TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 1, No. 2, Desember 2024, page: 114-123
E-ISSN: 3048-3093
114
Olive Olyssia et.al (Tradisi Haul Mbah Supondriyo Desa.)
Tradisi Haul Mbah Supondriyo Desa Sepande Sebagai
Sumber Belajar Keberagaman Budaya Berbasis
Etnopedagogi Di Sekolah Dasar
Olive Olyssia
a,1*
, Wahono Widodo
b,2
, Nurul Istiq'faroh
c,3
a,b,c
Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
1
24010855065@mhs.unesa.ac.id ;
2
wahonowidodo@unesa.ac.id ;
3
nurulistiqfaroh@unesa.ac.id
*
24010855065@mhs.unesa.ac.id
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 20 September 2024
Direvisi: 10 Oktober 2024
Disetujui: 17 November 2024
Tersedia Daring: 01 Desember 2024
Etnopedagogi secara sederhana ialah pembelajaran berbasis budaya, baik yang
digunakan sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran. Salah satu
budaya yang memiliki nilai pendidikan tinggi adalah tradisi Haul Mbah
Supondriyo, sebuah acara peringatan tahunan untuk menghormati tokoh lokal
yang dihormati karena jasanya dalam mendirikan Desa Sepande. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menggali lebih dalam bagaimana tradisi Haul Mbah
Supondriyo dapat diintegrasikan sebagai sumber belajar siswa sekolah dasar
yang sesuai kurikulum merdeka. Metode penelitian menggunakan penelitian
kualitatif dengan metode etnografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan kajian dokumentasi.
Ada empat informan yang menjadi sumber dari penelitian ini meliputi tokoh
pemerintahan desa, budayawan, tokoh masyarakat yang merupakan
keturunannya, dan tokoh anak muda. Teknik analisis data yang digunakan
adalah reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tradisi haul Mbah Supondriyo merupakan tradisi turun
temurun warga Desa Sepande yang memiliki makna sebagai wujud rasa syukur,
rasa terima kasih pada tokoh pendiri, dan memanjatkan doa kepada Tuhan
YME agar Desa Sepande senantiasa aman, tentram, terhindar dari hal-hal
negatif. Selain itu Haul Mbah Supondriyo memuat materi yang berhubungan
dengan keberagaman budaya yang terdapat dalam beberapa muatan seperti
IPS, Pendidikan Pancasila dan Bahasa Indonesia. Temuan materi tersebut
kemudian diintegrasikan dengan pembelajaran yang dapat diterapkan di
sekolah dasar khususnya fase C berdasarkan capaian pembelajaran dan tujuan
pembelajaran. Materi tersebut dikembangkan dalam bentuk bahan ajar digital
dan non digital.
Kata Kunci:
Bahan ajar
Etnopedagogi
Haul mbah supondriyo
Keberagaman budaya
ABSTRACT
Keywords:
Teaching materials
Ethnopedagogy
Haul mbah supondriyo
Cultural diversity
Ethnopedagogy is simply culture-based learning, both used as a source of
learning and as a learning medium. One culture that has high educational value
is the Haul Mbah Supondriyo tradition, an annual commemoration event to
honor local figures who are respected for their services in establishing Sepande
Village. The purpose of this study is to explore more deeply how the Haul Mbah
Supondriyo tradition can be integrated as a learning resource for elementary
school students in accordance with the independent curriculum. The research
method uses qualitative research with ethnographic methods. The data
collection techniques used are participatory observation, in-depth interviews,
and documentation studies. There are four informants who are the sources of
this study including village government figures, cultural figures, community
leaders who are their descendants, and youth figures. The data analysis
techniques used are data reduction, data presentation, and verification. The
results of this study indicate that the Haul Mbah Supondriyo tradition is a
hereditary tradition of the residents of Sepande Village which has a meaning as
a form of gratitude, gratitude to the founding figure, and praying to God
Almighty so that Sepande Village is always safe, peaceful, and free from
negative things. In addition, Haul Mbah Supondriyo contains materials related
to cultural diversity contained in several contents such as Social Studies,
Pancasila Education and Indonesian. The findings of the material are then
integrated with learning that can be applied in elementary schools, especially
phase C based on learning achievements and learning objectives. The material
is developed in the form of digital and non-digital teaching materials.
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 1, No. 2, Desember 2024, page: 114-123
E-ISSN: 3048-3093
115
Olive Olyssia et.al (Tradisi Haul Mbah Supondriyo Desa.)
