TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 2, July 2025, page: 107-115
E-ISSN: 3048-3093
107
Fikri Ben Jamin et.al (Peran Strategi Pendidikan Pancasila Sebagai....)
Peran Strategi Pendidikan Pancasila Sebagai Fondasi
Karakter dan Masa Depan Bangsa
Fikri Ben Jamin
a,1*
, Alia Damayanti
b,2
, Maria Dewi Jelu
c,3
, Pintau Jul Pilih Niet Hia
d,4
, Selvia
e,5
a,b,c,d,e
Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Indonesia
1*
fikribenjamin22@gmail.com;
2
aliadamayanti8945@gmail.com;
3
mariadewi2002@gmail.com;
4
pintauhia@gmail.com;
5
selviselviaangraini@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 1 September 2025
Direvisi: 17 September 2025
Disetujui: 1 Oktober 2025
Tersedia Daring: 16 Oktober
2025
Pendidikan Pancasila memegang peran strategis dan krusial dalam
membentuk fondasi karakter bangsa serta mempersiapkan masa
depan Indonesia yang berdaulat dan bermartabat. Tantangan
globalisasi, derasnya arus informasi, dan merebaknya paham
intoleransi mengancam kohesi sosial dan jati diri bangsa. Penulisan
artikel ini bertujuan untuk menganalisis strategi pendidikan
Pancasila yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila
sebagai dasar pembentukan karakter peserta didik. Melalui
pendekatan kualitatif dengan studi literatur, penelitian ini
menyimpulkan bahwa strategi pendidikan Pancasila tidak boleh
hanya terpaku pada pendekatan kognitif (hafalan), tetapi harus
dikembangkan menjadi pendidikan yang berbasis nilai, kontekstual,
dan partisipatif. Penerapan metode pembelajaran yang inovatif,
pemanfaatan teknologi digital, serta penguatan peran guru sebagai
teladan (role model) merupakan komponen kunci dalam
mentransformasikan nilai-nilai Pancasila menjadi sikap dan perilaku
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan strategi yang tepat, Pendidikan
Pancasila tidak hanya menjadi mata pelajaran, tetapi menjadi jiwa
dalam sistem pendidikan yang akan melahirkan generasi penerus
bangsa yang berkarakter, cerdas, dan mampu menjawab tantangan
zaman, sehingga pada akhirnya dapat menjamin keberlangsungan
dan kejayaan masa depan Indonesia.
Kata Kunci:
Strategi Pendidikan
Pancasila
Pendidikan Karakter
Karakter Bangsa
Nilai-Nilai Pancasila
Masa Depan Bangsa
Pembelajaran Kontekstual
ABSTRACT
Keywords:
Pancasila Education Strategy
Character Education,
National Character
Pancasila Values
Future of the Nation
Contextual Learning
Pancasila education plays a strategic and crucial role in shaping the
foundation of national character and preparing Indonesia for a sovereign
and dignified future. The challenges of globalization, the rapid flow of
information, and the spread of intolerance threaten social cohesion and
national identity. This article aims to analyze effective Pancasila
education strategies in instilling the noble values of Pancasila as the
foundation for character formation in students. Through a qualitative
approach and literature review, this research concludes that Pancasila
education strategies should not be limited to a cognitive approach
(memorization), but must be developed into a values-based, contextual,
and participatory education. The application of innovative learning
methods, the use of digital technology, and strengthening the role of
teachers as role models are key components in transforming Pancasila
values into attitudes and behaviors in everyday life. With the right
strategy, Pancasila education will not only be a subject but also become
the soul of the education system that will produce the next generation of
the nation with character, intelligence, and the ability to respond to the
challenges of the times, thereby ultimately ensuring the sustainability
and glory of Indonesia's future.
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 2, July 2025, page: 107-115
E-ISSN: 3048-3093
108
Fikri Ben Jamin et.al (Peran Strategi Pendidikan Pancasila Sebagai....)
©2025, Fikri Ben Jamin, Alia Damayanti, Maria Dewi Jelu,
Pintau Jul Pilih Niet Hia, Selvia
This is an open access article under CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan dengan kesadaran dalam proses belajar.
Melalui pendidikan, siswa diajak untuk aktif menjelajahi, mengembangkan, dan memaksimalkan
potensi unik yang dimiliki setiap individu. Ini tidak hanya meliputi aspek intelektual, tetapi juga
dimensi lainnya seperti kekuatan spiritual dan nilai-nilai agama yang memperkuat etika dalam
diri individu (Nabila, 2021). Selain itu, pendidikan juga berfungsi untuk membantu siswa
memahami konsep pengendalian diri, yang pada akhirnya membentuk karakter dan kepribadian
yang kuat. Dalam proses ini, aspek moral dan etika menjadi perhatian utama, sehingga
menghasilkan individu yang memiliki kecerdasan moral yang baik (Risdiany dan Dewi, 2021).
