TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 1, Januari 2025, page: 11-17
E-ISSN: 3048-3093
11
First Author et.al (Title of paper shortly, 3-5 first-words)
Implementasi Sila Ketiga Pancasila Dalam
Menyikapi Keberagaman
Akmal Arsalan
a,1*
,Berlian Gultom
b,2
, Muhammad Defa Ilham Nur Fajrin
c,3
a,b,c
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Pamulang.
1
akmalarsalan551@gmail.com;
2
gultomberlian1@gmail.com;
3
muhammaddefa05@gmail.com
*
Corresponding Author:
Akmal Arsalan
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 10 Oktober 2024
Direvisi: 15 November 2024
Disetujui: 23 Desember 2024
Tersedia Daring: 1 Januari 2025
Latar belakang pada penelitian ini mengenai implementasi nilai dari sila
ketiga Pancasila dalam menyikap keberagaman yang ada di mahasiswa
Universitas Pamulang. Mahasiswa PPKn sebagai calon pendidik
memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila
kepada generasi mendatang. Keberagaman di lingkungan kampus
sering kali menciptakan dinamika sosial yang unik. Mahasiswa dari
berbagai latar belakang berinteraksi dan berkolaborasi dalam berbagai
kegiatan akademik dan non-akademik. Tujuan penelitian ini untuk
menghasilkan tulisan yang berfokus mengenai topik atau isu.tertentu
serta mendukung proyek penelitian penelitian individu. Metode yang
digunakan adalah metode kajian literatur yang merupakan langkah
awal dan esensial dalam perencanaan penelitian. bahwa perbedaan
yang ada di sekitar lingkungan hidup kita harus berdampingan dan
saling menghormati satu sama lain. Tidak ada rasa lebih tinggi sehingga
merendahkan yang lain, tidak merasa lebih baik sehingga tidak
menjelekan yang lain, serta tidak merasa lebih penting dibandingkan
yang lain.
Kata Kunci:
Implementasi
Pancasila
Kajian literatur
Kolaborasi
ABSTRACT
Keywords:
Implementation
Pancasila
Literature riview
Collaboration
The background of this study is about the implementation of the values of
the third precept of Pancasila in exploring the diversity that exists in
Pamulang University students. PPKn students as prospective educators
have a responsibility to instill Pancasila values in future generations.
Diversity in the campus environment often creates unique social dynamics.
Students from various backgrounds interact and collaborate in a variety
of academic and non-academic activities. The purpose of this research is
to produce writings that focus on certain topics or issues and support
individual research projects. The method used is a literature review
method which is the first and essential step in research planning. that the
differences that exist around our living environment must coexist and
respect each other. There is no sense of superiority so as to degrade others,
no feeling better so as not to demonize the others, and not feel more
important than others.
©2025, Akmal Arsalan, Berlian Gultom, Muhammad Defa Ilham Nur Fajrin
This is an open access article under CC BY-SA license
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 1, Januari 2025, page: 11-17
E-ISSN: 3048-3093
12
First Author et.al (Title of paper shortly, 3-5 first-words)
1.
Pendahuluan
Pancasila merupakan dasar ideologi yang menjadi pedoman hidup bagi negara Indonesia.
Kata "Pancasila" berasal dari bahasa Sanskerta, di mana panca berarti lima dan sila berarti prinsip
atau asas. Sebagai pandangan hidup bangsa sekaligus dasar negara Republik Indonesia, Pancasila
memiliki kedudukan yang kuat dan telah diakui secara yuridis sesuai dengan konstitusi negara.
Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang mencerminkan
norma-norma asli masyarakat Indonesia. Nilai-nilai ini sangat relevan untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari di berbagai bidang. Dalam konteks sejarah, Pancasila meresapi jiwa
seluruh masyarakat Nusantara dan berfungsi sebagai kekuatan serta panduan untuk menciptakan
kehidupan yang lebih baik, damai, adil, makmur, dan sejahtera di tengah masyarakat.
