Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 1, Februari 2025, page: 11-18
E-ISSN: 3047-2474
Naskah dikirim: 20/12/2024 Selesai revisi: 4/1/2025 Disetujui: 28/1/2025 Diterbitkan: 1/2/2025
11
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 CC BY-SA International License.
Pelatihan Penulisan Soal Literasi dan Numerasi bagi Guru
Ilham Rizkianto
1
, Yenny Anggreini Sarumaha
2*
, Aji Permana Putra
3
1
Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia
2,3
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, Indonesia
e-mail:
1
ilham_rizkianto@uny.ac.id,
2*
yanggreini@gmail.com,
3
putrapermana
aji@gmail.com
Abstrak
Tujuan pengabdian ini adalah memberikan pelatihan bagi guru-guru dalam
merancang soal-soal AKM. Kegiatan pengabdian ini dilakukan di MTsN 1 Sleman
dan melibatkan guru-guru mata pelajaran sebagai peserta pelatihan. Kegiatan ini
lakukan bulan Oktober hingga November 2024 sebanyak tiga kali kegiatan. Melalui
kegiatan kepada masyarakat ini, tim pengabdi berupaya agar guru-guru di MTsN 1
Sleman dapat memahami AKM dengan lebih baik dan memiliki pengalaman dalam
merancang soal-soal literasi yang sesuai dengan mata pelajaran yang mereka ampu.
Kegiatan pelatihan perancangan soal literasi numerasi bagi guru memberikan
pemahaman dan keterampilan yang cukup tentang pentingnya integrasi numerasi
dalam pembelajaran. Berdasarkan diskusi yang dilakukan dan presentasi soal-soal
literasi numerasi yang dirancang guru, terlihat bahwa kompetensi guru dalam
merancang soal literasi numerasi yang kontekstual dan relevan dengan mata
pelajaran yang diajarkan, berkembang. Guru kini dapat memahami bagaimana
menghubungkan konsep numerasi dengan materi pembelajaran untuk menciptakan
soal bermakna. Soal literasi numerasi yang dirancang dengan baik tidak hanya
menguji kemampuan berhitung, tetapi juga melatih siswa dalam menganalisis,
mengevaluasi, dan memecahkan masalah.
Kata Kunci: soal literasi numerasi, pelatihan guru, kompetensi siswa
Abstract
The purpose of this community service activity was to provide training for teachers on
designing AKM problems. The activities were conducted at MTsN 1 Sleman and involving
teachers as participants. Those were held from October to November 2024 in three meetings.
Through this community service activity, the team made serious efforts for teachers to
understand AKM better and experience in devising literacy problems which were relevant to
their own subjects. The training activities on designing literacy numeracy problems for
teachers provide sufficient understanding and skills about the importance of numeracy
integration in learning. Based on the discussion held and the presentation of problems
designed, teachers’ competence in designing literacy numeracy that are contextual and
relevant to the subjects being taught is growing. Teachers now have profound understanding
Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 1, Februari 2025, page: 11-18
E-ISSN: 3047-2474 (online) 12
https://kurniajurnal.com/index.php/kurnia-mengabdi
how to connect numeracy concepts with learning material to create meaningful problems.
Well-designed literacy numeracy problems not only test numeracy skills, but also train
students in analyzing, evaluating and solving problems.
Keywords: literacy numeracy problems, teachers’training, students’ competencies
Pendahuluan
Literasi berasal dari bahasa Inggris, literacy. Literacy sendiri berasal dari kata Latin,
littera yang berarti litter atau huruf. Karenanya, literasi dikaitkan dengan
kemampuan untuk mengenal huruf, atau dengan kata lain dikenal dengan
kemampuan membaca dan menulis (Zollman, 2012; Ngurah Suragangga, 2017).
