Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 47-56
E-ISSN: 3025-9843
47
Margu Sanda Ganna et.al (Kreativitas guru dalam meningkatkan hasil belajar)
Kreativitas guru dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran PPKn di SMP Kristen
Getsemani Sario Kota Baru Manado
Margu Sanda Ganna
a,1
, Julien Biringan
b,2
, Telly Delly Wua
c,3
a, b, c
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Soaial, Universitas Negeri
Manado
julienbiringan@unima.ac.id
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 7 April 2025
Direvisi: 20 Mei 2025
Disetujui: 25 Mei 2025
Tersedia Daring: 1 Juni 2025
Penelitian ini akan mengkaji bagaimana inovasi guru dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di SMP Kristen Getsemani
Sario Kota Baru Manado. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif, dengan pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah kepala sekolah,
guru PPKn, dan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi
instruktur dalam pembelajaran PPKn sangat penting untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Guru menggunakan berbagai
pendekatan inovatif untuk meningkatkan partisipasi siswa, termasuk
diskusi kelompok, pembelajaran berbasis proyek (PjBL), dan debat.
Lebih jauh, penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan media
pembelajaran digital seperti video edukasi, infografis, dan simulasi
interaktif dapat membantu siswa memahami konsep abstrak dalam
PPKn. Temuan ini konsisten dengan teori pembelajaran sosial Vygotsky
dan gagasan Bloom tentang tiga domain dalam pendidikan, serta
domain yang harus dipenuhi dalam hal keterampilan kognitif,
emosional, dan psikomotorik untuk menciptakan kompetensi siswa
dan secara dramatis meningkatkan hasil belajar.
Kata Kunci:
Kreativitas
Guru
Meningkatkan
Hasil
Belajar
ABSTRACT
Keywords:
Teacher Creativity
Improves
Learning
Outcomes
This study will examine how teacher innovation can improve student
learning outcomes in the subject of Pancasila and Citizenship Education
(PPKn) at SMP Kristen Getsemani Sario Kota Baru Manado. The research
approach used is descriptive qualitative, with data collection through
observation, interviews, and documentation. The subjects of the study
were the principal, PPKn teachers, and students. The results of the study
indicate that instructor innovation in PPKn learning is very important for
improving student learning outcomes. Teachers use a variety of
innovative approaches to increase student participation, including group
discussions, project-based learning (PjBL), and debates. Furthermore,
research has shown that the use of digital learning media such as
educational videos, infographics, and interactive simulations can help
students understand abstract concepts in PPKn. These findings are
consistent with Vygotsky's social learning theory and Bloom's idea of
three domains in education, as well as the domains that must be met in
terms of cognitive, emotional, and psychomotor skills to create student
competence and dramatically improve learning outcomes.
©2025, Margu Sanda Ganna, Julien Biringan, Telly Delly Wua
This is an open access article under CC BY-SA license
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 47-56
E-ISSN: 3025-9843
48
Margu Sanda Ganna et.al (Kreativitas guru dalam meningkatkan hasil belajar)
1. Pendahuluan
Latar Belakang
Pendidikan merupakan cara pandang seseorang terhadap kehidupan, meliputi semua
pengalaman belajar yang terjadi dalam semua lingkungan dan sepanjang hidup, serta semua
situasi kehidupan yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Pendidikan sepanjang hayat
mengandung makna bahwa pendidikan merupakan bagian dari kehidupan seseorang, dan
pengalaman belajar dapat terjadi dalam semua lingkungan dan sepanjang hidup. Oleh karena
itu, dalam pendidikan, setiap proses pembelajaran berlangsung antara guru dan siswa dengan
tujuan untuk belajar. Setiap manusia, termasuk guru, memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pendidikan juga merupakan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan semua kemampuan
yang ada pada diri siswa melalui kegiatan belajar baik secara formal maupun informal.
