Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 57-66
E-ISSN: 3025-9843
57
Friam Julika Passa et.al (Peran Guru Dalam Meningkatkan ....)
Peran Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran PPKn di SMK Negeri 1
Tomohon
Friam Julika Passa
a,1
, Julien Biringan
b,2
, Apeles Lexi Lonto
c,3
a,b,c
Universitas Negeri Manado, Tondano, Sulawesi Utara, Indonesia
Email: julienbiringan@unima.ac.id
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 2 Maret 2025
Direvisi: 20 April 2025
Disetujui: 14 Mei 2025
Tersedia Daring: 1 Juni 2025
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa melalui metode yang digunakan oleg guru serta mengevaluasi
peran guru. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif yang berfokus pada penyelidikan maslah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa guru penting dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa dengan membangun minat belajar siswa. Adapaun
factor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu Kurangnya
minat terhadap mata pelajaran, kesulitan memahami ide-ide abstrak,
dan keyakinan bahwa PPKn merupakan mata pelajaran yang
memerlukan hafalan merupakan contoh penyebab internal. Tekanan
dari teman sebaya, lingkungan keluarga, dan strategi pengajaran
yang kurang kreatif merupakan contoh kekuatan eksternal.
Kata Kunci:
Motivasi Belajar
Peran Guru
Ppkn
ABSTRACT
Keywords:
Learning Motivation
Teacher's Role
PPKn
The purpose of this study was to improve students' learning motivation
through the methods used by teachers and to evaluate the role of
teachers. This study used a qualitative descriptive research method that
focused on investigating problems. The results showed that teachers are
important in improving students' learning motivation by building
students' interest in learning. The factors that influence students'
learning motivation are: Lack of interest in the subject, difficulty
understanding abstract ideas, and the belief that PPKn is a subject that
requires memorization are examples of internal causes. Peer pressure,
family environment, and less creative teaching strategies are examples of
external forces.
©2025, Friam Julika Passa, Julien Biringanb, Apeles Lexi Lonto
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2023, "Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk meningkatkan pembelajaran dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan rohani, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat umum, bangsa, dan negara." Pendidikan adalah usaha yang diarahkan secara
mandiri untuk mengembangkan kapasitas atau kemampuan individu melalui kegiatan
pendidikan. Pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan pendidikan formal,
informal, dan nonformal. Pendidikan formal jalur meliputi pendidikan dasar, menengah, dan
tinggi. Menggunakan proses belajar mengajar adalah cara terbaik untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Pembelajaran merupakan salah satu komponen utama pendidikan karena merupakan
fondasi pendidikan. Menurut teori ini, pendidikan adalah jenis interaksi antara guru dan siswa
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 57-66
E-ISSN: 3025-9843
58
Friam Julika Passa et.al (Peran Guru Dalam Meningkatkan ....)
dalam lingkungan tertentu dengan tujuan mencapai tujuan pendidikan tertentu (Rizawati,
2017). Dalam pendidikan, seorang guru seharusnya tidak hanya menekankan pertumbuhan
intelektual siswa tetapi juga pertumbuhan pribadi mereka, baik dalam perkembangan fisik,
mental, maupun sosial mereka. Selain itu, seorang guru harus mampu memberikan dukungan
dan bimbingan kepada siswanya agar mereka dapat belajar semaksimal mungkin. Salah satu
faktor yang dapat menjadi indikator keberhasilan atau kegagalan proses belajar yang
bersumber dari dalam diri siswa adalah motivasi (Emda, 2018). Motivasi belajar mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Jika tidak ada kemauan atau motivasi
belajar dari diri sendiri, maka pembelajaran tidak akan berhasil. Motivasi adalah perubahan
energi pribadi individu yang ditandai dengan efektivitas (perasaan) dan reaksinya untuk
mencapai tujuan (Santi, 2016).
Motivasi adalah suatu kualitas yang ada dalam diri setiap individu yang mempunyai
keinginan untuk melaksanakan suatu tugas, baik yang dikerjakan dengan tekun maupun tidak,
untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Dorongan dan prestasi pada siswa berprestasi
merupakan fungsi dari motivasi (Harahap dkk, 2021). Jika di dalam kelas terdapat motivator
yang baik, maka akan menghasilkan hasil belajar yang baik. Jika di dalam kelas terdapat suatu
usaha yang dijalani dan dimotori oleh motivasi, maka akan meningkatkan ambang batas
belajar siswa itu sendiri secara signifikan (Suprihatin, 2015). Terdapat dua jenis motivasi
belajar, yaitu intrinsik dan ekstrinsik (Merpati, T., Lonto, A.L., & Biringan, J. 2018: 5561).
Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri siswa, seperti keinginan untuk belajar, minat
terhadap materi pelajaran, dan motivasi pribadi saat mempelajari materi tersebut. Di sisi lain,
motivasi ekstrinsik mengacu pada hal-hal yang datang dari luar kendali siswa, seperti nasihat,
nilai, atau keyakinan dari guru dan orang lain. Guru memainkan peran penting dalam
menciptakan kedua jenis motivasi ini melalui metode pengajaran yang inovatif dan kreatif.
Dengan menciptakan lingkungan belajar yang merangsang dan menarik, guru dapat
meningkatkan motivasi intrinsik siswa. Di sisi lain, penguatan positif, atau umpan balik
positif, dapat meningkatkan motivasi intrinsik. Motivasi belajar siswa tidak akan hilang
sepenuhnya jika tidak ada rasa harga diri yang kuat dalam dirinya, atau bisa saja hilang jika
ada orang yang menghalanginya dengan berbagai cara. Bagi seorang guru, mengetahui cara
memotivasi siswa untuk belajar sangatlah penting karena dengan memahami motivasi masing-
masing siswa, seseorang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebaliknya, siswa yang
memiliki keinginan belajar yang kuat dapat terdorong untuk berpartisipasi dalam proses
pendidikan. Menurut Rahmadani dan Muhroji (2022:4856), motivasi belajar siswa harus selalu
ditingkatkan karena kegagalan dalam belajar juga dapat berasal dari guru yang tidak mampu
secara efektif menginspirasi siswa untuk belajar sehingga motivasi belajarnya meningkat dan
hasil belajarnya pun meningkat.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong siswa untuk belajar dalam
kehidupannya sendiri. Selain siswa, peran yang paling penting dalam kegiatan pendidikan
adalah guru. Guru adalah guru yang mengkhususkan diri dalam penelitian pedagogi. Dalam
hal ini, guru merancang pelajaran dan mengimplementasikannya selama proses belajar
mengajar. Selain itu, guru berperan sebagai pengajar yang memberikan ilmu pengetahuan
tentang moral, etika, dan masalah sosial. Untuk menjalankan peran tersebut, seorang guru
diharapkan memiliki pengetahuan dan kearifan yang luas yang niscaya akan diwariskan
kepada peserta didik (Arianti, 2019). Guru merupakan pelaku utama dalam proses pendidikan,
baik dalam meningkatkan mutu pembelajaran maupun dalam memotivasi peserta didik untuk
belajar (Idzhar, 2016). Guru yang kompeten akan mampu membuat peserta didik memahami
materi yang diajarkan dengan mudah, menjelaskannya dengan jelas, memotivasi peserta didik
untuk belajar, dan membuat peserta didik bersemangat dalam mengikuti pelajaran (Arianti,
2019). Akan tetapi, dalam proses pembelajaran sering kali terdapat permasalahan terkait
dengan motivasi peserta didik untuk belajar.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 57-66
E-ISSN: 3025-9843
59
Friam Julika Passa et.al (Peran Guru Dalam Meningkatkan ....)
Berdasarkan hasil temuan dan pengamatan peneliti terhadap guru dan peserta didik di
SMK Negeri 1 Tomohon, diketahui bahwa motivasi belajar peserta didik tergolong rendah.
Hal ini terlihat dari siswa yang enggan mengganggu guru saat kegiatan belajar mengajar, siswa
yang enggan mengikuti tugas yang diberikan guru, dan Siswa antusias dalam pembelajaran
rendah. Ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan sesuatu atau
memberi mereka nasihat, siswa tersebut tampak agak khawatir. Hal ini membuat proses
pembelajaran menjadi kurang aktif dan menarik, yang menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan percakapan dengan beberapa guru, disebutkan bahwa selalu ada motivasi
belajar yang dilakukan oleh guru dengan berbagai cara. Misalnya, motivasi belajar peserta
didik cukup efektif, seperti ketika mereka mengerjakan tugas, atau ketika mereka
memperhatikan guru ketika ia menjelaskan materi dan menyajikan materi yang belum mereka
pahami sepenuhnya. Peran Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran PPKn Di SMK Negeri 1 Tomohon adalah judul penelitian yang akan dilakukan lebih
lanjut berdasarkan latar belakang di atas.
2. Kajian Pustaka
A. Pengertian Peran
Menurut Bauer dalam Ratnamulyani dan Maksudi (2018), peran merupakan suatu
kesadaran akan pola-pola perilaku atau fungsi-fungsi yang diharapkan dari seseorang, atau suatu
cara pandang tentang bagaimana orang tersebut seharusnya bersikap. Menurut pengertian peran
tersebut, peran merupakan suatu perilaku yang diharapkan untuk dilakukan oleh seorang
individu, atau dengan kata lain merupakan suatu fungsi yang dilakukan oleh individu sesuai
dengan perannya. Peran juga dapat diartikan sebagai fungsi yang seharusnya dilakukan oleh
individu dalam suatu kedudukan. Dengan demikian, peran mempengaruhi bagaimana seseorang
bersikap dalam rangka memenuhi tujuannya.