©2024, Olive Olyssia, Wahono Widodo, Nurul Istiq’faroh
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Pendidikan dalam sudut pandang etnopedagogi merupakan salah satu pendekatan yang
diterapkan dalam pembelajaran (Putra, 2017). Pendekatan yang mengutamakan nilai budaya
kearifan lokal dalam pembelajaran dan merupakan pendekatan yang mengakui keberagaman
budaya serta pengetahuan lokal sebagai sumber daya penting dalam proses pembelajaran
(Gurnadi, Muhyidin, Leksono, & Jamaludin, 2024). Ini berarti erat kaitannya pendidikan
dengan konteks budaya. Pada konteks ini pendidikan tidak hanya didapat dari sekolah namun
juga proses pembudayaan yang bisa dilakukan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Indonesia kaya akan budaya yang meliputi pemahaman berbagai nilai yang harus dipelajari
oleh siswa (Abdullah, 2016). Kekayaan budaya Indonesia mengandung nilai-nilai yang harus
dipelajari oleh siswa. Budaya tersebut berupa bahasa yang berbeda, pakaian adat, makanan
tradisional, dan lagu daerah (Widodo, et al., 2020). Keberagaman tersebut dapat menjadi
sumber pembelajaran dan pengetahuan bagi siswa.
Namun sayangnya seiring perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini telah
membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang
pendidikan dan budaya (Dewi, Maulana, Nururrahmah, Ahmad, & Naufal, 2023). Salah satu
dampak yang paling terlihat adalah terpinggirkannya tradisi budaya lokal dikalangan generasi
muda, terutama siswa Sekolah Dasar (SD). Siswa usia sekolah saat ini merupakan siswa
generasi Z, yaitu generasi yang lahir pada tahun 2000-an. Generasi ini dicirikan dengan
kecenderungan anak yang tidak dapat dipisahkan dari gawai (Widodo, Suryanti, & Sudibyo,
Isu Sosio-Ilmiah Dalam Gadget: Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Sains Generasi Z
Literasi, 2019). Sehingga pada usia ini anak-anak lebih terpapar budaya populer dan pengaruh
dari luar negeri melalui media sosial, televisi, serta internet, sementara budaya dan tradisi lokal
tidak diperkenalkan dengan baik atau bahkan diabaikan. Kondisi ini menyebabkan siswa SD
banyak yang tidak memahami atau menghargai tradisi budaya yang ada di masyarakat sekitar
siswa.
Tradisi yang ada disekitar siswa dapat menjadi bahan pembelajaran untuk sekolah dasar.
Penelitian yang dilakukan oleh Jenny Eviana & Nuriza Dora mengemukakan bahwa
etnopedagogik etnis Jawa pada tradisi tingkeban terdapat banyak nilai karakter dan nilai sosial
seperti tanggung jawab, kekuatan, jujur, dan religius (Eviana & Dora, 2024). Sedangkan
penelitian Ayu Riyandi mengemukakan bahwa Tradisi Ngarot Desa Lelea, Kecamatan Lelea,
Kabupaten Indramayu dapat diimplementasikan dalam mata pelajaran sosiologi sehingga
siswa di sekolah mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat dan siswa mampu hidup berdampingan ditengah
masyarakat yang dinamis (Riyanti, 2018).
Berbeda dengan penelitian ini, salah satu tradisi yang memiliki nilai pendidikan tinggi
adalah Haul Mbah Supondriyo yang merupakan acara peringatan tahunan untuk menghormati
tokoh lokal karena jasanya dalam mendirikan Desa Sepande. Tradisi haul ini bukan hanya
sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi ruang edukasi yang sarat akan nilai-nilai etika,
spiritualitas, dan kebersamaan (Rahmatika, 2024). Acara Haul Mbah Supondriyo merupakan
bagian dari kearifan lokal yang mengajarkan nilai-nilai penghormatan kepada leluhur,
solidaritas sosial, dan kebersamaan, yang selaras dengan prinsip-prinsip etnopedagogi.
Kearifan lokal menjadi sangat penting mengingat bahwa proses pembelajaran yang terjadi di
kelas, khusunya pada siswa sekolah dasar sebaiknya dimulai dengan dunia terdekat atau yang
sering dijumpai oleh siswa (Akrom & Istiq'faroh, 2021). Nilai-nilai kearifan lokal akan
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 1, No. 2, Desember 2024, page: 114-123
E-ISSN: 3048-3093
116
Olive Olyssia et.al (Tradisi Haul Mbah Supondriyo Desa.)
membantu siswa dalam memahami setiap konsep dalam materi sehingga bekal pengetahuan
yang diperoleh siswa tidak hanya sampai batas pengetahuan saja.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam bagaimana tradisi Haul Mbah
Supondriyo dapat diintegrasikan sebagai sumber belajar siswa sekolah dasar. Dari segi
kognitif tradisi Haul Mbah Supondriyo dapat menjadi sumber belajar untuk siswa fase C
muatan IPS materi keberagaman budaya, dapat menjadi sumber belajar muatan Pendidikan
Pancasila materi penerapan Pancasila dalam kehidupan dan sikap keteladanan, dapat sebagai
sumber belajar muatan Bahasa Indonesia materi teks informasi serta laporan hasil wawancara.