Penting juga untuk dicatat bahwa pendidikan bertujuan memberikan keterampilan praktis yang
diperlukan agar siswa dapat bersaing dan memberikan kontribusi positif dalam masyarakat
(Surahman et al., 2022). Dengan demikian, pendidikan adalah dasar yang kuat untuk membentuk
individu yang komprehensif dan siap menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Rasa cinta
terhadap tanah air memiliki nilai yang sangat penting untuk kelangsungan negara dan bangsa
Indonesia (Saputri et al., 2023).
Sebagai negara dengan kekayaan budaya dan sumber daya alam yang melimpah, menjaga
dan mengembangkan sikap cinta tanah air adalah suatu kewajiban yang sangat penting (Ikhsan,
2017). Era Revolusi Industri 4. 0 mencerminkan kemajuan signifikan dalam teknologi dan
sistem informasi. Perkembangan ini tidak hanya mengubah cara manusia bekerja, tetapi juga
merevolusi interaksi antara manusia dan mesin. Intinya, Revolusi Industri 4. 0 membawa
perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, di mana banyak sektor secara perlahan
digantikan oleh teknologi dan otomatisasi yang canggih (Faidah dan Dewi, 2021). Karakter
memiliki peran penting dalam mencapai keberhasilan, baik di tingkat individu maupun negara,
karena menjadi dasar fundamental bagi kemajuan suatu bangsa. Sejarah menunjukkan bahwa
negara dengan bangsa yang memiliki karakter yang kuat cenderung berkembang dengan pesat
dan mencapai kemakmuran yang berkelanjutan (Soesatyo, 2024). Dampak dari kemajuan
teknologi yang cepat ini menciptakan tantangan yang semakin rumit. Kenyamanan yang
ditawarkan oleh teknologi modern malah membuat manusia semakin tergantung (Mahran dan
Sebyar, 2023). Ini berpengaruh pada perubahan peran dan pola pikir manusia sebagai makhluk
sosial.
Seiring dengan perubahan ini, penurunan moral dan karakter bangsa semakin terlihat.
Akibatnya, masyarakat rentan terjebak dalam pemahaman yang sempit dan kebenaran instan
tanpa pemikiran mendalam. Karakter memiliki peranan sentral dalam mencapai keberhasilan,
baik di tingkat individu maupun nasional, karena merupakan fondasi dasar bagi kemajuan suatu
bangsa. Sejarah telah membuktikan bahwa negara-negara dengan karakter bangsa yang kuat
cenderung mengalami kemajuan yang cepat dan mencapai kemakmuran yang berkelanjutan
(Soesatyo, 2024). Oleh karena itu, pengembangan nilai-nilai karakter yang kuat pada setiap
individu menjadi kebutuhan mendesak, tidak hanya untuk keberhasilan pribadi di masa depan
tetapi juga untuk kontribusi terhadap kemajuan bangsa. Dengan demikian, penyusunan strategi
yang sistematis dalam pembangunan karakter manusia menjadi hal penting yang perlu
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 2, July 2025, page: 107-115
E-ISSN: 3048-3093
109
Fikri Ben Jamin et.al (Peran Strategi Pendidikan Pancasila Sebagai....)
diterapkan secara menyeluruh.
Dalam konteks ini, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari berfungsi
sebagai landasan utama dalam membentuk kepribadian yang berkualitas, yang pada akhirnya
akan menciptakan masyarakat beradab dan bangsa yang maju. Saat ini, penerapan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara semakin terasa berkurang. Setelah
reformasi, pemahaman masyarakat tentang Pancasila dan konstitusi semakin menurun. Rasa
solidaritas dan kebersamaan di antara sesama dalam lingkungan sekitar juga semakin memudar.
Kebangkitan teknologi baru menyebabkan banyak orang lebih tertarik untuk berinteraksi di
dunia digital dibandingkan dengan kehidupan nyata (Soesatyo, 2024). Oleh karena itu, Pancasila
memiliki kemampuan untuk menyatukan bangsa Indonesia sekaligus sebagai panduan nilai
dalam kehidupan sosial, kebangsaan, dan kenegaraan. Selain itu, Pancasila juga berfungsi
sebagai dasar etika dan norma dalam penilaian baik-buruk, benar-salah suatu sikap, tindakan,
dan perilaku, serta sebagai pondasi bagi pembangunan karakter bangsa. Dari sudut pandang
Pancasila, interaksi sosial yang harmonis dan seimbang antara individu dan masyarakat bukanlah
hal yang netral, melainkan harus terinspirasi oleh nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
seluruh sila Pancasila (Pusdatin, 2021).