Seiring berjalannya waktu, perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberi
pengaruh pada makna literasi. Literasi tidak hanya menjadi kepekaan terhadap
huruf atau aksara. Budaya literasi bertujuan untuk melatih kebiasaan berpikir untuk
dapat mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara bijak melalui
berbagai kegiatan seperti membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara
sehingga menghasilkan sebuah karya atau berubahnya karakter menjadi lebih baik
(Ngurah Suragangga, 2017; Wandasari, 2017). UNESCO (UNESCO, 2006)
menyatakan bahwa literasi adalah hal mendasar dalam pendidikan dan lingkungan
literasi sangat penting untuk mencapai tujuan pemberantasan kemiskinan,
mengurangi resiko kematian anak, membatasi pertumbuhan penduduk, mencapai
kesetaraan gender dan memastikan terlaksananya pembangunan yang
berkelanjutan, perdamaian, dan demokrasi.
PISA sebagai salah satu studi internasional yang fokus pada penilaian kemampuan
siswa, menjadikan literasi menjadi aspek yang diukur. Literasi tersebut terdiri atas
literasi membaca, literasi matematika, dan literasi sains (OECD, 2019). Perhatian
dunia terhadap literasi juga disambut di berbagai negara di dunia. Negara-negara di
Eropa, misalnya, telah menempatkan literasi ke dalam kurikulum (Bennison, 2016).
Di Indonesia sendiri, perubahan kurikulum menghasilkan adanya perubahan
terhadap sistem penilaian di sekolah. Salah satu produk dari perubahan kurikulum
di Indonesia adalah adanya program evaluasi sistem pendidikan yang dikenal
dengan mana Asesmen Nasional (AN) (Wijaya and Dewayani, 2021). AN diterapkan
di berbagai jenjang pendidikan dasar dan menengah, meliputi sekolah, madrasah,
juga program pendidikan kesetaraan di Indonesia. Hasil belajar kognitif berupa
literasi membaca dan literasi matematika atau numerasi diukur melalui Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM). AKM hadir menjawab kebutuhan global saat ini di
mana dunia berubah dengan cepat dan siswa diharapkan mampu beradaptasi
dengan baik dan berpartisipasi aktif sebagai anggota masyarakat.
Hadirnya AKM di dunia pendidikan, juga memberi dampak pada pembelajaran di
sekolah. Guru sebagai bagian penting dalam perkembangan pendidikan dituntut
untuk dapat memberikan pengalaman baik bagi siswa belajar dan mengasah
kemampuan mereka dalam bidang literasi. Kedua kompetensi ini, kompetensi
literasi dan numerasi, sangat perlu untuk dikembangkan karena di dalamnya
Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 1, Februari 2025, page: 11-18
E-ISSN: 3047-2474 (online) 13
https://kurniajurnal.com/index.php/kurnia-mengabdi
memuat keterampilan logis-sistematis, keterampilan bernalar dengan
mengimplementasikan berbagai konsep dan ilmu yang telah dipelajari, serta
kemampuan untuk memahami, memilah, dan menggunakan informasi yang
diperoleh secara kritis (Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbud, 2020). Jika
ditelaah lebih lanjut, literasi membaca berhubungan dengan kemampuan dalam
memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan merefleksikan berbagai jenis bacaan,
dalam rangka mengembangkan kapasitas seseorang sebagai masyarakat Indonesia
dan masyarakat dunia serta dapat memberikan sumbangsih secara produktif kepada
lingkungan sekitar. Sedangkan numerasi dikaitkan dengan kemampuan berfikir
dengan mengerahkan pemahaman akan konsep, prosedur, fakta, dan alat
matematika dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dari berbagai jenis konteks
yang relevan untuk seseorang sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan
masyarakat dunia (Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbud, 2020). Hal ini
sejalan dengan NCTM yang mendefinisikan numerasi sebagai kompetensi dalam
membaca, mendengar, berfikir kreatif, dan mengkomunikasikan masalah,
representasi matematis, dan solusi untuk mengembangkan dan memperdalam
pemahaman seseorang akan matematika (NCTM, 2000). Soal AKM yang ditujukan
kepada siswa dirancang sedemikan rupa sehingga selain dapat mengukur topik atau
konten tertentu, juga dapat memberikan gambaran bagaimana tingkat kognitif
siswa, konten, dan konteks yang digunakan dalam pembelajaran.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa guru masih merasakan kesulitan dalam
merancang dan mengimplementasikan soal AKM di kelas. Belum adanya buku ajar
yang memuat soal-soal literasi (Ain, Mustika and Wulandari, 2023), belum
diselenggarakannya pelatihan dalam merancang soal-soal (Bansilal et al., 2012),
belum adanya konsepsi atau pemahaman yang baik mengenai literasi, kesulitan
dalam mengantisipasi respon siswa dan mengidentifikasi strategi mengajar
produktif untuk mengatasinya (Bolstad, 2020) merupakan beberapa alasan mengapa
AKM masih mengalami kendala di sekolah. Hal serupa juga ditemukan di MTsN 1
Sleman. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah dan
beberapa guru bidang studi, AKM menjadi subjek yang kurang dipahami para guru.