2. Metode
Penelitian ini merupakan salah satu jenis pendekatan penelitian kualitatif . Objek dari
penelitian ini merupakan warisan dari leluhur berupa kebudayaan yang akan dianalisis oleh
peneliti. Peneliti harus menafsirkan dan memahami informasi yang diperoleh ketika
melakukan penelitian. Metode yang digunakan peneliti adalah etnografi. Etnografi terdiri dari
kumpulan pengetahuan yang mencakup teknik penelitian, teori etnografi, dan ratusan deskripsi
budaya. Ini bertujuan untuk membangun pemahaman sistematis tentang semua budaya
manusia dari sudut pandang mereka yang telah mempelajarinya. Hasil akhir dari etnografi
adalah deskripsi verbal dalam adegan budaya yang diteliti (Spradley, James P;, 2024). Untuk
memperoleh data secara akurat, peneliti terjun langsung dalam lingkungan yang akan diteliti,
yaitu Desa Sepande dengan melakukan wawancara pada informan yang memahami betul
tentang tradisi yang akan dibidik. Peneliti menggunakan prosedur penelitian etnografi menurut
Spradley mencangkup enam langkah yaitu (1) Pemilihan suatu proyek etnografi, (2) Pengajuan
pertanyaan etnografi, (3) Pengumpulan data etnografi, (4) Pembuatan suatu rekaman etnografi,
(5) Analisis data etnografi, (6) Penulisan sebuah etnografi (Haryono, Cosmas Gatot;, 2024).
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah komponen-komponen muatan lokal
yang terkandung dalam tradisi Haul Mbah Supondriyo seperti sejarah, makna tradisi, dan
rangkaian acara yang selanjutnya akan dianalisis menjadi pengembangan materi yang akan
diterapkan di sekolah dasar. Data ini dapat diperoleh dengan melakukan wawancara ke
sejumlah narasumber, seperti: (1) Tokoh pemerintahan Desa Sepande; (2) Budayawan Desa
Sepande; (3) Tokoh masyarakat atau keturunannya; (4) Tokoh Pemuda. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi yaitu mengacu pada
pendekatan penelitian yang menggunakan tiga atau lebih sumber atau prespektif yang berbeda
untuk memahami fenomena lebih mendalam (Faustyna, 2024). Teknik-teknik yang dilakukan
adalah wawancara mendalam (in-depth interview), observasi partisipatif, dan analisis
dokumen.
Teknik wawancara mendalam (in-depth interview) yaitu melakukan wawancara dengan
berbagai responden yang berbeda. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih holistic dari berbagai responden tersebut. Teknik observasi partisipatif
yaitu peneliti terlibat langsung dalam konteks komunikasi kepada narasumber sehingga dapat
merasakan dan mengalami apa yang dilakukan oleh narasumber. Teknik ini mendukung
adanya penelitian dalam kondisi alamiah, artinya dilakukan tanpa settingan. Hal tersebut
dilakukan untuk mendapatkan perspektif yang berbeda dan mendapatkan data yang mendalam.
Teknik analisis dokumen yaitu menganalisis berbagai dokumen sebagai sumber informasi
tambahan misalkan dengan mencari informasi berupa video youtube, blog, media massa atau
dokumentasi berupa foto sebagai keabsahan data. Penggunaan teknik triangulasi bertujuan
untuk mencocokan antara data yang diperoleh dari data narasumber dengan data yang
diperoleh dari narasumber lain. Dengan melakukan teknik ini sekaligus melakukan uji
kredibilitas data, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data di lapangan model
Miles dan Huberman meliputi Reduksi Data (data reduction), Penyajian Data (data display),
dan Verifikasi (conclution drawing).
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 1, No. 2, Desember 2024, page: 114-123
E-ISSN: 3048-3093
117
Olive Olyssia et.al (Tradisi Haul Mbah Supondriyo Desa.)
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah Credibility,
Transferability, Dependability, dan Confirmability.
3. Hasil dan Pembahasan
Siapa Mbah Supondriyo
Mbah Supondriyo merupakan julukan dari tiga tokoh pendiri/ babad desa Sepande namun
tidak diketahui siapa nama ketiga tokoh tersebut. Beberapa orang berupaya mencari nama
aslinya, salah satunya dengan cara meleki dan wiridan di makan Mbah Supondriyo, namun
setelah keluar dari makam orang tersebut selalu lupa, hal itu terulang berkali-kali. Sehingga
oleh Kyai dari Mojokerto, tokoh babad Desa Sepande diberi julukan Mbah Supondriyo dari
kata Supo artinya sepuh dan ndriyo artinya omah, jadi omahe wong sepuh (rumah sesepuh).