Akikat manusia sebagai makhluk sosial mengharuskan adanya kerja sama dalam kehidupan
masyarakat. Pancasila dengan semua silanya memiliki nilai-nilai dasar yang merupakan identitas
bangsa dan telah menyatu dalam jiwa setiap warga negara Indonesia. Setiap sila memiliki makna
filosofis yang mendalam, mencerminkan karakteristik khas bangsa (Drs. Purwito Adi, 2015).
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pendidikan yang kreatif, inovatif, dan kontekstual.
Pendekatan ini harus mampu menjawab tantangan zaman, menggeser cara pengajaran dari
sekadar "mengajarkan Pancasila" menjadi "menumbuhkan dan menghidupkan Pancasila" dalam
diri setiap siswa. Keberhasilan strategi ini akan menjadi dasar yang kuat untuk membentuk
generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kuatnya
karakter, identitas, dan kesiapan untuk memimpin Indonesia menuju masa depan yang lebih
baik. Dengan demikian, keberadaan dan kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang sangat
bergantung pada efektivitas penerapan pendidikan Pancasila yang dilakukan hari ini.
2. Metode
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur. Studi literatur adalah teknik
pengumpulan data melalui penelaahan terhadap buku, catatan, dan laporan yang relevan dengan
topik penelitian menambahkan bahwa studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan daftar
pustaka, membaca, mencatat, serta mengolah bahan-bahan penelitian tertulis yang sesuai (Zed,
2008). Sementara itu, menjelaskan bahwa penelitian jenis ini dilakukan dengan mengumpulkan
sejumlah sumber ilmiah yang terkait dengan masalah dan tujuan penelitian (Danial & Warsinah,
2009). Dengan kata lain, studi literatur dipilih karena mampu memberikan gambaran
menyeluruh tentang Peran Strategi Pendidikan Pancasila sebagai Fondasi Karakter dan Masa
Depan Bangsa.
Sumber data yang digunakan bersifat sekunder, meliputi artikel jurnal, buku yang referensi,
hasil penelitian terdahulu, dan laporan akademik yang relevan. Literatur dipilih berdasarkan
kriteria tertentu, yaitu terbit dalam sepuluh tahun terakhir, berasal dari penerbit atau jurnal yang
kredibel, memiliki metodologi yang jelas, serta relevan dengan tema penelitian. Sebaliknya,
literatur yang bersifat opini non ilmiah atau tidak sesuai dengan fokus penelitian dikecualikan.
Proses penelitian dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama, penentuan kata kunci pencarian
seperti Pancasila, “Strategi Pendidikan Pendidikan Karakter, Fondasi Karakter Bangsa, Nilai-
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 2, July 2025, page: 107-115
E-ISSN: 3048-3093
110
Fikri Ben Jamin et.al (Peran Strategi Pendidikan Pancasila Sebagai....)
Nilai Pancasila, Masa Depan Bangsa”. Kedua, pencarian literatur menggunakan basis data
elektronik seperti Google Scholar, Scopus, dan database perpustakaan universitas. Ketiga,
seleksi awal dilakukan dengan membaca judul dan abstrak untuk memastikan relevansi. Artikel
yang lolos tahap ini kemudian ditelaah secara penuh untuk dicatat teori, hasil, serta implikasinya.
Selanjutnya, data yang terkumpul direduksi dan dikelompokkan berdasarkan tema, seperti
landasan teori, praktik tantangan pembelajaran, implementasi, rekomendasi terakhir kebijakan.
adalah mengintegrasikan sintesis, hasil dan Tahap yaitu temuan menjadi kesimpulan yang
menyoroti Peran Strategi Pendidikan Pancasila sebagai Fondasi Karakter dan Masa Depan
Bangsa.
3. Hasil dan Pembahasan
Tanggung jawab sosial merupakan hal penting dalam hidup berbangsa dan bermasyarakat.
Jika seseorang menerapkan tanggung jawab sosial dalam dirinya, maka orang tersebut dianggap
sebagai warga negara yang baik. Lebih lagi, tanggung jawab sosial mengajarkan kita sebagai
warga negara untuk bertanggung jawab bukan hanya kepada diri sendiri, tetapi juga kepada
bangsa Indonesia. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam UUD 1945 alinea keempat, yaitu ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. Dengan memiliki rasa tanggung jawab sosial, seseorang sudah memiliki nilai penting
untuk kehidupan bangsa. Pendidikan kewarganegaraan juga sangat penting diajarkan kepada
masyarakat Indonesia, karena melalui pendidikan ini masyarakat akan lebih memahami
tanggung jawabnya sebagai warga negara. Pendidikan kewarganegaraan seharusnya diajarkan
sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi karena akan mempengaruhi secara
besar dalam mewujudkan cita-cita para leluhur bangsa. Apalagi pendidikan kewarganegaraan
yang berbasis nilai memiliki makna penting yang sangat dalam, bukan hanya membentuk warga
negara yang baik, tetapi juga membantu mengingat perjuangan para pendiri bangsa Indonesia.