Sila ketiga Pancasila, yaitu "Persatuan Indonesia," mengandung nilai-nilai yang
mendukung kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai persatuan ini merupakan wujud dari sifat
kodrati manusia sebagai makhluk monodualis, yaitu makhluk yang memiliki sifat individu
sekaligus sosial. Sebagai sebuah negara, Indonesia merupakan persekutuan hidup yang
mencakup berbagai manusia dengan latar belakang yang beragam, seperti suku, agama, ras,
golongan, dan kelompok. Oleh karena itu perbedaan adalah sesuatu yang kodrati bagi setiap
individu dan menjadi ciri khas yang memperkaya keberadaan sebuah negara. Meskipun terdapat
banyak perbedaan, semua elemen bangsa tetap bersatu dalam satu kesatuan, yaitu Indonesia
(Astardinata et al., 2023).
Salah satu tantangan besar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah menurunnya semangat
nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda. Kondisi ini disebabkan oleh derasnya
arus budaya asing yang masuk ke Indonesia, sehingga banyak generasi muda cenderung
melupakan budaya lokal. Mereka menganggap budaya asing lebih modern dibandingkan dengan
budaya bangsa sendiri, yang mengakibatkan nilai-nilai luhur bangsa sering kali diabaikan oleh
sebagian besar generasi muda. Sejak dahulu hingga kini, serta di masa depan, peran pemuda
sebagai pilar, penggerak, dan pengawal pembangunan nasional sangatlah diharapkan. Melalui
organisasi dan jejaringnya yang luas, generasi muda memiliki potensi besar untuk berkontribusi
dalam mengawal jalannya pembangunan nasional. Namun, fenomena menurunnya rasa
nasionalisme dan kebangsaan telah memunculkan berbagai masalah, seperti disorientasi,
dislokasi, serta keterlibatan generasi muda dalam aktivitas yang hanya mengutamakan
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu dengan dalih memperjuangkan kepentingan rakyat.
Pancasila, sebagai dasar dan ideologi negara, merupakan hasil konsensus para pendiri
bangsa ketika Indonesia didirikan. Hingga era globalisasi saat ini, Pancasila tetap menjadi
pedoman utama dalam menghadapi berbagai tantangan global yang terus berkembang. Sebagai
dasar negara, Pancasila berperan penting dalam menjaga eksistensi kepribadian bangsa
Indonesia. Di era globalisasi, di mana batas antarnegara semakin kabur, kebudayaan asing dapat
masuk dengan mudah ke masyarakat. Hal ini membawa dampak positif dan negatif. Jika generasi
muda mampu menyaring pengaruh globalisasi dengan bijak, dampaknya dapat menjadi positif,
seperti memperluas wawasan dan mempererat hubungan antarbangsa. Sebaliknya, tanpa
penyaringan yang tepat, globalisasi dapat merusak moral bangsa serta mengancam keberadaan
budaya Indonesia.
Dalam menghadapi tantangan ini, generasi muda sebagai pilar bangsa diharapkan tetap
memiliki semangat nasionalisme dan patriotisme. Mereka harus berpegang teguh pada nilai-nilai
budaya Indonesia meskipun budaya asing terus masuk. Dengan berlandaskan Pancasila,
diharapkan generasi muda mampu menyaring pengaruh budaya asing, sehingga menjadi generasi
yang mencintai tanah air Indonesia dalam segala situasi (Irhandayaningsih, 2012). Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia memiliki peranan penting dalam membangun karakter bangsa
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 1, Januari 2025, page: 11-17
E-ISSN: 3048-3093
13
First Author et.al (Title of paper shortly, 3-5 first-words)
dan mempersatukan masyarakat yang beragam. Sila ketiga Pancasila, "Persatuan Indonesia,"
menekankan pentingnya persatuan di tengah-tengah keberagaman yang ada di Indonesia.
Keberagaman ini mencakup perbedaan suku, agama, ras, dan budaya yang merupakan kekayaan
bangsa, namun juga dapat menjadi tantangan dalam menciptakan harmoni sosial. Menurut
Suyanto (2020) "Pancasila harus menjadi pedoman dalam menyikapi perbedaan yang ada di
masyarakat, terutama di kalangan generasi muda." Hal ini sangat relevan bagi mahasiswa PPKn
yang diharapkan menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi bagaimana mahasiswa PPKn mengimplementasikan nilai-nilai sila ketiga
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari mereka, terutama dalam konteks keberagaman.Dalam
konteks pendidikan, khususnya di kalangan mahasiswa Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn), pemahaman dan implementasi nilai-nilai Pancasila sangat penting
untuk membentuk sikap toleransi dan saling menghargai di antara mahasiswa.