Mbah Supondriyo dimakamkan di belakang Masjid Rahmat Desa Sepande Kecamatan
Candi Kabupaten Sidoarjo. Mbah Supondriyo merupakan empu atau pande besi pembuat
senjata dijaman kerajaan. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya beberapa alat pembuatan
senjata ketika menggali tanah di area sekitar Masjid Rahmat, selain itu juga dibuktikan dengan
penemuan prasasti berupa sebuah bejana air dari batu bertulisan dan berangka tahun 1145 saka
(1223 masehi) ditemukan dalam tanah yang kini berada di Museum Nasional Jakarta. Karena
generasi pertama Desa Sepande dikenal memiliki keahlian pande besi, maka desa ini diberi
nama SEPANDE.
Figure 1 Makam Mbah Supondriyo
Sejarah Tradisi Haul Mbah Supondriyo
Dari cerita yang dipercaya masyarakat sekitar sejak masa kerajaan Majapahit zaman Prabu
Hayam Wuruk sudah ada tradisi upacara sradah atau pesta sradah. Pesta sradah adalah upacara
pemujaan arwah yang dilakukan pada zaman kerajaan Majapahit. Tradisi sradah dan haul
merupakan bentuk perwujudan yang sama dalam penghormatan terhadap leluhur. Kemudian
pesta sradah berganti menjadi upacara bersih desa sejak kepemimpinan Prabu Brawijaya V.
Pada masa itu Kerajaan Majapahit berada diambang kehancuran, sehingga yang awalnya
seluruh biaya upacara bersih desa ditanggung kerajaan berganti menjadi tanggung jawab
masing-masing desa. Singkat cerita upacara bersih desa yang dilakukan Desa Sepande ini
meneruskan adat turun temurun dari kerajaan Majapahit.
Berbagai rangkaian kegiatan upacara bersih Desa Sepande seperti ruwatan, bancaan,
wayangan dan pengajian. Upacara ini dilaksanakan di pohon beringin kembar. Karena pohon
beringin ini memiliki latar belakang filosofis yang erat dengan warga desa. Banyak sekali
mitos-mitos yang beredaran mengenai pohon beringin kembar tersebut. Misalnya setiap
pengantin harus berputar mengelilingi beringin kembar sebanyak 7 kali searah jarum jam, jika
tidak dilaksanakan maka konsekuensinya mempelai tersebut akan hilang akal atau gila. Setiap
Jumat Legi warga harus menyiapkan tumpeng, sego golong dan sesaji yang diletakkan di
bawah pohon beringin tersebut.
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 1, No. 2, Desember 2024, page: 114-123
E-ISSN: 3048-3093
118
Olive Olyssia et.al (Tradisi Haul Mbah Supondriyo Desa.)
Upacara bersih Desa Sepande mulai hilang sejak tahun 1967 karena pergantian lurah yang
merupakan perwira militer. Semenjak hilangnya tradisi itu ditambah ada seorang warga yang
membabat ranting beringin kembar munculah musibah mistik tragedi lampor, dimana banyak
sekali warga yang meninggal secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Pada saat itu situasi di
Desa Sepande sangat mencekam. Lampor semacam genderuwo bertubuh hitam besar tanpa
memiliki tekukan kaki dan tangan. Lampor ini dipercayai warga bahwa ada orang yang sedang
menjalani ilmu hitam. Menurut kesaksian korban yang pernah didatangi lampor, lampor akan
datang ketika orang tertidur di atas kasur, dia akan mencekik leher korban. Korban melihat
sosok tersebut dan merasa tercekik kesulitan bernapas namun orang lain tidak bisa melihat
lampor hanya melihat korban seperti tercekik. Sehinga setiap malam warga tidak berani tidur
dikasur melainkan tidur dilantai atau di bawah kolong kasur, karena lampor tidak bisa
mencekik orang yang tidur di bawah. Berita tragedi lampor ini tersebar diberbagai wilayah,
perbatasan Desa Sepande dijaga ketat oleh aparat agar tidak ada orang luar yang masuk ke
Sepande. Dari tragedi lampor tersebut, warga menduga hal ini diakibatkan karena upacara
bersih desa yang dihilangkan. Kemudian tahun 1986 upacara bersih desa mulai diadakan
kembali, namun dikemas lebih ke acara religi dan berganti nama menjadi “HAUL MBAH
SUPONDRIYO” sebagai perwujudan rasa terima kasih kepada tokoh babad deso Sepande.
Tradisi ini diadakan setiap akhir bulan Rajab atau awal bulan Ruwah.