Konsep kompetensi literasi membaca dan literasi matematika yang difokuskan
dalam AKM masih menjadi tanda tanya bagi guru. Para guru menyadari bahwa
untuk mendukung perkembangan kedua kompetensi tersebut, merupakan tanggung
jawab guru.
Siswa tidak bisa dipaksa langsung bisa menyelesaikan soal-soal AKM apabila
mereka tidak memiliki pengalaman di kelas selama pembelajaran. Karenanya, guru
perlu merancang soal-soal yang mirip atau setara dengan soal-soal AKM yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Belum adanya pemahaman mendalam mengenai
konsep AKM dalam pembelajaran dan belum adanya pelatihan bagaimana
merancang soal-soal AKM yang sesuai dengan siswa, menjadi hambatan terbesar
untuk sekolah ikut menyukseskan program pemerintah tersebut. Oleh karena ini,
kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini hadir sebagai salah satu solusi untuk
mengatasi kendala tersebut. Tujuan pengabdian ini adalah memberikan pelatihan
Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 1, Februari 2025, page: 11-18
E-ISSN: 3047-2474 (online) 14
https://kurniajurnal.com/index.php/kurnia-mengabdi
bagi guru-guru dalam merancang soal-soal AKM. Melalui kegiatan kepada
masyarakat ini, tim pengabdi berharap agar guru-guru di MTsN 1 Sleman dapat
memahami AKM dengan lebih baik dan memiliki pengalaman dalam merancang
soal-soal literasi yang sesuai dengan mata pelajaran yang mereka ampu.
Metode
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menggunakan metode pelatihan atau
workshop. Kegiatan pelatihan atau workshop ini dilaksanakan di MTsN 1 Sleman
dan para guru bidang studi sebagai peserta. Kegiatan ini dilakukan pada bulan
Oktober hingga November 2024. Kegiatan ini dibagi ke dalam tiga tahapan. Tahap
pertama adalah pemaparan materi tentang konsep literasi membaca dan literasi
matematika atau numerasi. Tahap kedua adalan eksperimen mencobakan soal-soal
AKM yang sudah ada dan perancangan soal AKM berdasarkan bidang studi yang
diampu. Tahap ketiga adalah pemaparan hasil perancangan soal yang telah dibuat
peserta.
Gambar.1 Tahapan pelaksanaan kegiatan
Hasil dan Pembahasan
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dalam
melibatkan empat belas orang guru bidang studi di MTsN 1 Sleman. Peserta yang
hadir di antaranya mengampu mata pelajaran IPA, IPS, Matematika, Bahasa Inggris,
Bahasa Indonesia, PJOK, PPKn, dan Fiqih. Pada pertemuan pertama, tim pengabdi
memperkenalkan kembali kompetensi literasi dan numerasi yang menjadi fokus dari
AKM. Pemaparan materi berfokus pada hasil asesmen literasi numerasi siswa-siswa
di Indonesia, konsep literasi numerasi, aspek-aspek yang mempengaruhi kedua
kompetensi tersebut, dan beberapa contoh soal literasi numerasi yang disediakan
pemerintah dan bisa diakses secara bebas. Kegiatan ini diikuti dengan diskusi
bersama guru mengenai persepsi awal yang mereka miliki mengenai literasi dan
numerasi dan persepsi mereka setelah mendengar pemaparan dari pemateri.