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk menggambarkan, menganalisis, serta menjelaskan
peran strategis berbagai pendekatan dan metode dalam Pendidikan Pancasila untuk memperkuat
pembentukan karakter peserta didik dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila, menghadapi
tantangan global, menjaga identitas nasional, serta memastikan pembangunan bangsa Indonesia
tetap berkelanjutan di masa depan.
Strategi Pendidikan Pancasila
Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan memiliki dampak yang signifikan terhadap
etika bangsa dalam kehidupan bersosial sehari-hari. Pendidikan Kewarganegaraan berperan
penting dalam membentuk karakter individu yang berlandaskan nilai-nilai moral dan etika yang
luhur. Dalam proses pengimplementasian nilai, terdapat nilai karakter dan nilai pokok yang bisa
diajarkan. Nilai karakter utama Pendidikan Kewarganegaraan yaitu untuk menciptakan peserta
didik yang religius, jujur, cerdas, tangguh, demokratis, dan peduli. Sedangkan nilai karakter
utama Pendidikan Kewarganegaraan yaitu untuk menciptakan peserta didik yang nasionalis,
patuh pada aturan sosial, menghargai keberagaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang
lain, bertanggung jawab, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, dan mandiri.
Melalui pendidikan ini, individu diajarkan mengenai hak dan kewajiban sebagai warga
negara, pentingnya toleransi, keadilan, dan rasa kebersamaan. Pendidikan Kewarganegaraan
memainkan peran pentingdalammencegah perilaku negatif seperti korupsi, intoleransi, dan
pelanggaran hukum. Karakter seseorang menunjukkan bagaimana mereka bertindak. Orang yang
tidak jujur, kejam, atau rakus menunjukkan perilaku atau karakter negatif. Sebaliknya, orang
yang jujur dan suka menolong menunjukkan perilaku atau karakter positif. (Suhardiyansyah et
al., 2016) Strategi seperti pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) dan
pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) memaksa peserta didik untuk
berhadapan dengan situasi nyata yang memerlukan penerapan nilai-nilai Pancasila. Misalnya,
sebuah proyek untuk mengatasi masalah sampah di sekolah mengharuskan siswa untuk
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 2, July 2025, page: 107-115
E-ISSN: 3048-3093
111
Fikri Ben Jamin et.al (Peran Strategi Pendidikan Pancasila Sebagai....)
berdiskusi (mencerminkan sila keempat), bergotong royong (sila ketiga), dan bertanggung jawab
terhadap lingkungan (sila pertama dan kedua).
Dalam proses ini, nilai-nilai tersebut tidak lagi berupa teks, tetapi menjadi pengalaman
bermakna. yang Melalui pemahaman tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai bangsa, individu
menjadi lebih bangga dan bertanggung jawab untuk menjaga kehormatan dan kedaulatan negara.
Rasa cinta tanah air partisipasi pembangunan juga aktif mendorong dalam
bangsadanpemeliharaan persatuan dan Implementasi kesatuan. Pendidikan Kewarganegaraan
memberikan pengaruh yang luas dan mendalam dalam membentuk moral dan etika bangsa. Hal
ini tidak hanya terlihat dalam perilaku individu, tetapi juga dalam dinamika sosial yang lebih
harmonis dan beradab. Dengan demikian, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan fondasi
penting bagi pembangunan karakter bangsa yang kuat dan bermartabat dalam menumbuhkan
tanggung jawabnya.
Pendidikan Karakter
Setiap orang dalam masyarakat memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda-beda, yang
dibawa sejak lahir dan terbentuk dari lingkungan sekitar. Sifat seseorang bisa dipengaruhi oleh
lingkungan keluarga atau lingkungan masyarakat di mana ia tinggal. Jika sifat seseorang baik,
maka perilaku mereka juga baik, sebaliknya jika sifatnya buruk, perilaku mereka pun akan
buruk. Pendidikan karakter adalah cara mengajarkan nilai-nilai yang baik, yang mencakup tiga
hal, yaitu pengetahuan, kesadaran, dan tindakan. Nilai-nilai ini diterapkan terhadap Tuhan, diri
sendiri, orang lain, lingkungan, serta tanah air (Omeri, 2015). Mengacu pada prinsip Pancasila,
pendidikan karakter bertujuan membentuk masyarakat yang kuat, kompetitif, bermoral, toleran,
bekerja sama, patriotik, dinamis, serta mengutamakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
munculnya penurunan nilai moral di masyarakat dan dalam pemerintahan, pendidikan karakter
menjadi isu utama dalam dunia pendidikan. Tindakan seperti kejahatan, ketidakadilan, korupsi,
kekerasan terhadap anak, dan pelanggaran hak asasi manusia menunjukkan adanya gangguan
pada identitas dan karakter bangsa Indonesia.