Dibandingkan dengan pendidikan formal, pendidikan berkelanjutan melalui jalur-jalur
pada setiap jenjang sekolah bersifat konsisten dan tidak ambigu. Pendidikan formal ini
diselenggarakan dalam empat jenjang, yaitu sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
sekolah menengah atas, dan pendidikan tinggi. (Axin Suprijanto, 2009:6) mendefinisikan
pendidikan formal sebagai kegiatan belajar yang disengaja yang dilakukan oleh siswa atau
dalam konteks sekolah yang terorganisasi. Berbeda dengan pendidikan formal yang biasanya
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, pendidikan nonformal biasanya dilaksanakan
di tempat-tempat seperti pesantren, sekolah minggu, gereja, dan lain-lain. Pendidikan
nonformal merupakan kegiatan belajar di luar sistem sekolah atau pendidikan formal yang
dilaksanakan secara terorganisasi. Pendidikan nonformal dilaksanakan secara perorangan atau
tujuan pendidikan agar dapat tercapai sesuai dengan yang dimaksud di atas dapat dilakukan
melalui upaya kreativitas guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa seperti guru yang
melakukan inovasi dalam memberikan pembelajaran agar siswa dapat lebih tertarik dengan
materi yang disampaikan agar dapat mencapai keberhasilan dan kesuksesan dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang lebih efisien.
Seorang guru perlu bersikap kreatif dan memunculkan inovasi-inovasi baru agar
pembelajaran yang akan digunakan lebih tepat akan berdampak baik terhadap tingkat
penguasaan materi dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran yang disampaikan. Guru
sering mengalami kesulitan karena sifat dan perilaku siswa yang satu dengan yang lain
berbeda-beda, sedangkan kurikulum dan bahan ajar yang akan diberikan kepada siswa
haruslah sama. Pembelajaran dapat tercapai apabila guru dapat berinteraksi dengan baik
dengan siswa sehingga keinginan siswa untuk mengetahui pembelajaran tersebut meningkat.
Sehubungan dengan hal tersebut. Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan dengan cara
mengembangkan topik atau tema tertentu, kemudian dilengkapi, diperluas dan diperdalam
dengan cabang ilmu pengetahuan yang lain (Supardi, 2011:192). Kreativitas guru, sebagai
pelaksanaan ide untuk mencapai pengajaran yang efektif, secara tradisional telah dikaitkan
dengan pengembangan penilaian kreativitas, khususnya pemikiran kreatif (Hossein, 2018:1).
Kreativitas guru sangat penting untuk membuat lingkungan belajar lebih menarik; guru dapat
memanfaatkan teknik kreatif untuk memastikan bahwa pembelajaran di kelas beragam dan
tidak monoton. Kreativitas guru dalam pembelajaran merupakan proses kompleks yang
mempertimbangkan banyak ide atau konsep saat mengelola dan menghasilkan kelas (Afriyanti
et al., 2024).
Kualitas pembelajaran siswa dapat ditunjukkan dalam kecerdikan guru dalam
menyampaikan pelajaran, baik melalui ceramah yang dilengkapi dengan buku, gambar, atau
visual lainnya untuk membuat siswa tetap tertarik dan memahami pelajaran yang disajikan.
Kreativitas guru di kelas dapat menumbuhkan lingkungan belajar yang positif dan aktif, yang
memungkinkan mereka mencapai tujuan pembelajaran yang lebih stabil. Daya cipta guru dapat
memicu minat siswa dalam belajar dan memotivasi mereka untuk lebih aktif dan teliti. Hasil
belajar siswa dapat dikenali melalui interaksi siswa dengan guru dan peningkatan perilaku.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 47-56
E-ISSN: 3025-9843
49
Margu Sanda Ganna et.al (Kreativitas guru dalam meningkatkan hasil belajar)
Manfaat tersebut dapat berupa peningkatan kehadiran siswa, prestasi akademik, rasa percaya
diri, dan ketahanan siswa. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar, guru harus
memiliki berbagai metode untuk meningkatkan pembelajaran kreatif.
Capaian belajar merupakan hasil yang diterima siswa dalam bentuk evaluasi dan
berinteraksi secara aktif dan positif dengan lingkungannya setelah mengikuti proses
pembelajaran dengan menilai pengetahuan, sikap, atau kemampuan siswa yang disertai
perubahan perilaku. Guru harus memiliki teknik penyampaian tertentu agar siswa lebih
termotivasi untuk belajar. Peningkatan capaian belajar siswa melalui metode penyampaian
materi oleh guru, siswa akan lebih cepat menyerap materi berdasarkan apa yang diberikan.
Guru juga diharapkan memiliki inovasi baru untuk meningkatkan pembelajaran agar siswa
tidak bosan dalam belajar, seperti penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL), hubungan timbal balik antara guru dan siswa, serta penggunaan bahan ajar yang lebih
kreatif berdasarkan materi yang disampaikan. Capaian belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan perilaku yang digambarkan secara luas, meliputi ranah kognitif, emosional, dan
psikomotorik (Nana Sudjana, 2009: 3).