Kegiatan kedua, masih bertema literasi dan numerasi, menitikberatkan pada
pemberian pengalaman yang cukup bagi guru untuk mengerjakan soal-soal literasi
dan numerasi yang ada. Peserta diajak mengkaji komponen yang ada dalam tiap soal
dengan tujuan memberi petunjuk bagaimana merancang soal literasi dan numerasi
yang baik, yang sesuai dengan karakteristik atau level siswa dan mata pelajaran
yang mereka ampu. Guru juga dibagi ke dalam beberapa kelompok yang sesuai
dengan rumpun ilmu untuk merancang soal literasi dan numerasi. Dalam
Pemaparan
materi AKM
dan literasi,
literasi dan
numerasi
Penyelesaian
soal-soal AKM
yang ada dan
perancangan
soal
Presentasi soal
literasi yang
telah dibuat
oleh peserta
Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 1, Februari 2025, page: 11-18
E-ISSN: 3047-2474 (online) 15
https://kurniajurnal.com/index.php/kurnia-mengabdi
kelompoknya para guru berdiskusi dan saling memberi masukan terhadap soal yang
dirancang teman sekelompok. Dalam diskusi kelompok ini, guru juga di dampingi
oleh tim pengabdi dan mengajukan pertanyaan jika menemukan hal yang
membingungkan.
Gambar.2 Contoh konteks yang digunakan
Gambar 2 menunjukkan gambar yang digunakan guru untuk merujuk pada situasi
yang digunakan sebagai soal. Gambar pada soal digunakan sebagai representasi dari
masalah yang dihadapi sehingga siswa diharapkan terbantu dalam menggambarkan
situasi masalah yang dimaksud atau dalam hal ini, konteks yang digunakan dalam
soal. Kedua soal literasi numerasi tersebut dirancang oleh guru mata pelajaran IPA
kelas IX (gambar 2 kiri) dan kelas VII (gambar 2 kanan).
Mayoritas guru menemukan kesulitan dalam menemukan konteks yang sesuai
dengan materi yang mereka ajarkan. Karenanya, tim menyarankan agar
menggunakan situasi atau konteks yang tersedia di internet dan mencantumkan
sumber ketika konteks tersebut digunakan. Selain itu, ketika beberapa guru
mengalami kesulitan dalam memformulasikan soal yang sesuai dengan level siswa,
tim menyarankan untuk menyesuaikan dengan level siswa dan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai. Contoh-contoh soal AKM yang ada bisa dijadikan sebagai
rujukan dalam merancang soal yang sesuai. Gambar 3 menunjukkan soal literasi
numerasi yang dirancang guru mata pelajaran PPKn dan PJOK. Terlihat dari soal
bahwa guru berusaha mengaitkan mata pelajaran yang mereka ampu dengan mata
pelajaran lain. Misal pada soal PJOK, guru mengaitkan soal yang dirancang dengan
soal matematika. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bansilal, bahwa
numerasi berperan penting untuk memahami dunia, di mana kemampuan ini
memungkinkan mereka untuk berpartisipasi secara bermakna dalam pengambilan
keputusan berdasarkan berbagai konteks yang mereka temui (Bansilal, 2016).
Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 1, Februari 2025, page: 11-18
E-ISSN: 3047-2474 (online) 16
https://kurniajurnal.com/index.php/kurnia-mengabdi
Gambar.3 Soal dari mata pelajaran PPKn (kiri) dan PJOK (kanan)
Pada pertemuan ketiga, peserta diminta mempresentasikan soal yang telah
dirancang dan saling memberi masukan atas rancangan yang telah dibuat. Soal-soal
tersebut cukup bervariasi dengan konteks saintifik mendominasi dan konteks
personal yang cukup banyak digunakan. Konten yang disajikan dalam soal lebih
banyak menggunakan teks informasi dibandingkan teks fiksi. Soal literasi numerasi
yang dirancang oleh guru sudah sesuai dengan konteks mata pelajaran yang
diampu. Contohnya pada gambar 2, dalam pelajaran IPA, soal numerasi dapat
melibatkan perhitungan atau analisis data berdasarkan eksperimen yang dilakukan.
