Manfaat tersebut dapat berupa peningkatan kehadiran siswa, prestasi akademik, rasa percaya 
diri,  dan  ketahanan  siswa.  Oleh  karena  itu,  dalam  proses  belajar  mengajar,  guru  harus 
memiliki berbagai metode untuk meningkatkan pembelajaran kreatif.  
Capaian  belajar  merupakan  hasil  yang  diterima  siswa  dalam  bentuk  evaluasi  dan 
berinteraksi  secara  aktif  dan  positif  dengan  lingkungannya  setelah  mengikuti  proses 
pembelajaran  dengan  menilai  pengetahuan,  sikap,  atau  kemampuan  siswa  yang  disertai 
perubahan  perilaku.  Guru  harus  memiliki  teknik  penyampaian  tertentu  agar  siswa  lebih 
termotivasi  untuk  belajar.  Peningkatan  capaian  belajar  siswa  melalui  metode  penyampaian 
materi oleh guru, siswa akan lebih cepat menyerap materi berdasarkan apa yang diberikan. 
Guru  juga  diharapkan  memiliki  inovasi  baru  untuk  meningkatkan  pembelajaran  agar  siswa 
tidak bosan  dalam  belajar, seperti  penerapan  model  pembelajaran  Problem  Based  Learning 
(PBL), hubungan timbal balik antara guru dan siswa, serta penggunaan bahan ajar yang lebih 
kreatif berdasarkan materi yang disampaikan. Capaian belajar siswa pada hakikatnya adalah 
perubahan  perilaku  yang  digambarkan  secara  luas,  meliputi  ranah  kognitif,  emosional,  dan 
psikomotorik (Nana Sudjana, 2009: 3). 
Salah satu solusi yang dapat digunakan guru adalah dengan menerapkan salah satu model 
pembelajaran  Problem  Based  Learning  (PBL),  yaitu  model  pembelajaran  yang  dapat 
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan  proses mental  dan  fisik melalui individu, 
seperti  guru  dengan  siswa,  dengan  guru,  lingkungan,  dan  sumber  belajar  lainnya  dalam 
suasana yang menyenangkan bagi siswa. Oleh karena itu, salah satu hal yang dapat dilakukan 
oleh guru untuk menjamin keberhasilan pembelajaran dalam mendidik siswa menjadi pemikir 
yang  mandiri  dan  kreatif  adalah  dengan  memilih  model  pembelajaran  yang  sesuai  dengan 
pelajaran  yang  akan  disampaikan  guru  kepada  siswa.  Problem  Based  Learning  (PBL) 
merupakan  salah  satu  model  pembelajaran  yang  dapat  membantu  siswa  meningkatkan 
keterampilan berpikir kritisnya. 
Menurut (Toharudin et al., 2011:99), paradigma pembelajaran Problem  Based Learning 
(PBL) diartikan sebagai paradigma pembelajaran yang menggunakan karakteristik masalah di 
dunia nyata untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah. Oleh 
karena  itu,  pembelajaran  PBL  memberikan  berbagai  manfaat  bagi  siswa.  Menurut 
(Purnamaningrum,  2012:39-41)  Model  Problem  Based  Learning  (PBL)  diterapkan  dengan 
memberikan tantangan di dunia nyata atau dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat 
memperoleh  pengetahuan  baru  dengan  menemukan  jawaban  atas  suatu  masalah  yang 
diberikan, dan menumbuhkan pemikiran kreatif. Problem Based Learning (PBL) tidak hanya 
memberikan  siswa  pengetahuan,  tetapi  juga  dapat  membantu  mereka  mengembangkan 
pemikiran kreatif dan keterampilan memecahkan masalah. Oleh karena itu, seorang guru harus 
berupaya memecahkan tantangan yang terkait dengan hasil dan kualitas pembelajaran untuk 
meningkatkan  hasil  belajar  siswa  dengan  menghasilkan  pengalaman  belajar  yang  menarik 
melalui berbagai varian, media, inovasi, dan hubungan timbal balik yang positif antara siswa 
dan guru.  
Guru  yang  kreatif  dapat  menciptakan  lingkungan  belajar  yang  merangsang  yang  akan 
memberi energi kembali pada siswa yang membosankan (Risna, 2018: 4).  Oleh  karena  itu, 
guru  harus  lebih  aktif  ketika  mengajar  siswa  dan  dapat  meningkatkan  kegembiraan  siswa 
untuk  berpartisipasi  dalam  pembelajaran  sehingga  siswa  tidak  menjadi  bosan  dan  lelah  di 
kelas. Terkait dengan berbagai konsep yang dikemukakan di atas, maka diperoleh data di SMP 
Kristen Getsemani Sario Kota Baru Manado mengenai jumlah guru sebagai berikut: 8 orang, 
guru mata pelajaran PKn 1 orang, siswa kelas VII 5 orang, dan siswa kelas IX 13 orang. Dan 
hasil belajar siswa kelas VIII sebanyak 7 orang pada penilaian akhir semester lalu tuntas 3 
orang, dan tidak tuntas atau tidak mencapai KKTP (KKTP 75) sebanyak 4 orang, dengan nilai 
terendah 69 dikarenakan guru kurang kreatif, kurangnya pelaksanaan pembelajaran (PBL), dan 
kendala  lainnya.  Maka  peneliti  tertarik  untuk  melakukan  penelitian  guna  melihat  apakah