Rangkaian Acara dan Maknanya
Rangkaian tradisi Haul Mbah Supondriyo biasanya dilaksanakan 2 hari 2 malam atau 3
hari 3 malam dengan beragam rangkaian kegiatan lebih religi. Wayangan, sesaji dan mitos-
mitos jaman dulu sudah ditinggalkan. Acara haul ini dibiayayi oleh berbagai pihak meliputi
dana desa, swadaya warga, dan sumbangan pengusaha yang ada di Desa Sepande Rangkaian
acara Haul Mbah Supondriyo antara lain: (1) Khataman Qur’an yang dilakukan secara
serentak oleh seluruh musholah dan masjid yang ada di Desa Sepande. Hal ini agar Desa
Sepande, mendapat berkah dari pembacaan ayat suci Al Qur’an dan menjadi desa yang aman,
tentram, sejahtera. (2) Sholawatan oleh para pemuda di Masjid Rahmat, agar mendapat syafaat
dari Nabi Muhammad saw. (3) Tahlil di Masjid Rahmat untuk mengirim doa pada para
leluhur. (4) Pawai Budaya yang menampilkan arak-arakkan berupa tumpeng atau gunungan
dari hasil mata pencaharian warga Desa Sepande seperti tempe, tahu, sate kambing, lontong,
dan lain sebagainya. Warga menggunakan berbagai kostum unik dan menarik. Dipenghujung
pawai diakhiri dengan rebutan gunungan. (5) Pengajian akbar di Masjid Rahmat yang
bertujuan sebagai siraman rohani pada warga Desa Sepande. (6) Ziarah makam Mbah
Supondriyo sebagai wujud rasa hormat dan terima kasih sebagai sesepuh sekaligus pendiri
Desa Sepande. (7) ISHARI atau terbangan dari berbagai Kota di Jawa Timur merupakan
tradisi turun temurun yang tidak boleh dihilangkan.
Makna Tradisi Haul Mbah Supondriyo Bagi Masyarakat Desa Sepande
Berbagai macam cara dilakukan orang untuk menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas anugerah yang telah diberikan. Salah satunya adalah tradisi haul Mbah
Supondriyo yang dilakukan warga Desa Sepande Kacamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.
Tradisi haul Mbah Supondriyo erat kaitannya dengan tradisi bersih desa yang bertujuan untuk
memohon doa agar Tuhan Yang Maha Esa memberikan keselamatan dan berkah bagi
masyarakat Desa Sepande. Bersih desa atau yang masih dikenal masyarakat Jawa dengan
sebutan ruwat deso adalah satu diantara tradisi Jawa yang sampai saat ini masih dilaksanakan
dan dipertahankan. Sebagaian orang Jawa meyakini apabila tradisi bersih desa tidak dilakukan,
maka akan terjadi berbagai macam bala bencana seperti kekeringan berkepanjangan, wabah
penyakit, gagal panen, banjir, atau bentuk hal negatif lainnya. Bersih desa merupakan suatu
usaha yang dilakukan oleh penduduk setempat untuk membersihkan lingkungan dari hal
negatif dan menolak bala, begitu pula yang dipercaya oleh masyarakat Desa Sepande.
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 1, No. 2, Desember 2024, page: 114-123
E-ISSN: 3048-3093
119
Olive Olyssia et.al (Tradisi Haul Mbah Supondriyo Desa.)
Integrasi Pembelajaran dalam Tradisi Haul Mbah Supondriyo
Tradisi Haul Mbah Supondriyo ini merupakan satu diantara warisan budaya yang
berkaitan dengan keberagaman budaya Nusantara. Agar budaya ini tidak hilang tergerus
perkembangan zaman, maka kita perlu melestarikannya dengan mengenalkan budaya Haul
Mbah Supondriyo pada pembelajaran di sekolah dasar. Dengan mengintegrasikan tradisi Haul
Mbah Supondriyo pada pembelajaran, siswa akan memahami keberagaman budaya yang ada
di lingkungan sekitarnya khususnya berupa kearifan lokal wilayah Sidoarjo. Berikut adalah
penjabaran muatan-muatan materi yang dapat ditemukan dalam tradisi Haul Mbah Supondriyo
sesuai dengan Kurikulum Merdeka. (1) Muatan IPS fase C (kelas V dan VI) memuat materi
keberagaman budaya. Capaian Pembelajaran elemen pemahaman IPAS (sains dan sosial) yaitu
siswa mengenal keragaman budaya nasional yang dikaitkan dengan konteks kebhinekaan
berdasarkan pemahamannya terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang berlaku di wilayahnya.
Bahan ajar yang dikembangkan dari topik tersebut yaitu dengan membuat buku teks (cetak)
beserta LKPDnya, e-book, slide presentasi dan video pembelajaran youtube.
Tabel 1 Analisis Tujuan Pembelajaran IPS
CP Elemen Pemahaman IPAS (sains dan sosial)
Mengenal keragaman budaya nasional yang dikaitkan dengan konteks kebhinekaan
berdasarkan pemahamannya terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang berlaku di wilayahnya
Tujuan Pembelajaran
Materi
Siswa dapat memahami tradisi haul Mbah Supondriyo sebagai
bagian dari keberagaman budaya sekitar melalui berbagai
bahan ajar.