Nilai kesopanan dan keagamaan yang sudah terbentuk dalam budaya Indonesia selama
bertahun-tahun mulai melemah karena pengaruh budaya global masa kini. Akibatnya, nilai-nilai
tersebut semakin langka terlihat di masyarakat. Solusi yang strategis adalah pendidikan
multikultural, yang bisa dilakukan melalui pendidikan informal di keluarga, pendidikan formal
di sekolah, dan pendidikan nonformal di kelompok belajar (Anwar & Salim, 2019). Kata
"karakter" berasal dari bahasa Latin "charakter" yang merujuk pada sifat, watak, sikap,
kepribadian, atau moral seseorang. Karakter bisa diartikan sebagai sifat dasar, kepribadian,
kebiasaan, dan pola perilaku yang khas. Dalam pendidikan, karakter menunjukkan bagaimana
proses pendidikan membentuk kepribadian siswa.
Tujuan pendidikan karakter adalah memberi siswa kekayaan nilai-nilai sosial dan moral,
yang mencakup kepercayaan agama, dalam ucapan, tindakan, pikiran, sikap, dan kepribadian
mereka. Secara umum, karakter menyatakan keseluruhan sifat manusia, yang berbeda-beda
sesuai dengan kehidupan masing-masing individu. Sifat mental, moral, atau budi pekerti yang
membedakan individu atau kelompok disebut karakter (Tsauri, 2015). Karakter sangat penting
untuk memperkuat identitas nasional seseorang secara bertahap, terutama bagi pelajar, karena
identitas nasional mereka membentuk kepribadian dan memberi rasa tanggung jawab untuk
berkontribusi pada kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
Itulah sebabnya mengapa penting bagi siswa untuk mengembangkan identitas nasional
melalui pendidikan multikultural dan kewarganegaraan (Salsabila et al., 2023). Nasionalisme
adalah rasa cinta dan kesetiaan terhadap negara yang mencakup usaha untuk menjaga identitas
nasional. Tindakan sederhana seperti menggunakan produk lokal bisa menjadi cara untuk
menunjukkan cinta terhadap tanah air. Dengan memilih produk dalam negeri, kita tidak hanya
membantu perekonomian bangsa tetapi juga menunjukkan apresiasi terhadap karya warga
Indonesia. Di masa kini yang semakin digital, penggunaan teknologi buatan dalam negeri adalah
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 2, July 2025, page: 107-115
E-ISSN: 3048-3093
112
Fikri Ben Jamin et.al (Peran Strategi Pendidikan Pancasila Sebagai....)
bentuk dukungan nyata terhadap inovasi lokal. Selain itu, melestarikan dan mempromosikan
budaya kita melalui media sosial menjadi cara efektif untuk memperkenalkan keberagaman
budaya Indonesia kepada dunia.
Dengan menggunakan platform digital, kita bisa memperkenalkan seni, musik, tarian, serta
berbagai warisan budaya lainnya kepada khalayak yang lebih luas, yang pada akhirnya
memperkuat rasa bangga terhadap identitas nasional kita (Firman Hidayat et al., 2023). Membela
negara adalah hak dan kewajiban setiap warga negara sebagaimana diatur dalam undang-undang,
dengan tujuan menjaga jati diri dan melindungi negara dari ancaman, baik dari dalam maupun
luar negeri. Contoh insiden terkait pengangkatan bendera Indonesia di Asian Games 2023
menunjukkan pentingnya kesadaran dan keterlibatan aktif dalam menjaga kehormatan negara. Di
era digital, berkhidmat kepada negara bisa dilakukan dengan berbagai cara, termasuk turut serta
dalam kampanye digital yang memperkuat citra positif Indonesia di mata dunia. Dengan
memiliki kemampuan ini, warga negara dapat memberikan kontribusi nyata dalam
mempertahankan identitas nasional dan memajukan kepentingan bangsa di berbagai bidang. Ini
mencakup kewaspadaan terhadap berita palsu dan propaganda negatif yang bisa merusak citra
negara, serta partisipasi dalam diskusi yang mendorong nilai-nilai kebangsaan (Firman Hidayat
et al., 2023).
Fondasi Karakter Bangsa
Indonesia adalah negara yang berlandaskan keimanan, kehumanisan, persatuan, dan nilai
keluarga yang mengutamakan kepentingan bersama. Itu adalah ciri khas masyarakat Indonesia.
Namun, konflik sosial dan perbedaan antar individu tidak mewakili sifat dasar bangsa Indonesia.
