lingkungan kelompok dimana individu dapat saling membangun pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan”. Dengan demikian hasil lainnnya menunjukan bahwa model ini membuat
siswa menjadi pribadi yang tidak egois, menghargai perbedaaan pendapat dalam suatu diskusi,
saling mendukung serta memberi dorongan kepada temannya yang kurang aktif.
Penerapan model pembelajaran tersebut juga menghasilkan dampak positif bagi siswa
yang mengalami kecemasan akademik. Mereka menjadi lebih mampu mengendalikan mood
dan emosi mereka selama proses belajar mengajar karena keterliban mereka dalam tanggung
jawab individual dan saling ketergantungan di dalam kelompok. Hal ini berdampak pada
pengembangan kecackapan pribadi, termasuk pemahaman diri, pengendalian emosi, dan
kemampuan berpikir rasional selama proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga mampu
memahami alur pembelajaran dan menyelesaikan tugas dengan lebih baik, meninggalkan
kebiasaan buruk dalam belajar, dan menjadi lebih terbuka dalam berkomunikasi, dengan guru
mengenai perasaan dan pengalaman mereka selama proses pembelajran berlangsung. Terdapat
beberapa hambatan yang muncul saat menerapkan model kooperatif tipe jigsaw ini. Salah
satunya adalah ketika sedang berlangsungnya kegiatan diskusi, siswa dapat kehilangan
konsentrasi karena adanya kelompok lain yang bising atau perbedaan pendapat di antara siswa,
sehingga suaana kelas menjadi kurang kondusif. Namun, baik guru maupun siswa dapat
mengatasi hambatan tersebut dengan berbagai cara sebagai berikut: 1) membuat kesepakatn
kelas yang jelas dan wajib diikuti oleh seluruh siswa. 2) memberi peringatan secara nnverbal
kepada siswa yang tidak mau mematuhi aturan. 3) selalu berupaya memberi dukungan kepada
siswa, khususnya yang mengalami kecemasan akademik agar mampu memahami materi
dengan cara menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Dengan beberapa
tindakan ini, diharapkan hambatan-hambatan yang muncul selama penerapan model kooperatif
tipe jigsaw dapat diatasi dengan baik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efisien
dan produktif.
4. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses
pengajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) telah mengalami perubahan
dari pendekatan konvensional yang pada aspek kognitif saja menjadi lebih berorientasi pada
siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Tujuan perubahan ini adalah untuk
mengatasi kecemasan akademi yang dialami oleh siswa kelas 12. Hasil penelitian menunjukan
bahwa model pembelajaran kooperaitf tipe jigsaw efektif dalam meningkatkan pertisipasi siswa,
pemehaman materi, dan kemampuan sosial siswa. Teori-teori konstruktivsme sosial,
konstruktivsme personal, dan motivasi pmendukung penggunaan model ini, penerapan model
ini juga membantu mengatasi kecemasan akademik siswa dengan meningkatkan kontrol emosi,
pemahaman diri, dan kemampuan berpikir rasional. Namun, terdapat beberapa hambatan seperti
gangguan dari kelompok lain dan perbedaan pendapat di antara siswa. Untuk mengatasi
hambatan-hambatan tersebut, penting untuk menetapkan aturan yang jelas, memberi dukungan
kepada siswa yang mengalami kecemasan akademik, dan menjelaskan materi dengan bahasa
yang mudah dipahami. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berhasil
dianggap sebagai solusi yang efektif dalam mengatasi keemasan akademik siswa dalam konteks
pembelajran PPKn.
5. Daftar Pustaka
Andiwatir, A., Nay, F. A., & Talan, R. (2021). Model Pembelajaran SCL (Student Center
Learning) pada Siswa Lamban Belajar (Slow Learner) Sekolah Menengah Pertama.
PEMBELAJAR: Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, Dan Pembelajaran, 5(2), 117.
https://doi.org/10.26858/pembelajar.v5i2.19595