Salah satu solusi yang dapat digunakan guru adalah dengan menerapkan salah satu model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), yaitu model pembelajaran yang dapat
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui individu,
seperti guru dengan siswa, dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam
suasana yang menyenangkan bagi siswa. Oleh karena itu, salah satu hal yang dapat dilakukan
oleh guru untuk menjamin keberhasilan pembelajaran dalam mendidik siswa menjadi pemikir
yang mandiri dan kreatif adalah dengan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
pelajaran yang akan disampaikan guru kepada siswa. Problem Based Learning (PBL)
merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa meningkatkan
keterampilan berpikir kritisnya.
Menurut (Toharudin et al., 2011:99), paradigma pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) diartikan sebagai paradigma pembelajaran yang menggunakan karakteristik masalah di
dunia nyata untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah. Oleh
karena itu, pembelajaran PBL memberikan berbagai manfaat bagi siswa. Menurut
(Purnamaningrum, 2012:39-41) Model Problem Based Learning (PBL) diterapkan dengan
memberikan tantangan di dunia nyata atau dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat
memperoleh pengetahuan baru dengan menemukan jawaban atas suatu masalah yang
diberikan, dan menumbuhkan pemikiran kreatif. Problem Based Learning (PBL) tidak hanya
memberikan siswa pengetahuan, tetapi juga dapat membantu mereka mengembangkan
pemikiran kreatif dan keterampilan memecahkan masalah. Oleh karena itu, seorang guru harus
berupaya memecahkan tantangan yang terkait dengan hasil dan kualitas pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dengan menghasilkan pengalaman belajar yang menarik
melalui berbagai varian, media, inovasi, dan hubungan timbal balik yang positif antara siswa
dan guru.
Guru yang kreatif dapat menciptakan lingkungan belajar yang merangsang yang akan
memberi energi kembali pada siswa yang membosankan (Risna, 2018: 4). Oleh karena itu,
guru harus lebih aktif ketika mengajar siswa dan dapat meningkatkan kegembiraan siswa
untuk berpartisipasi dalam pembelajaran sehingga siswa tidak menjadi bosan dan lelah di
kelas. Terkait dengan berbagai konsep yang dikemukakan di atas, maka diperoleh data di SMP
Kristen Getsemani Sario Kota Baru Manado mengenai jumlah guru sebagai berikut: 8 orang,
guru mata pelajaran PKn 1 orang, siswa kelas VII 5 orang, dan siswa kelas IX 13 orang. Dan
hasil belajar siswa kelas VIII sebanyak 7 orang pada penilaian akhir semester lalu tuntas 3
orang, dan tidak tuntas atau tidak mencapai KKTP (KKTP 75) sebanyak 4 orang, dengan nilai
terendah 69 dikarenakan guru kurang kreatif, kurangnya pelaksanaan pembelajaran (PBL), dan
kendala lainnya. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna melihat apakah
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 47-56
E-ISSN: 3025-9843
50
Margu Sanda Ganna et.al (Kreativitas guru dalam meningkatkan hasil belajar)
kreativitas guru dapat meningkatkan semangat belajar dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Di SMP Kristen Getsemani Sario Kota Baru Manado
saat ini menggunakan kurikulum belajar mandiri. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh inovasi guru terhadap hasil belajar siswa pada
mata pelajaran PPKn di SMP Kristen Getsemani Sario Kota Baru Manado.
Kajian Pustaka
1. Pengertian kreativitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2023), istilah kreatif berasal dari kata
bahasa Inggris create yang berarti membuat ciptaan, kemudian kata tersebut diadaptasi ke
dalam bahasa Indonesia menjadi creative. Menurut Munandar (2014:33-35), kreativitas adalah
kemampuan menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun
karya nyata, yang asli dan berbeda dari yang sudah ada, guna mendorong kemajuan manusia di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memecahkan masalah yang ada. Lebih lanjut,
Amabile (1996:78-80) berpendapat bahwa kreativitas merupakan salah satu pendekatan untuk
mencapai capaian pembelajaran dan lingkungan kelas yang stabil. Kreativitas juga merujuk
pada kemampuan seseorang untuk menciptakan suatu komposisi, produk, atau ide yang pada
hakikatnya masih baru dan belum pernah ada sebelumnya. Menurut Kememdikbud (2020,
14:16), dalam proses belajar mengajar, baik di sekolah dasar maupun sekolah menengah,
sasaran bahan ajar harus dipenuhi oleh setiap peserta didik dan pengajar. Beberapa unsur yang
dapat mempengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran, antara lain kurikulum, daya serap,
kehadiran guru, dan prestasi belajar peserta didik (Sudjana, 2010:4547):
a) Kurikulum
Kurikulum merupakan kumpulan pengetahuan pelajaran dan program pendidikan yang
ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan yang memuat isi rencana pelajaran pada
jenjang pendidikan tertentu.
b) Daya serap.