Sebenarnya, jumlah orang yang rukun dan toleran lebih banyak daripada yang tidak rukun dan
tidak toleran (Faudillah et al., 2023). Penting untuk memahami bahwa Indonesia adalah negara
yang beragam. Tanpa pemahaman ini, keragaman bisa jadi penyebab masalah. Kebhinekaan di
Indonesia bukanlah perbedaan, tetapi kesatuan. Konsep ini bisa dibayangkan seperti tubuh
manusia yang terdiri dari kepala, badan, lengan, dan kaki. Setiap bagian itu adalah bagian yang
tak terpisahkan dari tubuh. Ini adalah contoh kompleks tentang persatuan bangsa Indonesia yang
didasari semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang mempersatukan kita meski dalam keragaman.
(Fitriani & Dewi, 2021).
Identitas nasional Indonesia memiliki beberapa bentuk, di antaranya sebagai berikut.
Pertama, bendera Indonesia. Menurut Pasal 35 UUD 1945, bendera Indonesia adalah bendera
merah putih. Warna merah mewakili keberanian, sedangkan warna putih melambangkan
kesucian. Warna ini adalah simbol jiwa yang berani dan suci. Kedua, Bahasa Indonesia. Dalam
Pasal 36 UUD 1945, disebutkan bahwa bahasa resmi negara adalah bahasa Indonesia. Karena
banyak suku yang tinggal di Indonesia, terdapat perbedaan bahasa di tiap wilayah. Jadi, bahasa
Indonesia menjadi alat untuk menyatukan rakyat yang beragam. Dengan bahasa Indonesia, kita
bisa berkomunikasi tanpa merasa berbeda. Ketiga, lambang negara Indonesia. Menurut Pasal
36A UUD 1945, lambang negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika. Setiap sila Pancasila dilambangkan oleh bagian tertentu pada burung Garuda. Sila pertama
dilambangkan dengan bintang emas, sila kedua dengan tali rantai emas, sila ketiga dengan pohon
beringin, sila keempat dengan kepala banteng, dan sila kelima dengan padi dan kapas. Keempat
adalah Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan semboyan bangsa Indonesia. Artinya "berbeda-
beda tetapi tetap satu jua" (Dewi & Ulfatun, 2024). Kelima adalah Indonesia Raya, yang
merupakan lagu kebangsaan Indonesia. Menurut pasal 36B UUD 1945, lagu Indonesia Raya
adalah identitas bangsa yang tidak bisa digantikan. Lagu ini dibuat oleh Wage Rudolf
Supratman. Keenam adalah Dasar Filsafat Negara. Filsafat nasional Indonesia berakar pada
Pancasila. Pancasila terdiri dari lima prinsip dasar yang menjadi ideologi negara.
Selain menjadi dasar negara dan ideologi, Pancasila juga merupakan identitas nasional
Indonesia. Setiap bagian dari Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang mencerminkan
kepribadian dan identitas bangsa Indonesia. Jika kita ingin bangsa Indonesia tetap hidup, kita
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 2, July 2025, page: 107-115
E-ISSN: 3048-3093
113
Fikri Ben Jamin et.al (Peran Strategi Pendidikan Pancasila Sebagai....)
harus menjadikan Pancasila sebagai dasar negara (Sari & Najicha, 2022). Nilai-nilai yang
terdapat dalam Pancasila didasarkan pada nilai-nilai budaya nasional yang luhur, berasal dari
budaya Indonesia sendiri, serta memiliki nilai dasar yang universal dan tidak berubah seiring
waktu. Oleh karena itu, nilai-nilai ini harus dilestarikan hingga kapan pun (Balqis & Najicha,
2022). Ketujuh adalah UUD 1945. UUD 1945 ini memiliki kedudukan tertinggi dalam sistem
hukum. Kedelapan adalah Bentuk Negara Indonesia.
Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki kedaulatan rakyat dan
sistem politik kesembilan. Kesembilan adalah Sistem Republik. Sistem Indonesia adalah sistem
demokrasi yang menjunjung tinggi dan mempertahankan kedaulatan rakyat. Kesepuluh adalah
Kebudayaan Daerah. Kebudayaan daerah itu merupakan hasil dari keragaman suku-suku di
Indonesia, sehingga terdapat banyak kebudayaan daerah yang kita miliki. Keragaman ini
membuat orang Indonesia unik dibandingkan orang dari negara lain. Adat istiadat yang berasal
dari masing-masing wilayah, daerah, dan suku bangsa yang berbeda harus dilestarikan sebagai
tradisi yang berkembang untuk menjaga harmonisasi dalam kehidupan nasional dan
internasional (Afrizal & Najicha, 2022).
Zaman terus berubah dan berkembang, di era modern yang semuanya digital, kita harus
menghindari budaya negatif. Ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia menghadapi krisis
kesadaran berbangsa dan hidup bernegara (Fathoni & Najicha, 2021). Keberagaman Indonesia
membuatnya unik. Keberagaman ini membentuk identitas dan jati diri yang unik bagi bangsa ini.
Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa identitas nasional memainkan peran yang sangat penting
dalam membentuk karakter suatu bangsa. Identitas nasional bekerja sebagai fondasi kuat untuk
membentuk karakter yang tangguh dan inklusif. Identitas nasional sebuah negara menunjukkan
kesatuan dan perbedaan budaya, sejarah, serta nilai-nilai yang dianut oleh masyarakatnya.
Identitas nasional yang memperkuat kesatuan dan persatuan menciptakan bangsa yang cinta
tanah air, memiliki tanggung jawab sosial, semangat kerja sama, serta toleransi terhadap
perbedaan. Memiliki kesadaran tentang identitas bangsa membantu masyarakat menjaga
keutuhan NKRI, memperkuat hubungan antarwarga, serta mendorong pembentukan karakter
bangsa yang inklusif dan berdaya saing.
4. Kesimpulan
Pendidikan Pancasila tidak hanya tentang menghafal ideologi, melainkan diubah menjadi
cara belajar yang sesuai dengan konteks, seperti pembelajaran berbasis proyek dan berbasis
masalah. Metode ini membuat siswa menghadapi situasi nyata, sehingga nilai-nilai Pancasila
seperti gotong royong, musyawarah, dan keadilan masuk ke dalam hati dan membentuk cara
berpikir, sikap, serta tindakan sehari-hari. Dalam menghadapi tantangan global seperti turunnya
nilai kesopanan, maraknya korupsi, dan semakin banyaknya intoleransi, Pendidikan Pancasila
bertindak sebagai penjaga budaya dan penjaga identitas bangsa. Ia secara aktif membentuk warga
negara yang beragama, jujur, nasionalis, bertanggung jawab, kritis, kreatif, dan inovatif, sekaligus
menghindari tindakan yang menyimpang. Pendidikan Pancasila menjadi alat untuk memahami
dan menghayati identitas nasional Indonesia yang beragam. Dengan menekankan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika, pendidikan ini membangun kesadaran bersama bahwa keberagaman suku,
agama, dan budaya bukanlah penghalang, melainkan kekuatan yang mengikat, yang dipersatukan
oleh fondasi yang sama: Pancasila, Bendera UUD 1945, bendera Merah Putih, Bahasa Indonesia,
dan Lagu Indonesia Raya. Pendidikan ini membantu memupuk rasa cinta kepada tanah air dan
tanggung jawab sosial, yang tidak hanya terlihat dari cara biasa, tetapi juga melalui cara-cara aktif
di dunia maya. Kesadaran ini berupa membantu negara dengan membeli produk dalam negeri,
melestarikan budaya di media sosial, serta menentang berita palsu dan propaganda negatif yang
bisa merusak citra bangsa. Nilai-nilai universal dalam Pancasila yang berasal dari budaya bangsa
yang tinggi memberi dasar yang kuat dan berkelanjutan bagi pembangunan Indonesia. Dengan
membentuk warga negara yang memiliki karakter sesuai Pancasila, dasar ini memastikan negara
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 2, July 2025, page: 107-115
E-ISSN: 3048-3093
114
Fikri Ben Jamin et.al (Peran Strategi Pendidikan Pancasila Sebagai....)
bisa tetap bertahan di tengah perubahan zaman, menjaga persatuan, serta meningkatkan daya
saing bangsa di tingkat dunia.
5. Ucapan Terima Kasih
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang sudah
memberikan dukungan dalam proses penyusunan artikel ini. Khususnya, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan sejawat yang telah memberikan saran,
masukan, serta referensi yang relevan sehingga penelitian ini dapat tersusun dengan baik. Penulis
juga memberikan penghargaan kepada lembaga pendidikan dan pihak-pihak lain yang telah
membantu menyediakan sumber data dan literatur yang diperlukan.
6. Daftar Pustaka
Anwar, S., & Salim, A. (2019). Pendidikan Islam dalam Membangun Karakter Bangsa di Era
Tadzkiyyah: Milenial. Al Jurnal Pendidikan Islam, 9(2), 233. https://doi.org/10.24042/atjpi.
v9i2.3628
Afrizal, M. N., & Najicha, F. U. (2022). Urgensi Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Di
Kalangan Mahasiswa Pada Zaman Millenial. Jurnal Kewarganegaraan, 6(1), 13451351.
http://journal.upy.ac.id/index. php/pkn/article/view/2713
Balqis, S. D. P., & Najicha, F. U. (2022). Penanaman Nilai Nilai Pancasila di Era Pandemi Covid-
19. De Cive : Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 2(6), 210216.
https://doi.org/10.56393/deci landasan yang stabil dan berkelanjutan bagi pembangunan
Indonesia. Dengan membentuk warga negara yang berkarakter Pancasila, fondasi ini
memastikan kelangsungan negara menghadapi perubahan dalam zaman, menjaga persatuan,
dan membangun daya saing bangsa di kancah global. ve.v2i6.634
Daniel, E., & Warsiah. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn
Universitas Pancasila. Pendidikan Dewi, K. S., & Ulfatun, F. (2024). Pendidikan
Kewarganegaraan Sebagai Strategi Mempertahankan Identitas. 4(1), 3338.