Mahasiswa PPKn sebagai calon pendidik memiliki tanggung jawab untuk menanamkan
nilai-nilai Pancasila kepada generasi mendatang. Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi
bagaimana mereka menerapkan nilai-nilai sila ketiga Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
terutama dalam menyikapi keberagaman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
implementasi nilai-nilai sila ketiga Pancasila dalam konteks keberagaman di kalangan
mahasiswa PPKn. Dengan memahami sikap dan perilaku mahasiswa terhadap keberagaman,
diharapkan dapat ditemukan strategi yang efektif untuk memperkuat persatuan dan kesatuan di
tengah masyarakat yang majemuk. Keberagaman di lingkungan kampus sering kali menciptakan
dinamika sosial yang unik. Mahasiswa dari berbagai latar belakang berinteraksi dan
berkolaborasi dalam berbagai kegiatan akademik dan non-akademik. Dalam konteks ini, sikap
toleransi, saling menghargai, dan keterbukaan terhadap perbedaan menjadi sangat penting.
Penelitian ini berfokus pada bagaimana mahasiswa PPKn menginternalisasi dan menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam interaksi mereka sehari-hari, serta tantangan yang mereka hadapi
dalam menciptakan lingkungan yang inklusif.
2.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian literatur, yang merupakan
langkah awal dan esensial dalam perencanaan penelitian. Kajian literatur melibatkan eksplorasi
dan penelusuran pustaka dengan membaca berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan publikasi
lain yang relevan dengan topik penelitian. Tujuannya adalah menghasilkan tulisan yang berfokus
pada topik atau isu tertentu (Marzali, 2016). Dalam konteks penulisan karya ilmiah seperti
skripsi, tesis, atau disertasi, kajian literatur dilakukan untuk menggali literatur terkait topik
penelitian, masyarakat dan wilayah studi, teori-teori yang sudah digunakan sebelumnya, hingga
metode penelitian yang pernah diterapkan dalam kajian serupa (Marzali, 2016).
Kajian literatur dilandasi pemahaman bahwa pengetahuan terus berkembang dan
bertambah (berakumulasi). Peneliti menyadari bahwa topik, masyarakat, atau wilayah yang
mereka teliti mungkin sudah pernah dikaji sebelumnya. Oleh karena itu, mereka dapat belajar
dari hasil penelitian sebelumnya. Dua tujuan utama dari kajian literatur adalah: pertama, untuk
menulis makalah ilmiah yang memperkenalkan temuan atau kajian baru dalam topik tertentu,
yang bermanfaat bagi para peneliti di bidang tersebut. Kajian semacam ini sering diterbitkan
untuk konsumsi publik, seperti dalam Annual Review of Anthropology atau Annual Review of
Sociology. Publikasi ini dapat menjadi referensi awal bagi peneliti pemula dalam bidang terkait
(Tjahjono, H., 2018).
Tujuan kedua adalah untuk mendukung proyek penelitian individu. Dalam hal ini, kajian
literatur membantu memperluas wawasan peneliti mengenai topik yang sedang diteliti,
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 1, Januari 2025, page: 11-17
E-ISSN: 3048-3093
14
First Author et.al (Title of paper shortly, 3-5 first-words)
memfasilitasi perumusan masalah penelitian, serta membantu memilih teori dan metode yang
sesuai. Dengan mempelajari kajian sebelumnya, peneliti dapat memutuskan apakah akan
mengadopsi, mengulangi, atau mengkritisi penelitian tersebut. Kajian literatur juga menjadi
bahan pembanding dan inspirasi untuk menciptakan kontribusi baru melalui kritik atau
pengembangan terhadap penelitian yang ada. Artikel ini secara khusus membahas kajian literatur
untuk keperluan penelitian individu, terutama bagi mahasiswa yang akan menyusun karya ilmiah
seperti skripsi, tesis, atau disertasi (Marzali, 2016).