Daya serap diartikan sebagai kemampuan individu dalam menyerap sesuatu. Daya
serap mengacu pada kemampuan peserta didik dalam menyerap atau menguasai suatu
pelajaran.
c) Kehadiran Guru
Kehadiran guru merupakan salah satu sarana sekolah yang digunakan untuk memantau
kehadiran setiap guru. Kehadiran guru sangat berpengaruh terhadap proses belajar
mengajar di sekolah. Oleh karena itu, guru harus disiplin dalam menjaga kehadirannya
setiap hari.
d) Prestasi belajar
Prestasi belajar merupakan hasil usaha atau standar ujian yang digunakan untuk
menilai pengetahuan dan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dan berinteraksi
langsung dengan orang lain dalam satu atau beberapa mata pelajaran yang dicakup
dalam pelajaran. Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah
melakukan perbaikan pada gaya belajarnya baik di dalam maupun di luar sekolah.
Prestasi belajar mengacu pada kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam
menyelesaikan suatu usaha.
Sesuai dengan yang telah dikemukakan di atas, berbagai sudut pandang ahli turut
memberikan sumbangan terhadap konsep kreativitas. Menurut Munandar (Guntur 2012:12),
kreativitas merupakan proses yang terwujud melalui fluiditas (kefasihan), fleksibilitas, dan
orisinalitas berpikir. Siswa sangat bergantung pada kreativitas guru; Banyak tugas yang
diberikan kepada siswa, terutama yang berkaitan dengan kehidupan siswa, mungkin
mengharuskan mereka untuk menggunakan keterampilan berpikir kreatif dalam menilai
situasi, serta kemampuan mereka untuk berargumentasi. Kreativitas Menurut Sternberg
(Munandar, 1999), kreativitas merupakan titik temu dari tiga sifat psikologis: kecerdasan, gaya
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 47-56
E-ISSN: 3025-9843
51
Margu Sanda Ganna et.al (Kreativitas guru dalam meningkatkan hasil belajar)
kognitif, dan kepribadian/motivasi. Akibatnya, terdapat korelasi yang kuat antara kreativitas
dan gaya kognitif. Sementara itu, menurut Tylor (Munandar, 2009) Berpikir kreatif merupakan
kemampuan untuk memperhatikan, memikirkan hal-hal yang ganjil, memerlukan pengetahuan
yang tampaknya tidak berhubungan, dan menghasilkan solusi atau ide-ide baru. Berdasarkan
beberapa definisi di atas, yang dimaksud dengan kreativitas guru dalam meningkatkan hasil
belajar siswa dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seorang guru
sesuai dengan tujuan, yaitu dari cara guru menyampaikan pelajaran dalam hal ini hasil belajar
siswa dapat diukur, jika hasil belajar siswa meningkat, maka kreativitas guru yang digunakan
dapat dikatakan berhasil, sebaliknya, jika hasil belajar siswa menurun.
2. Pengertian Guru
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menjamin mutu pembelajaran. Guru
sebagaimana yang didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993:288) adalah
orang yang menjadikan guru sebagai pekerjaan, mata pencaharian, atau profesinya. Definisi
kamus ini diperluas dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen yang menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional yang mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Konsep guru juga diartikan sebagai seseorang yang bertugas mengajar atau
memberi pelajaran di sekolah. Berdasarkan definisi para ahli di atas, guru dalam kajian ini
adalah orang atau individu yang bertugas mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik yang memiliki akhlak yang baik berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya atau mata pelajaran yang dikuasainya, sehingga guru berperan untuk menciptakan
pembelajaran yang kreatif melalui perencanaan yang dilakukan dengan membuat perangkat
pembelajaran, salah satunya adalah membuat bahan ajar sendiri. Berdasarkan hasil penelitian
(M. Feralys Novauli 2015:60-61) tentang kompetensi guru dalam meningkatkan prestasi
belajar, tujuan sekolah adalah memfasilitasi pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.
Prinsip dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah adalah dengan meningkatkan mutu
instruktur, yaitu melibatkan guru dalam kegiatan pelatihan, bimbingan teknis, Seminar dan
pelatihan memberikan kesempatan kepada instruktur untuk mempelajari pengetahuan yang
lebih besar dalam pembelajaran, dengan tujuan menerapkan apa yang mereka pelajari di kelas.
Guru secara luas diklasifikasikan menjadi dua kategori: a. Secara umum, guru bertugas
mengajar siswa. b. Guru, khususnya, berperan sebagai orang tua kedua bagi anak-anak mereka
dan bertanggung jawab atas pertumbuhan mereka. Beberapa tanggung jawab guru adalah: a.
Tanggung jawab profesional guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik
memerlukan menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan. Mengajar memerlukan
memajukan dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara pelatihan
memerlukan membangun keterampilan bagi siswa. b. Tanggung jawab sosial guru. Guru
sangat dihormati oleh masyarakat karena dianggap bahwa melalui pengajaran mereka,
masyarakat akan mendapatkan pengetahuan. c. Peran guru dalam sektor kemanusiaan di
sekolah adalah berperilaku sebagai orang tua kedua, menarik simpati dan menjadi idola anak-
anak.
3. Pengertian Kreatif
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan kreatif sebagai memiliki daya cipta
atau kemampuan untuk mencipta. Menurut pengertian KBBI, kreatif adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru. Secara umum, istilah "kreativitas" mengacu pada bakat atau
keahlian seseorang atau kelompok dalam berinovasi dan menemukan berbagai solusi terhadap
suatu masalah. Kreatif adalah keterampilan memecahkan masalah yang memungkinkan setiap
individu berkreasi dalam memunculkan ide-ide baru/adaptif yang memiliki fungsi dan
kegunaan secara keseluruhan untuk berkembang (Widyatun 1999), oleh karena itu sebagian
orang mengartikan kreatif sebagai kemampuan untuk menemukan inovasi. Jadi, mulailah
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 47-56
E-ISSN: 3025-9843
52
Margu Sanda Ganna et.al (Kreativitas guru dalam meningkatkan hasil belajar)
mengasah kemampuan kreatif Anda sekarang juga. Sementara itu, kualitas kreatif yang
berhubungan dengan inovasi dapat ditemukan pada seseorang atau kelompok yang terus-
menerus mencari hal-hal baru yang berbeda dan digemari banyak orang. Menurut (Siswono
2008), berpikir kreatif adalah praktik berpikir tajam yang dipadukan dengan intuisi,
menggerakkan imajinasi, mengungkap kemungkinan-kemungkinan baru, mengungkap ide-ide
yang luar biasa, dan menghasilkan ide-ide yang tidak terduga. Kualitas kreatif dibutuhkan di
sektor korporat untuk mengembangkan produk baru, begitu pula di dunia kreatif, seperti
televisi dan media sosial. Intinya, konsep berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang untuk
menciptakan sesuatu yang baru, baik dalam bentuk ide maupun karya nyata, dalam bentuk
sifat bakat atau non-bakat.
4. Pengertian Hasil Belajar
Secara umum, capaian pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan perilaku dan
kemampuan siswa secara keseluruhan sebagai hasil pembelajaran, yang terwujud dalam
bentuk kemampuan kognitif, emosional, dan psikomotorik yang dipengaruhi oleh pengalaman,
bukan hanya satu komponen potensi.
Capaian pembelajaran merupakan hasil dari jenis perubahan perilaku yang terjadi dalam
ranah kognitif, emosional, dan psikomotorik dari proses pembelajaran selama kurun waktu
tertentu. Dalam konteks pendidikan, pembelajaran merupakan proses di mana siswa
mengerahkan upaya untuk mencapai perubahan perilaku umum sebagai hasil interaksi mereka
sendiri dengan lingkungannya (Akbar & Hawadi, 2004).
Capaian pembelajaran juga dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang mencoba
mengumpulkan data bukti yang menunjukkan tingkat kemampuan siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Capaian pembelajaran siswa ini dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
kualitas pengajaran. Menurut Sudjana (2004), capaian pembelajaran merupakan kualitas yang
dimiliki siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Profesionalisme dan keahlian guru
merupakan faktor penentu kualitas pengajaran. Hal ini menunjukkan bahwa bakat dasar guru
dalam ranah kognitif (intelektual), sikap (afektif), dan perilaku (psikomotorik) mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
5. Pengertian Pembelajaran
Secara umum, capaian pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan perilaku dan
kemampuan siswa secara keseluruhan sebagai hasil pembelajaran, yang terwujud dalam
bentuk kemampuan kognitif, emosional, dan psikomotorik yang dipengaruhi oleh pengalaman,
bukan hanya satu komponen potensi.
Capaian pembelajaran merupakan hasil dari jenis perubahan perilaku yang terjadi dalam
ranah kognitif, emosional, dan psikomotorik dari proses pembelajaran selama kurun waktu
tertentu. Dalam konteks pendidikan, pembelajaran merupakan proses di mana siswa
mengerahkan upaya untuk mencapai perubahan perilaku umum sebagai hasil interaksi mereka
sendiri dengan lingkungannya (Akbar & Hawadi, 2004).
Capaian pembelajaran juga dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang mencoba
mengumpulkan data bukti yang menunjukkan tingkat kemampuan siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Capaian pembelajaran siswa ini dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
kualitas pengajaran. Menurut Sudjana (2004), capaian pembelajaran merupakan kualitas yang
dimiliki siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Profesionalisme dan keahlian guru
merupakan faktor penentu kualitas pengajaran. Hal ini menunjukkan bahwa bakat dasar guru
dalam ranah kognitif (intelektual), sikap (afektif), dan perilaku (psikomotorik) mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
2. Metode
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu peneliti akan mencoba
mengkarakterisasikan masalah berdasarkan apa yang terjadi dan diamati secara langsung di
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 47-56
E-ISSN: 3025-9843
53
Margu Sanda Ganna et.al (Kreativitas guru dalam meningkatkan hasil belajar)
kelas, seperti bagaimana kreativitas guru mempengaruhi hasil belajar siswa. Setelah
memperoleh izin penelitian, penelitian ini akan dilakukan di SMP Kristen Getsemani Sario
Kota Baru Manado, Jalan Pramuka No. 7 / Kelurahan Sario Utara / Kecamatan Sario / Kota
Manado / Provinsi Sulawesi Utara.
Pada hakikatnya, aspek terpenting dalam memperoleh hasil penelitian dari suatu masalah
yang diteliti adalah data yang dikumpulkan, penalaran, dan visual. Data dimanfaatkan tidak
hanya untuk menjawab pertanyaan mengenai subjek yang diteliti, tetapi juga untuk merujuk
kemungkinan untuk membangun hipotesis yang akan dibuat.
Sedangkan data untuk penelitian ini akan dikumpulkan dari hasil wawancara peneliti
dengan kepala sekolah, guru mata pelajaran PKn, dan siswa di sekolah tempat penelitian
dilakukan. Data sekunder adalah data yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan
penelitian yang berlandaskan pada data primer, serta untuk melengkapi dan melengkapi
simpulan dari data primer. Data sekunder diartikan sebagai data primer yang telah diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel atau diagram oleh pengumpul data awal atau pihak lain. Data
sekunder dalam penelitian ini bersumber dari dokumentasi, kata-kata, arsip, dan dokumen
yang relevan dengan pokok bahasan yang diteliti.
Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan sebagai dasar penelitian, penulis
menggunakan tiga metode:
1) Observasi, yaitu proses mengamati secara langsung apa yang terjadi di lapangan untuk
melengkapi data yang ada.
2) Wawancara, yaitu pendekatan pengumpulan data yang digunakan ketika peneliti
hendak melakukan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi masalah yang perlu
diteliti. Metode pengumpulan data ini didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan
pribadi. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan
dapat dilakukan secara langsung maupun melalui telepon.
3) Dokumentasi, yaitu pendekatan pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengumpulkan berbagai dokumen yang telah ada.
Analisis data, yaitu proses pencarian dan penyusunan data yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi secara sistematis dengan cara mengkategorikan data,
memutuskan data mana yang penting dan mana yang akan diteliti, serta menarik kesimpulan
yang mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiono 2006; 244). Untuk
mengkaji data, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mencari solusi atas masalah yang ada dengan menggunakan data dan fakta yang ada.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif untuk mengetahui bagaimana
kreativitas instruktur meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan di SMP Kristen Getsemani Sario Kota Baru Manado.
3. Hasil dan Pembahasan
Kreativitas Guru dalam Pembelajaran PPKn
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, guru-guru di SMP Kristen Getsemani Sario
Kota Baru Manado menunjukkan inovasi dalam mengajarkan mata pelajaran PPKn dengan
menggunakan berbagai metode pembelajaran, media yang menarik, dan cara-cara yang
mendorong partisipasi aktif siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Munandar (2009:87) yang
menyatakan bahwa kreativitas guru dalam mengajar dapat diwujudkan dengan menyajikan
pembelajaran yang berbeda, baru, menarik perhatian siswa, dan mendorong mereka untuk
berpartisipasi lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Guru PPKn yang diwawancarai menyatakan bahwa strategi seperti diskusi kelompok,
debat, dan pembelajaran berbasis proyek sering digunakan untuk mendorong partisipasi siswa.
Hal ini sesuai dengan teori sosiokultural Vygotsky (1978) yang menyatakan bahwa kontak
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 47-56
E-ISSN: 3025-9843
54
Margu Sanda Ganna et.al (Kreativitas guru dalam meningkatkan hasil belajar)
sosial sangat penting dalam proses pembelajaran, dan bahwa siswa memahami sesuatu dengan
lebih baik ketika mereka berdiskusi dan berkolaborasi dengan teman sebaya dan profesor.
Selain itu, guru menggunakan media pembelajaran seperti film, foto, dan infografis untuk
membantu siswa memahami informasi yang abstrak. Menurut Arsyad (2011:15), penggunaan
media pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa, mempercepat proses
pembelajaran, dan membuat pembelajaran lebih menarik. Hal ini didukung oleh penelitian
Dale (1969) dalam teori Cone of Experience yang menemukan bahwa siswa lebih mengingat
dan memahami materi ketika pembelajaran dilakukan melalui media visual daripada teknik
ceramah.
Pengaruh Kreativitas Guru terhadap Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah, inovasi guru memiliki pengaruh besar
terhadap hasil belajar siswa. Kepala Sekolah mencatat bahwa kelas yang diajarkan dengan
menggunakan cara-cara kreatif memiliki hasil akademis yang lebih tinggi daripada kelas yang
diajarkan hanya melalui metode ceramah tradisional. Pernyataan ini didukung oleh teori
Bloom (1956) dalam taksonomi pembelajaran, yang menunjukkan bagaimana proses
pembelajaran kreatif dapat membantu siswa memahami unsur-unsur kognitif, emosional, dan
psikomotorik.
Pengamatan kelas mengungkapkan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam diskusi
kelompok, debat, dan pembelajaran berbasis proyek lebih terlibat dalam studi mereka dan
memiliki pemahaman yang lebih baik. Hal ini konsisten dengan pendapat Slavin (2011: 54),
yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dan eksperiensial dapat membantu siswa
meningkatkan pemahaman mereka dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Lebih jauh, wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa mereka lebih menyukai
pelajaran PPKn ketika guru menggunakan metode yang lebih partisipatif dan menarik.
Beberapa siswa merasa bahwa film dan studi kasus meningkatkan pemahaman mereka tentang
demokrasi, hak dan tanggung jawab warga negara, dan sistem pemerintahan. Sudut pandang
ini konsisten dengan penelitian Piaget (1972) yang menyoroti pentingnya menghubungkan
pembelajaran dengan pengalaman nyata agar siswa memperoleh pemahaman konsep yang
lebih mendalam.
Tantangan dan Upaya dalam Meningkatkan Kreativitas Guru
Meskipun inovasi guru dalam mengajar telah meningkatkan hasil belajar siswa, beberapa
masalah tetap ada. Beberapa guru mengatakan bahwa sumber daya teknologi yang rendah
merupakan hambatan untuk memanfaatkan pendekatan pembelajaran berbasis digital. Lebih
jauh lagi, tidak semua siswa berpartisipasi secara setara di kelas, khususnya mereka yang
kurang percaya diri dalam menyuarakan pikiran mereka. Untuk mengatasi kesulitan ini, guru
bertujuan untuk memberikan lebih banyak nasihat kepada siswa yang kurang terlibat dan
menggunakan strategi pembelajaran yang dipersonalisasi di mana setiap siswa diberi
kesempatan untuk belajar dengan kecepatan dan gaya mereka sendiri. Menurut teori
Pembelajaran Terdiferensiasi Tomlinson (2001), strategi ini dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap konten dan meningkatkan motivasi belajar mereka. Lebih jauh lagi, sekolah
mendorong inovasi guru dengan menawarkan pelatihan, serta sumber daya dan peralatan yang
mempromosikan pembelajaran inovatif. Fullan (2007: 21) percaya bahwa memperkuat
profesionalisme guru melalui pelatihan dan komunitas pembelajaran dapat meningkatkan
inovasi pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa secara keseluruhan.
4. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, peneliti dapat menarik beberapa simpulan
penting, antara lain sebagai berikut:
1) Guru harus kreatif untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di kelas.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 47-56
E-ISSN: 3025-9843
55
Margu Sanda Ganna et.al (Kreativitas guru dalam meningkatkan hasil belajar)
2) Partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran akan menghasilkan hasil belajar yang
lebih baik.
3) Kreativitas guru dalam mengajar dapat dicapai dengan menerapkan berbagai model dan
strategi pembelajaran yang unik dan sesuai dengan materi pembelajaran.
4) Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal diperlukan kinerja guru yang adaptif serta
partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar.
5) Kreativitas guru dalam pembelajaran PPKn di SMP Kristen Getsemani, Sario Kota Baru,
Manado memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
6) Penggunaan metode yang inovatif, penggunaan media pembelajaran yang menarik, serta
pendekatan interaksi sosial dan berbasis proyek dapat membantu siswa lebih memahami
materi, dan saat melakukan evaluasi dapat dicapai hasil yang maksimal baik dari segi hasil
belajar siswa maupun kinerja guru. Namun, keterbatasan fasilitas dan perbedaan tingkat
partisipasi siswa masih menjadi kendala yang harus diatasi. Oleh karena itu, sekolah harus
memberikan dukungan berupa pelatihan guru dan fasilitas yang memadai untuk
mendorong pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
5. Daftar Pustaka
Afriyanti, D. N., Saepudin, Suryahim, I., &Wati, Y. H. S. (2024). Pengaruh Karakter Siswa
dan Motivasi Belajar Terhadap Kompetensi Belajar Akidah Akhlak Siswa Madrasah
Aliyah Negeri Kabupaten Kuningan. Reslaj: Religion Education Social Laa Roiba
Journal, 5(1), 168184. Link.https://doi.org/10.47476/reslai.v6i3.668
Anik Handayani,Henny dewi koeswanti (2021) Meta-Analisis Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational
Goals. New York: Longman
Dale, E. (1969). Audio-Visual Methods in Teaching. New York: Holt, Rinehart & Winston.
Fullan, M. (2007). The New Meaning of Educational Change. New York: Teachers College
Press.
Hamalik, Oemar.2009.Proses Belajar Mengajar Cet. I; Jakarta: PT Bumi Aksara
Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Purnamaningrum. (2012). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Problem Based
Learning (PBL) pada Pembelajaran Siswa Kelas X-10 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012. Perpustakaan Universitas Sebelas maret. Jurnal Basicedu Vol 5No
3Tahun 2021 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147:
https://jbasic.org/index.php/basicedu
Piaget, J. (1972). The Psychology of Intelligence. Totowa, NJ: Littlefield, Adams.
Psychological Processes. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Rusyan, T. (1992) pendekatan dalam proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Risna, (2018: 4). Guru kreatif dapat menciptakan suasana belajar menyenangkan sehingga
siswa yang jenuh akan semangat lagi
Rsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 47-56
E-ISSN: 3025-9843
56
Margu Sanda Ganna et.al (Kreativitas guru dalam meningkatkan hasil belajar)
Soyomukti, (2015:22) Pendidikan Adalah Pandangan Hidup Seseorang Dan Pengalaman
Belajar Dapat Berlangsung Dalam Segala Lingkungan Dan Sepanjang Hayat.
Slavin, R. E. (2011). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Boston: Allyn &
Bacon.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumadi, S. (1998). Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Supardi. 2011.Dasar-dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Ombak.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.link.https://journal.unpas.ac.id/index.php/pendas/article/view/571/565
Timiks Merpati, Dalam Kamus Besar Indonesia (1993: 288), menguraikan bahwa guru adalah
orang yang pekerjaannya, mata pencahariannya, dan profesinya mengajar. Jurnal Civic
Education, Vol. 2 No. 2 Desember 2018.
Link. http://ejournal.unima.ac.id/index.php/ice/article/view/772
Tomlinson, C. A. (2001). How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability Classrooms.
Alexandria, VA: ASCD.
Usman, Moh. Uzer .2009. Menjadi Guru Profesional. Cet. XXIII; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Vygotsky, L. S. (1978). Mind in Society: The Development of Higher