Keberagaman Budaya
Siswa dapat mengidentifikasi warisan budaya benda dan tak
benda pada tradisi Haul Mbah Supondriyo
Siswa dapat mengidentifikasi makna yang terkandung dalam
tradisi haul Mbah Supondriyo
Siswa dapat menjelaskan cara melestarikan tradisi haul Mbah
Supondriyo sebagai warisan budaya
Siswa dapat menganalisis kearifan lokal lainnya yang ada di
Kabupaten Sidoarjo dengan kerja kelompok
(2) Muatan Pendidikan Pancasila fase C (kelas V dan VI) memuat materi penerapan
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Capaian pembelajaran elemen Pancasila yaitu
memahami kronologi sejarah kelahiran Pancasila, meneladani sikap para perumus Pancasila
dan menerapkan di lingkungan masyarakat. Indikator utama yang dibidik adalah penerapan
Pancasila di lingkungan masyarakat. Bahan ajar yang dibuat berupa video pembelajaran
youtube tentang tradisi Haul Mbah Supondriyo, LPKD dan kuis interktif quizizz.
Tabel 2 Analisis Tujuan Pembelajaran Pendidikan Pancasila
CP Elemen Pancasila
Memahami kronologi sejarah kelahiran Pancasila, meneladani sikap para perumus
Pancasila dan menerapkan di lingkungan masyarakat
Materi
Penerapan Pancasila dalam
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 1, No. 2, Desember 2024, page: 114-123
E-ISSN: 3048-3093
120
Olive Olyssia et.al (Tradisi Haul Mbah Supondriyo Desa.)
kehidupan sehari-hari
Sikap keteladanan
(3) Muatan Bahasa Indonesia fase C (kelas V dan VI) materi teks informatif. Capaian
pembelajaran elemen membaca yaitu peserta didik mampu memahami informasi dan kosakata
baru yang memiliki makna denotatif, literal, konotatif, dan kiasan untuk mengidentifikasi
objek, fenomena, dan karakter. Indikator bidikannya adalah menganalisis informasi pada teks
deskritif dan mencari arti kosakata baru. Bahan ajar yang dibuat berupa LKPD.
Tabel 3 Analisis Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia Elemen Membaca
CP Elemen Membaca
Memahami informasi dan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, literal, konotatif,
dan kiasan untuk mengidentifikasi objek, fenomena, dan karakter.
Tujuan Pembelajaran
Materi
Siswa dapat menganalisis informasi pada teks tentang haul
Mbah Supondriyo
Teks Informasi
Siswa dapat mengidentifikasi kosakata baru dan mencari arti
kata dengan membuat kamus mini
Kosakata
(4) Muatan Bahasa Indonesia fase C (kelas V dan VI) materi teks informatif. Capaian
pembelajaran elemen menulis yaitu siswa mampu menulis berbagai teks berdasarkan gagasan,
hasil pengamatan, pengalaman, dan imajinasi. Indikator bidikannya adalah siswa melakukan
wawancara tentang tradisi yang ada disekitar lingkungan rumah misalkan selapan, turun tanah,
upacara tujuh bulanan, dan lain sebagainya. Kemudian siswa mampu menuliskan hasil laporan
wawancara.
Tabel 4 Analisis Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia Elemen Menulis
CP Elemen Menulis
Menulis berbagai teks berdasarkan gagasan, hasil pengamatan, pengalaman, dan imajinasi
Tujuan Pembelajaran
Materi
Siswa dapat mengalisis tradisi yang ada di sekitar lingkungan
rumah seperti selapan, turun tanah, dan lain sebagainya.
Menulis laporan hasil
wawancara
Siswa dapat melakukan wawancara pada narasumber tentang
tradisi yang ada disekitar lingkungan siswa dengan kerja
kelompok.
Siswa dapat menulis laporan hasil wawancara secara sistematis
dengan diskusi kelompok.
Tradisi haul Mbah Supondriyo merupakan tradisi turun temurun yang dilaksanakan di
Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Tradisi ini dimaknai sebagai wujud rasa
hormat, rasa terima kasih pada tokoh pendiri desa, dan bertujuan untuk menjaga desa dari hal-
hal negatif melalui kegiatan yang lebih islami. Selain itu tradisi Haul Mbah Supondriyo
mengandung nilai kognitif yang dapat diintegrasikan sebagai sumber belajar siswa. Ditemukan
beberapa mata pelajaran dalam tradisi Haul Mbah Supondriyo diantaranya pada muatan IPS
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 1, No. 2, Desember 2024, page: 114-123
E-ISSN: 3048-3093
121
Olive Olyssia et.al (Tradisi Haul Mbah Supondriyo Desa.)
materi keberagman budaya, muatan Pendidikan Pancasila materi penerapan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari dan sikap keteladanan, muatan Bahasa Indonesia materi teks informasi
dan laporan hasil wawancara.