Hal ini membantu siswa melihat adanya keterkaitan antara matematika dan bidang
studi lainnya. Keterkaitan ini akan meningkatkan minat dan motivasi siswa karena
mereka bisa memahami bahwa numerasi bukan hanya sekedar angka, tetapi juga
tentang penerapannya dalam situasi nyata yang ditemui (OECD, 2019).
Soal literasi numerasi yang baik dirancang untuk melatih siswa dalam menganalisis,
mengevaluasi, dan memecahkan masalah. Melalui soal, siswa dapat
mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis (Zain Sarnoto, 2023). Selain
itu, siswa juga menjadi terlatih menghadapi tantangan AN dan PISA yang
menekankan pada literasi numerasi. Berlatih merancang soal literasi numerasi
membantu guru mengembangkan keterampilan pedagogis mereka. Guru menjadi
lebih kreatif merancang pembelajaran yang integratif dan interdisipliner. Dengan
merancang soal numerasi yang terintegrasi dalam mata pelajaran lain, guru dapat
menunjukkan bahwa numerasi adalah kemampuan yang dapat digunakan dalam
berbagai bidang. Hal ini sejalan dengan pendidikan abad 21 yang menekankan pada
pengembangan keterampilan seperti pemecahan masalah, kolaborasi, dan literasi
digital (Askew, 2015). Guru yang terlatih merancang soal literasi numerasi dapat
membantu siswa menguasai keterampilan ini, yang dibutuhkan dalam dunia kerja
dan kehidupan sehari-hari (Bansilal, Mkhwanazi and Mahlabela, 2012).
Simpulan dan Rekomendasi
Kegiatan pelatihan perancangan soal literasi numerasi bagi guru memberikan
pemahaman dan keterampilan yang cukup tentang pentingnya integrasi numerasi
dalam pembelajaran. Berdasarkan diskusi yang dilakukan dan presentasi soal-soal
literasi numerasi yang dirancang guru, terlihat bahwa kompetensi guru dalam
merancang soal literasi numerasi yang kontekstual dan relevan dengan mata
pelajaran yang diajarkan, Guru kini dapat memahami bagaimana menghubungkan
Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 1, Februari 2025, page: 11-18
E-ISSN: 3047-2474 (online) 17
https://kurniajurnal.com/index.php/kurnia-mengabdi
konsep numerasi dengan materi pembelajaran untuk menciptakan soal bermakna.
Soal literasi numerasi yang dirancang dengan baik tidak hanya menguji kemampuan
berhitung, tetapi juga melatih siswa dalam menganalisis, mengevaluasi, dan
memecahkan msalah. Selain itu, guru membantu mempersiapkan siswa menghadapi
AN yang menekankan pada kemampuan literasi dan numerasi dengan konteks yang
beragam. Dengan mengintegrasikan numerasi dalam berbagai mata pelajaran, guru
dapat membangun lingkungan belajar yang mendukung pengembangan
keterampilan numerasi siswa secara holistik. Kegiatan pelatihan juga mendorong
kolaborasi antar guru untuk berbagi praktik baik dan mengembangkan inovasi
dalam merancang soal literasi numerasi.
Berdasarkan hasil kegiatan ini, sekolah dapat mengadakan forum diskusi rutin bagi
guru untuk berbagi pengalaman, tantangan dan solusi dalam merancang dan
menggunakan soal literasi numerasi. Sekolah dapat mengundang tim ahli atau
instruktur pelatihan untuk melakukan pendampingan lanjutan. Hal ini bertujuan
untuk memastikan bahwa guru dapat mengatasi kendala dan terus meningkatkan
kualitas soal yang dirancang. Sekolah juga perlu melakukan monitoring dan evaluasi
berkala terhadap implementasi soal literasi numerasi, melalui observasi kelas,
analisis hasil belajar siswa, atau umpan balik dari siswa.
