disiplin di kalangan generasi muda. Sebagaimana dijelaskan
oleh (Wahono, 2018), pendidikan karakter berfungsi untuk membangun integritas moral
melalui pembelajaran nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian. Seiring
dengan berkembangnya zaman, banyak institusi pendidikan formal maupun informal yang
mencari cara untuk mengintegrasikan nilai-nilai ini ke dalam kurikulum mereka, termasuk
melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pencak silat.
Di Indonesia, pencak silat telah lama dikenal sebagai salah satu metode pendidikan
karakter yang terstruktur. Perguruan Pencak Silat MS Jalan Enam Pengasinan, yang didirikan
oleh H. Mai'in Bin H.Ki`in, merupakan salah satu lembaga yang berhasil memadukan
pelatihan fisik dengan pembelajaran nilai-nilai moral. Perguruan ini menggunakan pendekatan
holistik, di mana setiap tahapan latihan diiringi dengan penekanan pada nilai-nilai tradisional
yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi dan ritual yang diterapkan dalam pencak silat,
seperti pengurutan dan penggunaan atribut tertentu, memperkuat hubungan antara aspek fisik,
mental, dan spiritual dalam pendidikan karakter (Williandro, t.t.).
Pentingnya integrasi antara seni bela diri dan pendidikan karakter telah didukung oleh
banyak penelitian. Menurut (Khairunnisa dkk., 2024), seni bela diri memiliki potensi besar
untuk meningkatkan disiplin, kerjasama, dan rasa hormat pada peserta didik. Pencak silat
secara khusus mampu menjadi alat yang efektif untuk membentuk moralitas anak-anak dan
remaja karena sifatnya yang menekankan kesadaran sosial dan pengendalian diri. Latihan
pencak silat yang berulang kali mengajarkan peserta untuk menghargai proses, bekerja keras,
dan menghormati lawan serta pelatih, adalah bukti nyata dari penerapan pendidikan karakter
dalam kegiatan seni bela diri.
Selain itu, dalam perguruan pencak silat, interaksi sosial antaranggota juga menjadi salah
satu media pembelajaran. Latihan bersama menciptakan ikatan antaranggota, yang pada
akhirnya mengajarkan mereka tentang pentingnya kerjasama dan solidaritas. Studi oleh
(Abdilah, t.t.) menunjukkan bahwa anak-anak yang terlibat dalam seni bela diri, termasuk
pencak silat, cenderung memiliki keterampilan interpersonal yang lebih baik, karena mereka
dilatih untuk bekerja sama dan menghormati orang lain, baik di dalam maupun di luar arena
latihan.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lebih dalam mengenai peran
Pencak Silat MS Jalan Enam Pengasinan dalam pembentukan karakter anak-anak dan remaja.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai
karakter ditanamkan melalui praktik seni bela diri tradisional. Dengan demikian, diharapkan
penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman yang lebih luas mengenai
peran seni bela diri dalam pendidikan karakter di Indonesia.
2. Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, yang
bertujuan untuk mengeksplorasi peran Pencak Silat MS Jalan Enam Pengasinan dalam
pembentukan pendidikan karakter pada anak-anak dan remaja. Pendekatan kualitatif dipilih
karena memungkinkan peneliti untuk mendalami pengalaman langsung partisipan dan
memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai nilai-nilai karakter yang ditanamkan
melalui latihan pencak silat. Pendekatan ini juga cocok untuk memahami bagaimana tradisi
dan budaya yang diterapkan dalam perguruan ini mempengaruhi pembentukan karakter
anggotanya.