Dibandingkan dengan penelitian yang relevan sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh
Hasna Luthfiyah Rahmawati dan Ganes Gunansyah tahun 2021 yang berjudul Kesenian
Dongkrek Desa Mejayan Kabupaten Madiun Sebagai Sumber Belajar Berbasis Etnopedagogi
di Sekolah Dasar memuat beberapa materi seperti matematika, SBdP, IPS, Bahasa Indonesia,
agama, dan PPKn. Temuan muatan materi tersebut diintegrasikan ke dalam pembelajaran
terpadu di sekolah dasar sesuai dengan kurikulum 2013 yakni melalui dikembangkannya
model pembelajaran Webbed dan Connected (Gunansyah & Rahmawati, Kesenian Dongkrek
Desa Mejayan Kabupaten Madiun Sebagai Sumber Belajar Berbasis Etnopedagogi di Sekolah
Dasar, 2021). Lain halnya dengan penelitian ini yang diintergrasikan dengan kurikulum
merdeka pada muatan IPS, Pendidikan Pancasila dan Bahasa Indonesia khusus fase C (kelas V
dan VI) sekaligus mengembangkan enam dimensi profil pelajar pancasila sebagai penguatan
karakter. Perbedaan lainnya, penelitian ini mengembangkan bahan ajar baik bahan ajar berupa
digital dan non digital.
Bahan ajar merupakan inti yang didesain secara runtut, yang akan dipakai oleh pendidik
dan peserta didik dalam pembelajaran (Jalinus, Syahril, Sukardi, & Haq, 2024). Artinya bahan
ajar harus dirancang dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran agar dapat membantu siswa
untuk mencapai kompetensi yang dimiliki sesuai dengan kurikulumnya. Kurikulum merdeka
memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas
yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar siswa. Dengan terintegrasinya
pembelajaran dengan keberagaman budaya di sekitar siswa, diharapkan dapat tercipta proses
pembelajaran yang bermakna karena berkaitan dengan keadaan yang konkret di lingkungan
sekitar siswa.
Dengan menerapkan tradisi haul Mbah Supondriyo sebagai sumber belajar di sekolah
dasar, maka akan tercapai pula beberapa hal yang juga merupakan kelebihan pemanfaatan
keberagaman budaya sebagai sumber belajar, yaitu: (1) sumber belajar bersifat konkret dan
ada disekitar siswa; (2) sebagai upaya pengenalan dan pelestarian budaya, yaitu melalui jalan
pendidikan; (3) merupakan sarana guru menanamkan karakter profil pelajar Pancasila pada
siswa melalui keberagaman budaya.
4. Kesimpulan
Tradisi haul Mbah Supondriyo dimaknai sebagai suatu produk kebudayaan lokal
masyarakat Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo secara turun temurun sebagai
wujud rasa hormat, rasa terima kasih kepada tokoh pendiri Desa Sepande, dan sebagai bentuk
untuk menghidari hal-hal negatif agar Desa Sepande menjadi desa yang aman tentram dalam
rangkaian kegiatan islami. Simpulan harus menjawab permasalahan, tujuan penelitian dan
berisi rekomendasi atau implikasi penelitian. Simpulan bukan ringkasan dan bukan pula tulisan
ulang dari pembahasan. Fungsi keagamaan dan fungsi sosial budaya, dapat diambil dan
diteladani sebagai warisan leluhur melalui tradisi haul Mbah Supondriyo. Dari segi keagamaan,
tradisi Haul Mbah Sopondriyo ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat
Sepande kepada Tuhan YME atas rizki yang diberikan berupa hasil usaha yang berlimpah,
selain itu sebagai wujud pemohonan kepada Tuhan YME agar Desa Sepande senantiasa dalam
lindunganNya. Dari segi sosial budaya, pelaksanaan haul Mbah Supondriyo mengandung nilai-
nilai luhur seperti kebersamaan, gotong royong, toleransi, dan keteladanan. Selain itu, terwujud
komunikasi dalam musyawarah untuk mendiskusikan persiapan acara haul Mbah Supondriyo
dari gabungan beberapa aspek generasi, sehingga menciptakan kesamaan visi misi masyarakat
Sepande.
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 1, No. 2, Desember 2024, page: 114-123
E-ISSN: 3048-3093
122
Olive Olyssia et.al (Tradisi Haul Mbah Supondriyo Desa.)
Tradisi haul Mbah Supondriyo juga dapat diintegrasikan sebagai sumber belajar dalam
proses pembelajaran di sekolah dasar khususnya pada fase C (kelas V dan VI). Pada muatan
IPS tentang materi keberagaman budaya, muatan Pendidikan Pancasila tentang penerpan
Pancasila dalam kehidupan sehari hari dan sikap keteladanan, muatan Bahasa Indonesia
tentang materi teks infomasi dan laporan hasil wawancara tradisi di lingkungan sekitar siswa.
Muatan-muatan tersebut diperoleh dari aspek-aspek yang terkandung mulai dari siapa Mbah
Supondriyo, sejarah haul Mbah Supondriyo, rangkaian acara, hinga makna dari haul Mbah
supondriyo. Temuan materi dalam tradisi haul Mbah Supondriyo ini dikembangkan dalam
bentuk bahan ajar berbasis etnopedagogi baik dalam bentuk digital maupun non digital yang
disesuaikan dengan kurikulum merdeka. Tujuan dari terintegrasinya tradisi haul Mbah
Supondriyo dengan pembelajaran berbasis etnopeadodi yaitu sebagai sumber belajar konkret
disekitar siswa, sebagai upaya pengenalan dan pelestarian budaya kepada siswa, serta
menanamkan karakter profil pelajar Pancasila pada siswa melalui keberagaman budaya.
5. Daftar Pustaka
Abdullah, A. A. (2016). Peran Guru dalam Mentransformasi Pembelajaran Matematika Berbasis
Budaya. In Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika (p. 641).
Semarang: FKIP UNS Journal Systems.
Akrom, N., & Istiq'faroh, N. (2021). Pengembangan Buku Suplemen IPS Tema “Indahnya
Kebersamaan” Berbasis Kearifan Lokal Sidoarjo Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, 19.
Dewi, A. C., Maulana, A. A., Nururrahmah, A., Ahmad, A., & Naufal, A. M. (2023). Peran
Kemajuan Teknologi dalam Dunia Pendidikan. Journal on Education, 9725-9734.
Eviana, J., & Dora, N. (2024). Tradisi Tingkeban Sebagai Etnopedagogik Etnis Jawa. Didaktika:
Jurnal Kependidikan, 3157-3168.
Faustyna. (2024, Oktober 24). Metode Penelitian Qualitatif Komunikasi. Retrieved from Google
Books: Teknik pengumpulan data yang digunakan
Gunansyah, G., & Rahmawati, H. L. (2021). Kesenian Dongkrek Desa Mejayan Kabupaten
Madiun Sebagai Sumber Belajar Berbasis Etnopedagogi di Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar: 2883-2894.
Gurnadi, A., Muhyidin, A., Leksono, S. M., & Jamaludin, U. (2024). Ethnopedagogy As An
Approach To Primary Education. Cendikia : Media Jurnal Ilmiah Pendidikan, 654.
Haryono, Cosmas Gatot;. (2024, Oktober 24). Ragam Metode Penelitian Kualitatif Komunikasi.
Retrieved from Google Books:
https://www.google.co.id/books/edition/Ragam_Metode_Penelitian_Kualitatif_Komun/7
RwREAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=penelitian%20etnografi&pg=PP1&printsec=fron
tcover
Jalinus, N., Syahril, Sukardi, & Haq, S. (2024, Oktober 29). Pedagogi Kejuruan: Kompentensi
Guru dan Kompleksitasnya. Retrieved from Google Books:
https://www.google.co.id/books/edition/Pedagogi_Kejuruan/qx0nEQAAQBAJ?hl=en&g
bpv=1&dq=bahan%20ajar&pg=PP1&printsec=frontcover
Putra, P. (2017). Pendekatan Etnopedagogi dalam Pembelajaran IPA. Primary Education
Journal (PEJ), 17-23.
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 1, No. 2, Desember 2024, page: 114-123
E-ISSN: 3048-3093
123
Olive Olyssia et.al (Tradisi Haul Mbah Supondriyo Desa.)
Rahmatika, I. S. (2024). Dampak Tradisi Haul Yarhamullah KH Achmad Nahrowi Bin Bukhori
pada Masyarakat Sukawangi Desa Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. UIN Sunan
Gunung Djati Bandung: Doctoral Dissertation.
Riyanti, A. (2018). Penerapan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Tradisi Ngarot Dalam Pembelajaran
Sosiologi. Sosietas: Jurnal Pendidikan Sosiologi, 1.
Spradley, James P;. (2024, Oktober 24). The Ethnographic Interview. Retrieved from Google
Books:
https://www.google.co.id/books/edition/The_Ethnographic_Interview/KZ3lCwAAQBAJ
?hl=en&gbpv=1&pg=PR1&printsec=frontcover
Widodo, W., Suryanti, & Sudibyo, E. (2019). Isu Sosio-Ilmiah Dalam Gadget: Multimedia
Interaktif Untuk Meningkatkan Sains Generasi Z Literasi. Atlantis Press, 38.
Widodo, W., Suryanti, Prahani, B., Prahani, Mintohari, Istianah, . . . Yermiandoko. (2020).
Ethnoscience-Based Science Learning In Elementary Schools. IOP Sience, 1.