3.
Hasil dan Pembahasan
Sila ketiga Pancasila, yaitu "Persatuan Indonesia," memiliki keterkaitan erat dengan sila-
sila lainnya, karena seluruh sila dalam Pancasila saling berhubungan dan membentuk satu
kesatuan yang sistematis. Sila persatuan ini berakar pada sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa, dan sila kedua, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Selain itu, sila ketiga
menjadi dasar bagi sila keempat, yakni Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta sila kelima, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia. Sila ketiga ini menekankan bahwa negara Indonesia, sebagai negara
kepulauan yang luas, merupakan hasil dari kodrat manusia sebagai makhluk monodualis, yaitu
makhluk yang memiliki sifat individu sekaligus sosial. Indonesia adalah negara dengan
keragaman yang kompleks, mencakup perbedaan dalam hal ras, agama, kelompok, dan
golongan. Oleh karena itu, nilai persatuan yang terkandung dalam sila ini menjadi sangat penting
untuk mewujudkan negara yang damai.
Dalam sila ketiga, yang diilhami oleh sila pertama dan kedua, tercermin kebutuhan untuk
mencapai persatuan melalui nasionalisme dan nasionalisme religius. Untuk mewujudkan negara
yang bersatu, diperlukan semangat nasionalisme yang kuat dengan tujuan yang jelas, yaitu
persatuan. Makna persatuan ini mengarah pada upaya untuk menyatukan keberagaman bangsa,
berjuang bersama, dan memupuk rasa cinta tanah air dalam keragaman yang ada. Dengan
demikian, mencintai negara Indonesia dalam keanekaragaman budaya, agama, dan etnis menjadi
langkah penting untuk memperkokoh kesatuan nusantara. Perbedaan merupakan keberagaman
yang patut kita banggakan. Dalam konteks ini, kita diharapkan mampu menerima perbedaan dan
menjadikannya sebagai kekayaan yang memberikan makna dalam kehidupan bermasyarakat.
Keberagaman seharusnya tidak menjadi sumber konflik, melainkan pondasi untuk menciptakan
kekuatan bersama dalam membangun kehidupan berbangsa yang harmonis, damai, sejahtera, dan
penuh toleransi di tengah masyarakat Nusantara. Kedamaian harus diwujudkan meskipun
terdapat banyak perbedaan. Keberagaman dapat dianggap sebagai aset berharga bagi bangsa.
Untuk menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia, setiap warga negara perlu menerapkan nilai-
nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dengan saling menghormati dan
menghargai satu sama lain. Bersama-sama, mari kita membangun kebersamaan demi terciptanya
Nusantara yang majemuk dan toleran.
Indonesia sebagai masyarakat multikultural memiliki keberagaman dalam budaya, agama,
ras, suku bangsa, serta golongan sosial. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sangat
penting untuk mencapai tujuan negara, seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
keempat. Sila ketiga Pancasila memainkan peran penting sebagai alat pemersatu bangsa
Indonesia, sekaligus meningkatkan posisi negara di kancah dunia. Meningkatkan kesadaran
warga negara dalam menghargai perbedaan dan tetap teguh pada keyakinan agama masing-
masing menjadi langkah signifikan untuk mewujudkan persatuan. Salah satu cara untuk
mengimplementasikan nilai persatuan ini adalah dengan melibatkan masyarakat dalam kegiatan
gotong royong. Mengadakan berbagai festival daerah untuk memperkenalkan kekayaan budaya
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 1, Januari 2025, page: 11-17
E-ISSN: 3048-3093
15
First Author et.al (Title of paper shortly, 3-5 first-words)
lokal juga merupakan upaya yang dapat dilakukan. Kegiatan seperti ini tidak hanya menyadarkan
masyarakat akan keberagaman budaya Indonesia tetapi juga mempererat kebersamaan di tengah
tantangan perbedaan. Dengan gotong royong dan festival budaya, rasa persatuan dapat semakin
dipupuk, sementara warga negara tetap menghormati aturan-aturan yang berlaku, sebagaimana
diamanatkan dalam Pancasila sebagai dasar negara.
Keutuhan nilai-nilai yang terkandung dalam sila ketiga harus senantiasa dijaga karena
menjadi pondasi utama dalam menyatukan bangsa Indonesia. Sudah menjadi tanggung jawab
seluruh masyarakat untuk memelihara keutuhan wilayah nusantara tercinta. Ketika persatuan
tercapai, hal ini akan menjadi kekuatan besar yang patut dibanggakan. Menghormati perbedaan,
mencintai perdamaian, dan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai landasan dalam kehidupan
bermasyarakat adalah kewajiban kita bersama. Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus
menjaga, merawat, memahami, menyebarluaskan, dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
sebagai panduan dalam kehidupan berbangsa. Persatuan adalah tugas kita semua demi
menciptakan perdamaian, kerukunan, dan kemajuan Indonesia. Persatuan dari Sabang hingga
Merauke diwujudkan melalui penghargaan terhadap perbedaan. Menghormati agama lain dalam
menjalankan ibadah, tidak mencemooh perbedaan warna kulit, menjalin pertemanan tanpa
memandang golongan, serta aktif dalam kegiatan masyarakat merupakan bagian penting dari
implementasi persatuan. Selain itu, gotong royong juga menjadi kunci untuk mencapai kesatuan
dalam bangsa Indonesia. Penyelenggaraan pameran-pameran yang menampilkan keberagaman
budaya juga dapat memperkuat rasa kebanggaan terhadap kekayaan bangsa.
Persatuan Indonesia yang tercermin dalam sila ketiga tidak berdiri sendiri, melainkan
berkaitan erat dengan sila-sila lainnya dalam Pancasila, yang juga dijunjung tinggi sebagai
falsafah kehidupan. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, menegaskan bahwa seluruh
masyarakat Indonesia wajib memiliki keyakinan masing-masing dan dilarang untuk tidak
beragama. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, mengajarkan pentingnya kehidupan
bermasyarakat yang saling menghormati dan membantu atas dasar kemanusiaan. Sila ketiga,
Persatuan Indonesia, menjadi pondasi kokoh untuk membentuk negara kesatuan yang beragam.
Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam
pengambilan keputusan. Terakhir, sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
menegaskan pentingnya keadilan baik di kalangan pemerintah maupun seluruh warga negara.
Semua sila ini saling melengkapi, membentuk panduan hidup bagi bangsa Indonesia dalam
keberagaman.
Manusia memiliki sifat kodrati sebagai makhluk individu yang berbeda-beda dalam
kepribadian, sekaligus sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan orang
lain. Sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, manusia diciptakan dengan kodrat untuk hidup
saling bergantung dan berinteraksi dengan individu lainnya. Oleh sebab itu, penting bagi kita
untuk menyadari bahwa kehidupan manusia saling terkait, dan kebersamaan adalah kunci untuk
mencapai cita-cita dan tujuan negara Indonesia. Selain itu, diperlukan kesadaran akan moralitas
yang berakar pada budaya dalam kehidupan bermasyarakat. Perbedaan bukanlah sesuatu yang
harus diperuncing, melainkan hal yang patut kita banggakan. Moralitas yang kuat di antara
generasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah langkah penting untuk mewujudkan
persatuan bangsa Indonesia. Penguatan rasa nasionalisme diperlukan agar setiap individu
mencintai bangsa serta menghargai keberagaman yang ada di Indonesia. Menghargai perbedaan
adalah langkah menuju kedamaian dalam bermasyarakat. Kita dapat bersama-sama menjaga
persatuan Indonesia melalui berbagai cara, seperti melestarikan kesenian dan ciri khas bangsa,
berpikiran positif untuk mengharmoniskan perbedaan menjadi kebersamaan, serta selalu terbuka
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 1, Januari 2025, page: 11-17
E-ISSN: 3048-3093
16
First Author et.al (Title of paper shortly, 3-5 first-words)
dan menerima perbedaan. Dengan sikap ini, kita mendukung terciptanya kesatuan dalam
keberagaman, memperkokoh persatuan, dan mewujudkan cita-cita bangsa.