Menurut Soekanto dalam Nirwana dkk. (2017:3), peran merupakan komponen dinamis dari
kedudukan (status); seorang individu dikatakan menjalankan peran apabila ia menjalankan hak
dan tanggung jawabnya sesuai dengan kedudukannya. Menurut Thoha dalam Nirwana dkk.
(2017:3), peran merupakan komponen dinamis dari kedudukan seseorang. Apabila seseorang
telah melaksanakan hak dan kewajiban yang melekat pada jabatan atau pangkatnya, maka ia
dianggap telah berperan. Berdasarkan pengertian tersebut, apabila seseorang memiliki
kedudukan atau status, maka ia memiliki peran.
Menurut Hamalik dalam Rumbewas et al. (2018:203), peran adalah pola perilaku khusus
yang dianut oleh semua pejabat dari karier atau pangkat tertentu. Perilaku yang dilakukan
seseorang sebagai bagian dari pekerjaan atau kedudukannya di masyarakat disebut peran, dan
menjadi karakteristik fungsi tersebut. Menurut beberapa definisi yang diberikan di atas, peran
adalah bagian dinamis dari status atau posisi seseorang yang dijalankan melalui pelaksanaan
tugas dan hak istimewa yang terkait dengan posisi tersebut. Perilaku yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan fungsinya adalah cara lain untuk mendefinisikan peran.
B. Pengertian Guru
“Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jenjang
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah,” demikian bunyi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Istilah “guru” bukanlah istilah baru dalam dunia pendidikan. Pandangan tradisional menyatakan
bahwa guru adalah sosok yang patut diteladani dan ditiru. Menghormati mengandung makna
bahwa semua ucapannya dapat dipercaya, sedangkan meniru mengandung makna bahwa semua
tindakannya dapat dijadikan panutan bagi masyarakat.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 57-66
E-ISSN: 3025-9843
60
Friam Julika Passa et.al (Peran Guru Dalam Meningkatkan ....)
Karena proses belajar mengajar dan hasil belajar peserta didik sebagian besar ditentukan
oleh peran dan kompetensi guru, maka perkembangan baru dalam perspektif belajar mengajar
membawa konsekuensi bagi para pengajar untuk meningkatkan keprofesionalan dan
kompetensinya. Arianti (2019:118) Agar dapat mencapai hasil belajar yang optimal bagi peserta
didiknya, guru yang kompeten akan lebih mampu mengawasi pembelajaran yang diberikan.
Dalam proses belajar mengajar, peran guru sangat penting. Guru, menurut Suparlan dalam Dewi
et al. (2020:4), adalah individu yang diberi tugas untuk mendidik warga negara dalam segala
aspek kehidupan, baik intelektual, fisik, spiritual, maupun emosional. Guru adalah pengajar yang
bekerja di dalam kelas. Secara sederhana, guru adalah individu yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada siswanya.
Guru dipandang oleh masyarakat sebagai individu yang memberikan pengajaran di lokasi
tertentu, Bahasa Indonesia: tidak hanya di lingkungan pendidikan resmi, tetapi juga di rumah
pribadi, mushola, dan lingkungan lainnya. Untuk melaksanakan proses pembelajaran, guru harus
menjadi pendidik yang kompeten. Menurut persyaratan kinerja yang diperlukan, kompetensi
dapat dilihat sebagai gambaran tentang pengetahuan, kemampuan, dan sikap seseorang serta
bagaimana semuanya itu digunakan di tempat kerja (Rohman, 2020:95). "Pendidik adalah tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, memberikan bimbingan dan pelatihan, dan melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, khususnya bagi pendidik di pendidikan tinggi," menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen memperjelas tuntutan undang-undang bahwa seseorang harus memiliki
kompetensi sesuai dengan kriteria untuk menjadi seorang profesional. Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memberikan penjelasan tentang kompetensi guru
sebagai berikut: a. Kemampuan Mengajar “Kemampuan membimbing belajar siswa” merupakan
pengertian kompetensi pedagogik yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.
Kompetensi pada hakikatnya adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya. b.
Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan keterampilan pribadi guru karena
berkaitan langsung dengan karakter individu. Terdapat korelasi yang kuat antara sikap dengan
kepribadian guru jika dikaitkan dengan interaksi sosial. Karena kepribadian yang positif akan
menghasilkan sikap yang positif dan bermanfaat bagi proses pembelajaran, maka sikap akan
berdampak pada keberhasilan guru dalam mengajar dan belajar (Rohman, 2020:96). Karena
manusia senantiasa berinteraksi satu sama lain, maka sikap memegang peranan penting dalam
kehidupan bermasyarakat. Kompetensi kepribadian merupakan keterampilan pribadi yang
menunjukkan pribadi yang mantap, mantap, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi panutan
peserta didik, serta memiliki akhlak yang mulia, menurut Suprihatiningrum (2012:106). c.