Daftar Pustaka
Ain, S.Q., Mustika, D. and Wulandari, A. (2023) ‘Permasalahan Pembelajaran Literasi
Numerasi dan Karakter untuk Siswa Sekolah Dasar’, Aulad: Journal on Early
Childhood, 6(2), pp. 152158. doi:10.31004/aulad.v6i2.452.
Askew, M. (2015) ‘Numeracy for the 21st century: a commentary’, ZDM -
International Journal on Mathematics Education, 47(4), pp. 707712.
doi:10.1007/s11858-015-0709-0.
Bansilal, S. et al. (2012) ‘Tracing the impact: A case of a professional development
programme in Mathematical Literacy’, Africa Education Review, 9(sup1), pp.
S106S120. doi:10.1080/18146627.2012.755281.
Bansilal, S. (2016) ‘Exploring the notion of Mathematical Literacy teacher
knowledge’, South African Journal of Higher Education, 28(4), pp. 11561172.
doi:10.20853/28-4-388.
Bansilal, S., Mkhwanazi, T. and Mahlabela, P. (2012) ‘Mathematical literacy teachers’
engagement with contextual tasks based on personal finance’, Perspectives in
Education, 30(3), pp. 98109.
Bennison, A. (2016) ‘A sociocultural approach to understanding identity as an
embedder-of-numeracy: A case of numeracy and history’, European Educational
Research Journal, 15(4), pp. 491502. doi:10.1177/1474904116643327.
Bolstad, O.H. (2020) ‘Secondary teachers’ operationalisation of mathematical
literacy’, European Journal of Science and Mathematics Education, 8(3), pp. 115135.
doi:10.30935/scimath/9551.
NCTM (2000) Principles and Standards for School Mathematics. Reston: The National
Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Ngurah Suragangga, I.M. (2017) ‘Mendidik Lewat Literasi Untuk Pendidikan
Kurnia Mengabdi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Vol. 2, No. 1, Februari 2025, page: 11-18
E-ISSN: 3047-2474 (online) 18
https://kurniajurnal.com/index.php/kurnia-mengabdi
Berkualitas’, Jurnal Penjaminan Mutu, 3(2), p. 154. doi:10.25078/jpm.v3i2.195.
OECD (2019) PISA 2018 Results (Volume II): Where All Students Can Succeed, PISA.
Paris: OECD Publishing. Available at: https://www.oecd-
ilibrary.org/education/pisa-2018-results-volume-ii_b5fd1b8f-en.
Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbud (2020) ‘AKM dan Implikasinya
pada Pembelajaran’, Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Dan
KebudayaanPembelajaran Badan Penelitian Dan Pengembangan Dan Perbukuan
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, pp. 137.
UNESCO (2006) EFA Global Monitoring Report, Education for All, Literacy for Life.
doi:10.1007/978-94-007-0753-5_101111.
Wandasari, Y. (2017) ‘Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (Gls) Sebagai
Pembentuk Pendidikan Berkarakter’, JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan,
dan Supervisi Pendidikan), 1(1), pp. 325343. doi:10.31851/jmksp.v2i2.1480.
Wijaya, A. and Dewayani, S. (2021) ‘Framework Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM)’, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, pp. 1108.
Zain Sarnoto, A. (2023) ‘Pelatihan Literasi Numerasi Kelas Awal di Jakarta Selatan’,
SABAJAYA Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(3), pp. 713.
doi:10.59561/sabajaya.v1i3.34.
Zollman, A. (2012) ‘Learning for STEM Literacy: STEM Literacy for Learning’, School
Science and Mathematics, 112(1), pp. 1219. doi:10.1111/j.1949-8594.2012.00101.x.