Manusia memiliki sifat kodrati sebagai makhluk individu yang unik dengan ciri khas dan
kepribadian masing-masing, namun pada saat yang sama juga merupakan makhluk sosial.
Sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, manusia tidak diciptakan untuk hidup sendiri, melainkan
memiliki kodrat sebagai bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk menyadari
bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan orang lain. Dengan demikian, persatuan
menjadi hal yang esensial untuk bersama-sama mencapai cita-cita bersama. Selain itu,
dibutuhkan kesadaran akan moralitas multikultural. Perbedaan bukanlah sesuatu yang perlu
diperuncing, melainkan sebuah kekayaan yang patut dibanggakan. Moralitas yang kuat di antara
generasi menjadi fondasi penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, guna mewujudkan
tujuan persatuan Indonesia. Rasa nasionalisme harus terus diperkuat agar setiap individu
mencintai bangsa dan menghargai keberagaman yang ada di Indonesia. Menghormati perbedaan
adalah langkah awal menuju kedamaian dalam masyarakat. Kita semua dapat bersama-sama
menjaga persatuan Indonesia dengan berbagai cara, seperti mencintai negara melalui pelestarian
seni dan budaya khas bangsa, serta selalu berpikir positif untuk memadukan perbedaan menjadi
kesatuan. Sikap terbuka dan penerimaan terhadap keberagaman harus senantiasa dijunjung
tinggi. Dengan mendukung dan menghormati perbedaan, kita dapat membangun persatuan yang
kokoh untuk mewujudkan kedamaian dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat.
4.
Kesimpulan
Pada penelitian ini, penulis berpendapat bahwa sejatinya sebagai mahasiswa Pendidikan
Pancasila Kewarganegaraan sudah menjadi hal yang seharusnya jika nilai-nilai Pancasila
dijunjung tinggi dalam bersikap serta berperilaku. Sebagaimana yang sudah tertulis pada sila
ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia, bahwa perbedaan yang ada di sekitar lingkungan
hidup kita harus berdampingan dan saling menghormati satu sama lain. Tidak ada rasa lebih
tinggi sehingga merendahkan yang lain, tidak merasa lebih baik sehingga tidak menjelekan yang
lain, serta tidak merasa lebih penting dibandingkan yang lain. Perbedaan yang ada merupakan
suatu keberagaman yang dicipitakan Tuhan untuk kita dapat belajar mengenal dan saling
mengasihi satu sama lain.
5.
Daftar Pustaka
Astardinata, A. I., Ridho, M. A. K., & Saputri, E. F. (2023). Implementasi Makna Nilai Pancasila
Sila Ke-3. Indigenous Knowledge, 2(5), 375-380.
Irhandayaningsih, A. (2012). Peranan Pancasila dalam menumbuhkan kesadaran nasionalisme
generasi muda di era global. Humanika, 16(9).
Marzali, A. (2016). Menulis kajian literatur. Jurnal Etnografi Indonesia. Tjahjono, H. K. (2008).
Studi literatur pengaruh keadilan distributif dan keadilan prosedural pada konsekuensinya
dengan teknik meta analisis. Jurnal psikologi, 35(1), 21-40.
Olyssia, O., Widodo, W., & Istiq’faroh, N. (2024). Tradisi Haul Mbah Supondriyo Desa Sepande
Sebagai Sumber Belajar Keberagaman Budaya Berbasis Etnopedagogi Di Sekolah Dasar.
Tumoutou Social Science Journal, 1(2), 114-123. https://doi.org/10.61476/cv1ctr76
Rahmawati,L.(2021). Peran Pendidikan Pancasila dalam Membangun Toleransi dikalangana
Mahasiswa. dan Tantangan Keberagaman di Indonesia. Jurnal Kewarganegaraan, 6(1),45-
48.
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 1, Januari 2025, page: 11-17
E-ISSN: 3048-3093
17
First Author et.al (Title of paper shortly, 3-5 first-words)
Sari,R.A (2022). Implementasi Nilai-Nilai Sila Ketiga Pancasila. Jurnal Pendidikan
Pancasila,10(2),123-135.