Keterampilan Sosial Kecakapan Sosial Guru yang mampu membantu peserta didiknya mencapai
tujuan pembelajaran dengan baik adalah guru yang efektif. Salah satu cara guru dan peserta
didik berinteraksi dalam proses komunikasi adalah ketika mengajar di depan kelas. Kompetensi
sosial didefinisikan sebagai “kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar” dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Interaksi sosial di dalam kelas maupun di masyarakat luas sangat dipengaruhi oleh kompetensi
ini. Agar dianggap kompeten secara sosial, instruktur harus mampu berkomunikasi secara efektif
dengan siswa, pendidik lain, administrator, dan bahkan anggota masyarakat, menurut Arikunto
dalam Rohman (2020:97). Dengan demikian, kompetensi sosial guru dapat dilihat dari beberapa
indikator, yaitu: 1) interaksi dengan peserta didik; 2) interaksi dengan kepala sekolah; 3)
interaksi dengan rekan sejawat; 4) interaksi dengan orang tua peserta didik; dan 5) interaksi
dengan masyarakat. d. Kompetensi profesional menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen tentang Kompetensi Profesi adalah kemampuan memahami suatu mata
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 57-66
E-ISSN: 3025-9843
61
Friam Julika Passa et.al (Peran Guru Dalam Meningkatkan ....)
pelajaran secara menyeluruh dan luas. Bidang keahlian dan pelaksanaan tugas tersebut disebut
kompetensi profesional. Dengan demikian, guru yang profesional memiliki ciri-ciri mampu
memahami mata pelajaran secara menyeluruh, yang berdampak pada kemampuan meneliti,
menghasilkan karya ilmiah, dan menerbitkan karya ilmiah. Kompetensi profesional menurut
Surya dalam Rohman (2020:97) merupakan sekumpulan keterampilan yang diperlukan untuk
menjadi guru yang profesional. Keahlian dalam bidang yang digeluti, yang meliputi pengetahuan
tentang mata pelajaran dan teknik mengajar, rasa tanggung jawab terhadap pekerjaannya, serta
rasa kekeluargaan dengan sesama pendidik, merupakan komponen kompetensi profesional.
C. Pengertian Peran Guru
Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru memegang peranan yang sangat penting.
Kemampuan guru dalam menjalankan tugasnya sangat menentukan keberhasilan proses
pembelajaran. Menurut Djamarah (2010), guru berperan sebagai motivator, demonstrator,
inisiator, supervisor, informan, mediator, organisator, pengelola kelas, korektor, evaluator,
inspirator, pembimbing, dan fasilitator. Usman memberikan penjelasan tentang fungsi guru
dalam Arianti (2019:119120) sebagai berikut:
1. Instruktur sebagai Exhibitor
Guru, baik sebagai dosen, demonstrator, maupun instruktur, harus selalu menguasai
materi yang akan diajarkannya dan senantiasa meningkatkan pengetahuannya, karena hal
tersebut akan berdampak signifikan terhadap capaian pembelajaran yang dicapai siswa. Satu
hal yang perlu diingat oleh pendidik adalah bahwa mereka sendiri adalah siswa. Hal ini
berarti pendidik perlu terus belajar hal-hal baru. Dengan cara ini, mereka akan memperoleh
berbagai pengetahuan yang akan membantu mereka memenuhi tanggung jawab mereka
sebagai demonstran dan mengilustrasikan pelajaran yang mereka ajarkan secara efektif. Yang
penting adalah bahwa siswa benar-benar memiliki apa yang diajarkan.
2. Instruktur sebagai Pengawas Kelas
Partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran sangat penting untuk pengajaran yang
efektif. Karena salah satu memiliki peran yang memengaruhi yang lain, pengajaran dan
pembelajaran berjalan beriringan dan tidak lebih unggul satu sama lain. Sama seperti aktivitas
belajar siswa menentukan efektivitas instruktur di kelas, efektivitas guru di kelas menentukan
hasil belajar siswa. Mengajar adalah tindakan mentransfer informasi dan pendapat.
3. Instruktur sebagai Mediator
Karena media pendidikan merupakan instrumen komunikasi yang dapat meningkatkan
efektivitas proses belajar mengajar, maka instruktur harus memiliki pengetahuan yang
memadai tentang media pendidikan sebagai mediator. Oleh karena itu, jelaslah bahwa media
pembelajaran merupakan komponen penting dari proses pendidikan dan fondasi yang
melengkapi.
4. Instruktur sebagai Pembantu
Baik dalam bentuk sumber, buku teks, terbitan berkala, maupun surat kabar, guru harus
mampu menawarkan materi pembelajaran yang bermanfaat dan dapat membantu proses
belajar mengajar serta pencapaian tujuan.
5. Guru sebagai Penilai
Dalam bidang pendidikan, semua bentuk pendidikan akan ditinjau pada titik waktu
tertentu selama era pendidikan tertentu. Ini berarti bahwa orang akan selalu mengevaluasi
hasil yang dicapai oleh pendidik dan proses pendidikan. Penilaian harus dilakukan karena
memungkinkan guru untuk menentukan apakah siswa telah menguasai materi, apakah tujuan
telah tercapai, dan apakah strategi pengajaran akurat atau efektif. 6. Guru sebagai Inspirasi
Penguatan peran instruktur sebagai motivator merupakan salah satu cara agar peran guru
dalam proses pembelajaran berubah seiring dengan perubahan makna pembelajaran dari
pembelajaran yang berorientasi pada guru menjadi pembelajaran yang berorientasi pada
siswa. Guru memiliki berbagai fungsi dalam kegiatan pembelajaran, antara lain sebagai
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 57-66
E-ISSN: 3025-9843
62
Friam Julika Passa et.al (Peran Guru Dalam Meningkatkan ....)
informan, evaluator, organisator, mediator, motivator, fasilitator, pengarah, penyampai, dan
pemrakarsa, menurut Sadirman (2016). Instruktur memegang peranan penting dalam
menumbuhkan motivasi belajar siswa. Selain memberikan dan mentransfer ilmu pengetahuan,
tugas guru adalah memberikan inspirasi kepada siswa untuk belajar. Karena hasrat belajar
setiap siswa tidak dapat dipungkiri bersifat unik, maka guru harus mampu membangkitkan
dan menyulut seluruh potensi siswa di samping membimbing mereka untuk meningkatkan
keterampilannya dengan baik. Oleh karena itu, pendidik harus senantiasa memberikan
inspirasi kepada siswa agar bersemangat dalam belajar. Dengan demikian, guru memegang
peranan penting dalam menumbuhkan semangat belajar siswa. Edu and Associates, 2021:29.
Guru dapat membantu siswa agar lebih termotivasi dalam belajar dengan cara: (1)
Memberikan motivasi kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar
mengajar (Ariani, 2018: 132). Guru dalam posisi ini harus memberikan bimbingan ilmiah,
mendorong partisipasi, dan meningkatkan antusiasme siswa untuk belajar. (2) Menciptakan
lingkungan yang menyenangkan di kelas. Karena kegiatan belajar hanya dapat dilakukan di
lingkungan yang menyenangkan, maka pembelajaran harus dilakukan di sana. Prasyarat
utama untuk belajar dan landasan bagi munculnya kreativitas dan penemuan adalah keadaan
bebas. (3) mengembangkan berbagai strategi pengajaran, (4) meningkatkan gairah dan energi
di kelas, dan (5) menawarkan hadiah. Instruktur harus memberikan penghargaan dalam
bentuk nilai dan hadiah. Guru memainkan berbagai peran dalam proses belajar mengajar,
termasuk peran sebagai penasihat, motivator, manajer kelas, supervisor, penjelajah, dan guru.
Konsep ini mendukung pernyataan Zahroh (2015) bahwa pendidik melakukan berbagai
fungsi dalam proses pembelajaran dan bahwa instruktur sebagai profesi memiliki tanggung
jawab dalam mengajar murid.
Menurut beberapa definisi peran guru yang diberikan di atas, istilah "peran guru"
mengacu pada pola perilaku yang dilakukan pendidik selama proses pembelajaran untuk
memenuhi peran mereka dan mencapai tujuan pembelajaran. Pekerjaan guru juga dapat
digambarkan sebagai perlakuan (ancaman) mereka terhadap murid selama proses
pembelajaran sehingga setiap siswa dapat mengembangkan kompetensi, keterampilan, dan
kapasitas mereka sendiri. Guru memainkan berbagai peran dalam proses belajar mengajar,
termasuk peran sebagai penasihat, motivator, manajer kelas, supervisor, penjelajah, dan guru.
Konsep ini mendukung pernyataan Zahroh (2015) bahwa pendidik melakukan berbagai
fungsi dalam proses pembelajaran dan bahwa instruktur sebagai profesi memiliki tanggung
jawab dalam mengajar murid.
Menurut beberapa definisi peran guru yang diberikan di atas, istilah "peran guru"
mengacu pada pola perilaku yang dilakukan pendidik selama proses pembelajaran untuk
memenuhi peran mereka dan mencapai tujuan pembelajaran. Pekerjaan guru juga dapat
digambarkan sebagai perlakuan (ancaman) mereka terhadap murid selama proses
pembelajaran sehingga setiap siswa dapat mengembangkan kompetensi, keterampilan, dan
kapasitas mereka sendiri.
D. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi merupakan suatu kondisi mental yang mendorong tindakan dan memberikan
energi yang menghasilkan pemenuhan tuntutan, kepuasan, atau keseimbangan
ketidakseimbangan, menurut Sedarmayanti (2017). Dorongan dari dalam dan luar diri dapat
memotivasi seseorang dengan menciptakan keadaan tertentu yang mengarah pada pencapaian
hasil yang diinginkan. Motivasi juga dapat dipahami sebagai dorongan yang melatarbelakangi
tindakan individu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dorongan
seseorang merupakan faktor krusial dalam menentukan keberhasilannya (Hapsari et al., 2021:
95). Keinginan peserta didik untuk meningkatkan pembelajarannya guna mencapai tujuan
tertentu dikenal sebagai motivasi belajar. Sundari (2017). Menurut Manizar (2015), motivasi
belajar merupakan suatu kekuatan yang mendorong peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 57-66
E-ISSN: 3025-9843
63
Friam Julika Passa et.al (Peran Guru Dalam Meningkatkan ....)
belajar dengan penuh semangat dan dapat memberikan petunjuk kepada peserta didik tentang
cara mencapai tujuan tertentu. Pandangan para ahli tersebut di atas mengarah pada kesimpulan
bahwa motivasi belajar merupakan suatu usaha dari peserta didik atau orang lain yang
memengaruhi atau mendorong peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan belajar. Dalam
kegiatan belajar, motivasi belajar sangatlah penting. Motivasi belajar berfungsi sebagai
pendorong, pemandu, atau pendorong perilaku (Sadirman, 2016:85).
Menurut Sadirman (2016), indikator motivasi belajar antara lain: tekun dalam melaksanakan
tugas, lebih suka bekerja sendiri, tabah dalam menghadapi tantangan, mempertahankan
pendirian, menunjukkan minat terhadap berbagai masalah, dan cepat kehilangan minat terhadap
pekerjaan rutin. Menurut Winkel (2014), motivasi belajar adalah seluruh dorongan psikologis
yang mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan belajar, menjaga kesinambungan kegiatan
belajar, dan memberi mereka arahan untuk mencapai tujuan. Siswa dapat memperoleh manfaat
dari pemahaman motivasi dalam tiga cara: 1) memotivasi orang atau siswa untuk mengambil
tindakan, 2) memutuskan bagaimana melanjutkan, dan 3) memilih apa yang harus dilakukan.
Seseorang dapat melakukan upaya karena motivasi, yang dapat berfungsi sebagai katalisator
bagi upaya dan keberhasilan. Ketika ada insentif yang kuat untuk belajar, hasil positif akan
mengikuti, dan sebaliknya (Mokoagow, 2021:22). Menurut definisi yang disebutkan di atas,
motivasi belajar adalah dorongan yang membangkitkan minat siswa dalam proses pembelajaran.
Kekuatan pendorong di balik kegembiraan siswa untuk belajar, yang memengaruhi pencapaian
tujuan pembelajaran mereka, adalah definisi lain dari motivasi belajar.
E. Mata Pelajaran PPKn
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), menurut Biringan (2014:20), merupakan sarana
pembinaan moral warga negara dan penyiapan warga negara menjadi warga negara yang
bertanggung jawab dan demokratis. Pendidikan kewarganegaraan merupakan program
pemerintahan mayoritas yang dirancang untuk mengajarkan kepada masyarakat Indonesia bahwa
pemerintahan dijalankan oleh mayoritas dan memberi mereka kebebasan untuk berpikir dan
bertindak sesuai dengan asas-asas fundamental. jenis kehidupan bermasyarakat yang paling
menjamin kemaslahatan pribadi. Publik. Menurut Pasandaran (dalam Bringan, 2014:20), PKn
dibuat dalam mimpi, khususnya PKn yang logis, berlapis-lapis, mayoritas, adil, dan objektif.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), menurut Aziz Wahab (dalam Magdalena dkk., 2020:421),
merupakan alat pengajaran yang bertujuan untuk mengindonesiakan peserta didik secara
sengaja, bijaksana, dan sadar. Selain itu, materi pembelajaran PKn mencakup asumsi-asumsi
umum yang berkaitan dengan tujuan-tujuan tersebut serta konsep-konsep umum tentang
organisasi negara, masalah-masalah pemerintahan, dan peraturan-peraturan negara. Menurut
Pancasila dan UUD 1945, pendidikan kewarganegaraan merupakan mata kuliah yang terdiri dari
beberapa siklus yang dirancang untuk membantu peserta didik berkembang menjadi pribadi
yang dapat dipercaya dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Berdasarkan beberapa
pengertian di atas, PPKn merupakan mata kuliah wajib yang bertujuan untuk membentuk pribadi
warga negara yang bertanggung jawab dan demokratis dalam kehidupan berbangsa, bernegara,
dan bernegara. Mata kuliah PPKn juga dapat diartikan sebagai alat untuk membentuk pribadi
yang berwawasan kebangsaan.
3. Metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan
postpositivistik yang berfokus pada pemahaman fenomena yang terjadi di lingkungan nyata.
Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tomohon selama dua bulan, dengan melibatkan
kepala sekolah, guru, dan sejumlah siswa sebagai informan. Teknik pengumpulan data
meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi dilakukan untuk
mengidentifikasi kondisi awal di lapangan, sedangkan wawancara digunakan untuk menggali
informasi secara mendalam melalui komunikasi langsung dengan narasumber. Dokumentasi
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 57-66
E-ISSN: 3025-9843
64
Friam Julika Passa et.al (Peran Guru Dalam Meningkatkan ....)
digunakan untuk memperoleh data sekunder dari berbagai sumber tertulis seperti buku,
dokumen sekolah, dan media lainnya. Data yang terkumpul dianalisis melalui tiga tahap,
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan
dengan menyederhanakan dan memilah data penting, dilanjutkan dengan penyajian data
secara sistematis untuk memudahkan pemahaman, dan diakhiri dengan penarikan
kesimpulan berdasarkan interpretasi terhadap data yang diperoleh.
4. Hasil dan Pembahasan
A. Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, guru memegang peranan penting. Guru
menggunakan teknik interaktif termasuk studi kasus, percakapan, dan pembelajaran berbasis
proyek untuk mencoba menciptakan lingkungan belajar yang menarik. Membangun
kegembiraan dalam belajar juga sangat dipengaruhi oleh interaksi dan komunikasi positif
antara guru dan siswa. Selain itu, pujian dan insentif dari guru dapat meningkatkan harga diri
dan motivasi belajar siswa.
B. Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Motivasi Belajar Siswa
Ditemukan bahwa sejumlah faktor memengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa dalam
mata pelajaran PPKn. Kurangnya minat terhadap mata pelajaran, kesulitan memahami ide-ide
abstrak, dan kurangnya relevansi antara materi pelajaran dan kehidupan sehari-hari merupakan
contoh penyebab internal. Teman sebaya, lingkungan keluarga, dan strategi pengajaran yang
kurang menarik merupakan contoh variabel eksternal. Kurangnya variasi dalam kurikulum dan
metode penilaian juga membuat siswa sulit untuk tetap termotivasi dalam belajar.
C. Strategi Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Guru menggunakan berbagai taktik untuk meningkatkan antusiasme siswa dalam belajar,
termasuk penggunaan teknologi dan materi pembelajaran interaktif, teknik pembelajaran aktif,
serta memberi penghargaan dan pujian kepada siswa atas usaha mereka. Untuk memberikan
bantuan tambahan kepada anak-anak yang kesulitan belajar, guru juga memperlakukan setiap
siswa secara individual. Siswa juga lebih menyukai pendekatan berbasis pengalaman langsung
dan nyata karena pendekatan tersebut membantu mereka memahami materi pelajaran.
D. Dampak Peran Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa
Menurut wawancara, upaya guru untuk meningkatkan minat belajar siswa berdampak
positif pada kegembiraan dan prestasi akademik mereka. Sesi PPKn membuat siswa merasa
lebih bersemangat dan yakin. Mereka merasa lebih mudah memahami materi pelajaran ketika
teknik interaktif dan sumber belajar yang menarik digunakan. Untuk membantu guru dalam
menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan kreatif, sekolah juga harus memberikan
dukungan.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan, dapat disimpulkan bahwa peran guru sangat krusial dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa. Guru tidak hanya berfungsi sebagai penyampai materi,
tetapi juga sebagai motivator dan fasilitator yang membangun lingkungan belajar yang
kondusif dan menarik. Melalui penerapan berbagai strategi seperti pembelajaran berbasis
proyek, penggunaan teknologi interaktif, serta pendekatan individual terhadap siswa yang
mengalami kesulitan belajar, guru mampu mendorong siswa untuk lebih aktif dan antusias
dalam mengikuti proses pembelajaran. Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik internal seperti minat, pemahaman materi, dan persepsi terhadap mata pelajaran,
maupun eksternal seperti lingkungan sosial, keluarga, dan metode pengajaran. Ketika guru
mampu mengenali dan menyesuaikan pendekatan pembelajaran dengan kebutuhan serta
karakteristik siswa, maka dampaknya sangat positif terhadap peningkatan semangat dan
keterlibatan siswa. Selain itu, penerapan metode yang relevan dan kontekstual membuat siswa
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 57-66
E-ISSN: 3025-9843
65
Friam Julika Passa et.al (Peran Guru Dalam Meningkatkan ....)
merasa bahwa pembelajaran memiliki manfaat nyata dalam kehidupan mereka. Oleh karena
itu, penguatan peran guru dalam mendesain pembelajaran yang kreatif, komunikatif, dan
adaptif menjadi kunci dalam menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan
bermakna, serta secara signifikan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara
keseluruhan.
6. Daftar Pustaka
Arianti, A. (2019). Peranan Guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Didaktika: Jurnal
Kependidikan, 12(2), 117-134.
Arianti. 2018. Peran Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta didik. Jurnal Kependidikan,
Vol. 12, No. 2.
Biringan, J. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Moral. Jumal limu Pendidikan.
Dewi, F. C., & Yuniarsih, T. (2020). Pengaruh lingkungan sekolah dan peran guru terhadap motivasi
belajar siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran (JPManper), 50), 1-13.
Edu, A. L., Saiman, M., & Nasar, I. (2021). Guru dan Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Literasi Pendidikan Dasar, 2(2), 26-30.
Ekonomi Universitas Negeri Jakarta. Jurnal Parameter Vol 30 No 1
Emda, A. (2018). Kedudukan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Lantanida Journal, 5(2), 172-
182.
Harahap, N. F., Anjani, D., & Sabrina, N. (2021). Analisis Artikel Metode Motivasi Dan Fungsi
Motivasi Belajar Siswa. Indonesian Journal
Of Intellectual Publication, 1 (3), 198203
Magdalena, I, dkk. 2020. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar Negeri Bojong
3 Pinang. Bintang: Jurnal Pendidikan dan Sains.
Mardalis, (2005). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposai Jakarta; Bumi Aksara
Mamonto, P. W., Pasandaran, S., & Pangalila, T. (2020). Peran guru PKn dalam menanamkan karakter
cinta tanah air pada siswa di SMP Negeri 6 Kotamobagu. Jumal Civic Education: Media Kajian
Pancasila dan Kewarganearaan, 4(1).
Manizar, E. 2015. Peran Guru Sebagai Motivator Dalam Belajar. Tadrib.
Merpati, T., Lonto, A. L., & Biringan, J. (2018). Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa di SMP Katolik Santa Rosa Siau Timur Kabupaten Sitaro. Jurnal Civic Education: Media
Kajian Pancasila dan Kewarganegaraan, 2(2), 55-61.
Mukhtar, S, dkk. (2018). Analisis Kompetensi Calon Pendidik Profesional di Fakultas
Nirwana, D. C., Muhammadiah, M., & Hasanuddin, M. (2017). Peran pemerintah dalam pembinaan
usaha kecil menengah di Kabupaten Enrekang. Kolaborasi: Jurnal Administrasi Publik, 3(1), 01-
14.
Ratnamulyani, I. A., & Maksudi, B. I. (2018). Peran Media Sosial Dalam Peningkatan Partisipasi
Pemilih Pemula Dikalangan Pelajar Di Kabupaten Bogor. Sosiohumaniora, 20(2), 154-161.
Rizawati. (2017). Hubungan antara Interaksi Edukatif Guru denagn Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD
Negeri Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Pendidikah Guru Sekolah Dasar, 2(1), 113-120
Rohman, H. Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Kinerja Guru. Jurnal MADINASIKA Manajemen
dan Keguruan.
Ramadhani, D. A., & Muhroji, M. (2022). Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada
Peserta Didik di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3), 4855-4861.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik (JPKP)
Vol. 3, No. 1, Juni 2025, page: 57-66
E-ISSN: 3025-9843
66
Friam Julika Passa et.al (Peran Guru Dalam Meningkatkan ....)
Sadirman A. M. 2016. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.[15]
Sirait, E. D. 2016.
Santi, N. N. (2016). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua Dan Persepsi Terhadap
Kondisi Lingkungan Sekolah, Terhadap Motivasi Belajar.Jurnal Dimensi Pendidikan dan
Pembelajaran,3(I), 4554.
Saumi, dkk. 2021 Peran Guru Dalam Memberikan Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Pada Masa
Pandemi COVID-19. Jurnal Educatio. 7(1): 149-155
Sedarmayanti. (2017). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung:PT Refika
Aditama.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, KualitatifDan R&D. Bandung. Alfabeta
Sundari, F. 2017. Peran Guru Sebagai Pembelajaran Dalam memotivasi Didik Usia SD. LPPM
UNINDRA. 1 (1).
Suprihatin, S. (2015). Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan
Ekonomi, 30), 73-82.
Suprihatiningrum (2012). Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi.Yogyakalta: AR-RUZZ MEDI.
Winkel, W.S. (2014). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Sketsa.
Yusuf. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana
Zahroh, A. (2015). Membangun Kualitas Pembelajaran Melalui Dimensi Profesionalise Guru.Bandung:
Yrama Widya.