1.
Pendahuluan
Pendidikan Pancasila berperan penting dalam membentuk karakter dan identitas
nasional generasi muda Indonesia. Sebagai bagian integral dari kurikulum pendidikan
nasional, Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan
kebangsaan yang sejalan dengan budaya serta norma masyarakat Indonesia. Menurut
(Antiningsih dkk., 2023), Pendidikan Pancasila tidak hanya berfungsi sebagai pengetahuan,
tetapi juga sebagai sarana untuk membangun karakter bangsa yang kuat. Dalam era globalisasi
yang semakin kompleks, tantangan bagi generasi muda untuk memahami dan menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari menjadi semakin mendesak. Oleh karena itu,
integrasi nilai-nilai tersebut dalam pendidikan formal sangatlah penting untuk membentuk
karakter bangsa yang kuat dan berdaya saing (Nuraprilia & Anggraeni Dewi, 2021).
Kurikulum Merdeka, yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2022,
menawarkan pendekatan baru dalam pendidikan yang memberikan fleksibilitas kepada
sekolah untuk menentukan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Pendekatan ini
mengutamakan pembelajaran aktif dan partisipatif, di mana siswa diajak untuk berperan aktif
dalam proses belajar mengajar. Kurikulum ini dirancang untuk mengatasi tantangan yang
muncul akibat pandemi COVID-19, yang telah menyebabkan banyak siswa mengalami
kesulitan dalam belajar. Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi,
Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk menerapkan pembelajaran
yang lebih mendalam, sesuai dengan kebutuhan peserta didik (Kemendikbud, 2024). Dengan
demikian, kurikulum ini tidak hanya fokus pada penguasaan materi, tetapi juga pada
pengembangan karakter dan kompetensi siswa melalui pembelajaran berbasis proyek.
Di SMK Negeri 8 Kota Tangerang Selatan, guru Pendidikan Pancasila, Ibu Nadya
Kartika Putri, S.Pd., telah menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek untuk
meningkatkan keterlibatan siswa. Metode ini tidak hanya memperkuat pemahaman siswa
terhadap materi, tetapi juga mendorong mereka untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Hasil wawancara dengan Ibu Nadya menunjukkan bahwa metode ini
memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi kreativitas mereka melalui tugas-
tugas proyek yang relevan. Menurut (Mutanga, 2024), pembelajaran berbasis proyek
memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar, sehingga meningkatkan
motivasi dan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran. Dengan demikian, penerapan
metode ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan karakter dan
kompetensi siswa. Meskipun terdapat banyak manfaat dari Kurikulum Merdeka, beberapa
tantangan juga muncul selama implementasinya. Salah satu tantangan utama adalah minimnya
dukungan dari dinas pendidikan, yang menyebabkan siswa sering kali mengandalkan sumber
belajar dari internet dan modul e-book. Menurut penelitian oleh (Ragil Nazar dkk., 2024),
kurangnya dukungan dari pihak berwenang dapat menghambat efektivitas implementasi
kurikulum, sehingga siswa tidak mendapatkan pengalaman belajar yang optimal. Hal ini
menunjukkan perlunya perhatian lebih dari pihak terkait untuk menyediakan sumber daya yang
memadai guna mendukung proses pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran merupakan aspek penting dalam meningkatkan efektivitas
Kurikulum Merdeka. Ibu Nadya melakukan evaluasi melalui pengumpulan tugas proyek yang
menunjukkan pemahaman dan kreativitas siswa. Penelitian oleh (Ramírez De Dampierre dkk.,
2024) menunjukkan bahwa evaluasi berbasis proyek tidak hanya memberikan umpan balik
konstruktif bagi guru tetapi juga membantu siswa memahami kekuatan dan kelemahan mereka
dalam belajar. Dengan demikian, evaluasi ini dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran Pendidikan Pancasila. Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari siswa menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Siswa seperti Aila Zahra Yurizqya