Drs. Purwito Adi, M. P. (2015). Buku Ajar Pancasila 2015 Purwito Adi.Pdf. Universitas
Kanjuruhan Malang. Retrieved from file:///C:/Users/User/Downlo ads/buku ajar pancasila
2015 purwito adi.pdf
Firman Hidayat, R., Haqsan, F., Musyarofah, Y., & Gilang Program Studi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, B. (2023). Jurnal Peran Warga Negara Dalam
Mempertahankan Identitas Nasional Bangsa Indonesia Di Era ADVANCES Digitalisasi. in
Social Humanities Research, 1(5), 643654.
Faidah, Y. N., & Dewi, D. A. (2021). Pengamalan Pancasila Sebagai Pembentukan Nation
Character di Era Revolusi Industri 4.0. ASANKA: Journal of Social Science And Education,
2(2), 221 231. https://doi.org/10.21154/asan ka.v2i2.3186
Faudillah, A. N., Husna, F., & Makhfiroh, N. R. (2023). Identitas Nasional Sebagai Bangsa.
Pendidikan Dan Riset, 1(1), 112. http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac. id/index.php/ami.
Fitriani, R., & Dewi, D. A. (2021). Membangun Karakter Generasi Muda Melalui Implementasi
Nilai-Nilai Pancasila Di Tengah Arus Globalisasi. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2),
514 522.https://doi.org/10.31004/ edukatif.v3i2.367
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 2, July 2025, page: 107-115
E-ISSN: 3048-3093
115
Fikri Ben Jamin et.al (Peran Strategi Pendidikan Pancasila Sebagai....)
Ikhsan, M. A. (2017). Nilai-Nilai Cinta Tanah Air Dalam Perspektif AlQur’an. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 108114. 2(2), Mahran, Z. A., & Sebyar, M.
H. (2023). Pengaruh Peraturan Menteri Perdagangan (PERMENDAG) Nomor 31 Tahun
2023 terhadap Perkembangan E-commerce di Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum Dan Sosial,
1(4), 51 67. Retrieved from https://doi.org/10.51903/haki m.v1i4.1440
Nabila, N. (2021). Tujuan Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(05), 867875. Omeri,
N. (2015) PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM DUNIA
PENDIDIKAN‟, p. 5. Pusdatin. (2021). Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik
Indonesia. Retrieved from https://bpip.go.id/berita/tujua n-pendidikan-pancasila-di
perguruan-tinggi ketahuilandasannya!
Risdiany, H., & Dewi, D. A. (2021). Penguatan Karakter Bangsa Sebagai Implementasi Nilai
Nilai Pancasila. Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(04), 696711.
Salsabila, D., Fatimah, F., Nuraeni, I., Lussy Sri A, & Naufal Rifat RA. (2023). Pendidikan
Kewarganegaraan Sebagai Upaya Penguatan Identitas Nasional. Populer: Jurnal Penelitian
Mahasiswa, 2(2), 1017. https://doi.org/10.58192/popu ler.v2i2.841
Saputri, P. Y., Prayitno, H. J., & Syaadah, H. (2023). Upaya Mahasiswa KKNDik dalam
Menumbuhkan Karakter Cinta Tanah Air pada Siswa melalui Lomba Kemerdekaan. Buletin
KKN Pendidikan, 5(1).
Sari, R., & Najicha, F. U. (2022). Memahami Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam
Kehidupan Masyarakat. Harmony: Jurnal Pembelajaran IPS Dan PKN, 7(1), 5358.
https://doi.org/10.15294/harm ony.v7i1.56445
Surahman, S., Rahmani, R., Radiana, U., & Saputra, A. I. (2022). Peran Guru Penggerak dalam
Pendidikan Merdeka Belajar di Kubu Raya. Jurnal Pendidikan Indonesia, 3(04), 376387.
Suhardiyansyah, M. Y., Budiono, B., & Widodo, R. (2016). Implementasi pendidikan karakter
melalui bidang studi pendidikan kewarganegaraan. Jurnal Civic Hukum, 1(1), 1.
Soesatyo, B. (2024). Strategi Empat Konsensus Kebangsaan Bagi Pembangunan Generasi Muda
Dalam Menyongsong Bonus Demografi Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial
Masyarakat Kepulauan Riau Terlebih bagaimana Indonesia melalui konflik Pulau Sebatik
dan Tawau beberapa, 30(1), 4365.
Tsauri, S. (2015). Pendidikan Karakter Peluang Dalam Membangun Karakter Bangsa. Zed, M.
(2008). Metode peneletian kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor