TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 2, Juli 2025, page: 124-128
E-ISSN: 3048-3093
124
Adelia Rachmawati Fajriyah et.al (Transformasi Peran Pendidik PPKn di....)
Transformasi Peran Pendidik PPKn di Era Society 5.0
Menuju Pendidikan Humanis dan Digital
Adelia Rachmawati Fajriyah
a,1
, Cintya Ardinary
b,2
, Malika Alia Kasta
c,3
, M. Hanif Alwan
d,4
,
Rihan Siti Nurahma
e,5
a,b,c,d,e
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Banten
Email:
1*
adeliaprk27@gmail.com,
2
ardinarycintya@gmail.com,
3
malikakasta04@gmail.com,
4
hnfalwan330@gmail.com,
5
rihansitinurahma@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Sejarah Artikel:
Diterima: 1 September 2025
Direvisi: 17 September 2025
Disetujui: 1 Oktober 2025
Tersedia Daring: 16 Oktober
2025
Era Society 5.0 menghadirkan tantangan baru bagi dunia pendidikan,
termasuk Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Peran
pendidik PPKn dituntut tidak hanya sebagai penyampai pengetahuan, tetapi
juga sebagai fasilitator, inovator, dan penguat nilai-nilai humanistik di
tengah perkembangan digital. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan
transformasi peran pendidik PPKn di era Society 5.0, mengidentifikasi
tantangan yang dihadapi, serta merumuskan strategi inovatif dalam mengi
ntegrasikan nilai humanis dengan pemanfaatan teknologi digital. Metode
penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan menelaah buku,
artikel jurnal, dan dokumen resmi. Hasil kajian menunjukkan bahwa guru
PPKn perlu menguasai literasi digital, menerapkan model pembelajaran
berbasis teknologi, serta tetap menekankan pembentukan karakter
kewarganegaraan. Transformasi ini menjadi kunci untuk mewujudkan
pendidikan yang relevan, adaptif, dan berorientasi pada penguatan identitas
kebangsaan di era digital.
Kata Kunci:
Pendidikan PPKn
Transformasi Peran
Society 5.0
Pendidikan Humanis
Digitalisasi
ABSTRACT
Keywords:
Civic Educator
Role Transfotmation
Society 5.0
Humanistic Education
Digitalization
The Society 5.0 era presents new challenges for the world of education,
including Pancasila and Citizenship Education (PPKn). The role of PPKn
educators is required not only as a conveyor of knowledge, but also as a
facilitator, innovator, and reinforcer of humanistic values amidst digital
developments. This article aims to describe the transformation of the role of
PPKn educators in the Society 5.0 era, identify the challenges faced, and
formulate innovative strategies in integrating humanistic values with the
use of digital technology. The research method used is a literature study by
reviewing books, journal articles, and official documents. The results of the
study indicate that PPKn teachers need to master digital literacy,
implement technology-based learning models, and continue to emphasize
the formation of civic character. This transformation is key to realizing
education that is relevant, adaptive, and oriented towards strengthening
national identity in the digital era.
©2025, Adelia Rachmawati Fajriyah, Cintya Ardinary,
Malika Alia Kasta, M. Hanif Alwan, Rihan Siti Nurahma
This is an open access article under CC BY-SA license
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 2, Juli 2025, page: 124-128
E-ISSN: 3048-3093
125
Adelia Rachmawati Fajriyah et.al (Transformasi Peran Pendidik PPKn di....)
1. Pendahuluan
Kemajuan era Society 5.0 memberikan pengaruh signifikan pada berbagai bidang
kehidupan, termasuk sektor pendidikan. Guru PPKn memiliki peran krusial dalam
menciptakan generasi yang tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga memiliki karakter
kebangsaan yang kokoh. Akan tetapi, masih ada sejumlah pendidik yang memusatkan
perhatian pada penyampaian pengetahuan tanpa menggabungkan metode humanistik dan
teknologi digital. Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan perubahan peran guru PPKn di
era Society 5.0, tantangan yang dihadapi, serta strategi pelaksanaan yang tepat.
Society 5.0 adalah konsep masyarakat yang berorientasi teknologi dengan menempatkan
manusia sebagai pusatnya (masyarakat berfokus pada manusia). Dalam konteks ini, kemajuan
kecerdasan buatan, data besar, dan Internet of Things (IoT) digunakan untuk mengatasi
masalah sosial serta meningkatkan standar hidup. Ide tersebut mengharuskan sistem
pendidikan untuk mengubah kurikulum, cara mengajar, dan peran guru agar dapat melahirkan
siswa yang tidak hanya terampil dalam teknologi, tetapi juga memiliki rasa peduli sosial, sikap
analitis, dan moralitas yang berakar pada nilai Pancasila.
Society 5.0 adalah konsep masyarakat yang berorientasi teknologi dengan menempatkan
manusia sebagai pusatnya (masyarakat berfokus pada manusia). Dalam konteks ini, kemajuan
kecerdasan buatan, data besar, dan Internet of Things (IoT) digunakan untuk mengatasi
masalah sosial serta meningkatkan standar hidup. Ide tersebut mengharuskan sistem
pendidikan untuk mengubah kurikulum, cara mengajar, dan peran guru agar dapat melahirkan
siswa yang tidak hanya terampil dalam teknologi, tetapi juga memiliki rasa peduli sosial, sikap
analitis, dan moralitas yang berakar pada nilai Pancasila.
Dalam ranah pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), persoalan yang
dihadapi pendidik semakin rumit. Arus globalisasi, cepatnya aliran informasi digital, dan
perubahan nilai sosial mendorong guru PPKn untuk lebih kreatif dalam membentuk karakter
bangsa. Apabila metode pembelajaran PPKn masih didominasi oleh pendekatan konvensional
yang hanya fokus pada penghafalan materi, maka sebenarnya tujuan pembelajaran
kewarganegaraan, yaitu menciptakan warga negara yang aktif, demokratis, dan bertanggung
jawab, tidak akan terwujud.
Karena itu, perubahan peran pendidik PPKn menjadi suatu hal yang sangat diperlukan.
Guru tidak hanya berfungsi sebagai penyampai ilmu, tetapi juga harus bertindak sebagai
fasilitator, inovator, dan agen perubahan yang mampu menggabungkan pendekatan humanistik
dengan literasi digital. Pembelajaran PPKn pada zaman Society 5.0 diharapkan mampu
mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan
kreativitas, sembari menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan etika sosial. untuk menyampaikan
informasi dasar kepada pembaca dan memberikan gambaran hasil penelitian yang dilakukan
(refernsi berasal dari hasil publikasi berdampak tinggi, dapat dilacak dan sumber bergengsi).
2. Metode
Studi ini menerapkan metode penelitian pustaka (library research) studi pustaka dipilih
sebab kajian difokuskan pada analisis konsep dan teori terkait peran pendidik PPKn dalam
menyikapi era Society 5.0. Zed (2014) menyatakan bahwa studi pustaka adalah metode
pengumpula data yang berasal dari sumber literatur seperti buku, artikel ilmiah, dokumen
resmi, atau publikasi akademik lain yang berkaitan dengan topik penelitian. Proses penelitian
dilaksanakan melalui berbagai langkah. Peneliti pertama-tama mengidentifikasi literatur yang
berkaitan dengan Society 5.0, pendidikan berbasis humanis, perubahan peran pendidik, serta
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Kedua, data dianalisis secara kualitatif deskriptif
dengan memeriksa keterkaitan antar konsep dan membandingkan hasil dari berbagai sumber.
Berdasarkan Sugiyono (2017), metode kualitatif deskriptif bertujuan untuk menggambarkan
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 2, Juli 2025, page: 124-128
E-ISSN: 3048-3093
126
Adelia Rachmawati Fajriyah et.al (Transformasi Peran Pendidik PPKn di....)
fenomena yang terjadi dengan merujuk pada data, fakta, dan teori yang ada, lalu
diinterpretasikan untuk menghasilkan pemahaman yang menyeluruh.
3. Hasil dan Pembahasan
Tantangan Guru PPKn di Era Society 5
Kemajuan teknologi digital yang sangat cepat menciptakan jarak antara guru dan siswa
dalam penggunaannya. Generasi muda yang merupakan digital natives lebih cepat
menyesuaikan diri dengan teknologi dibandingkan banyak guru yang masih berfungsi
sebagai digital immigrants. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan dalam proses belajar, di
mana siswa lebih cepat menguasai aplikasi digital, sementara beberapa guru mengalami
kesulitan dalam memanfaatkannya sebagai alat pembelajaran. Menurut Prensky (2001),
perbedaan ini dapat menciptakan kesenjangan generasi yang memengaruhi efektivitas
komunikasi serta pembelajaran di dalam kelas. Dalam konteks PPKn,
ketimpangan digital mempengaruhi minimnya penggunaan media digital untuk
menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Jika guru tidak dapat mengikuti kemajuan teknologi,
maka pembelajaran PPKn berpotensi kehilangan makna bagi generasi muda. Karena itu,
peningkatan kemampuan digital guru menjadi kebutuhan yang mendesak untuk mengurangi
kesenjangan tersebut (Yulianti & Nugraha, 2021).
Kurangnya Literasi Teknologi pada Pendidik
Selain kesenjangan digital, tantangan lain yang dihadapi adalah rendahnya kemampuan
literasi teknologi di kalangan pengajar. Literasi teknologi tidak hanya merujuk pada
kemampuan menggunakan perangkat digital, tetapi juga termasuk pemahaman kritis
tentang penggunaan teknologi untuk keperluan pembelajaran. Menurut UNESCO (2018),
literasi teknologi merupakan salah satu kompetensi abad 21 yang harus dimiliki guru untuk
dapat mengintegrasikan teknologi ke dalam kurikulum dengan efektif. Minimnya literasi
teknologi mengakibatkan banyak guru tetap menggunakan metode tradisional, sehingga
proses pembelajaran menjadi kurang menarik bagi siswa. Dalam pembelajaran PPKn,
kondisi ini dapat menghalangi pencapaian tujuan untuk membentuk warga negara yang
kritis dan adaptif. Namun, dengan literasi teknologi yang memadai, pendidik dapat
menciptakan model pembelajaran proyek, diskusi online, simulasi demokrasi digital, dan
pemanfaatan media sosial secara edukatif (Sihotang, 2024). masalah. Disarankan untuk
tidak menggunakan singkatan atau akronim dalam judul naskah, kecuali tidak dapat
dihindari.
Kolaborasi Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat untuk Pembentukan Karakter
Pengembangan karakter tidak boleh sepenuhnya ditanggung oleh sekolah. Kerjasama antara
sekolah, keluarga, dan masyarakat sangat penting untuk membuat pendidikan karakter lebih
menyeluruh. Menurut Lickona (2012), pendidikan karakter yang berhasil perlu melibatkan
kolaborasi antara rumah, sekolah, dan masyarakat, karena ketiga lingkungan itu
berpengaruh signifikan terhadap perkembangan moral anak. Dalam konteks PPKn, kerja
sama ini dapat diimplementasikan melalui program ekstrakurikuler yang berorientasi sosial,
kegiatan pengabdian kepada masyarakat, serta kolaborasi dengan orang tua dalam
mendampingi anak dengan teknologi digital. Sekolah berfungsi sebagai pusat pengajaran
nilai-nilai kebangsaan, keluarga sebagai dasar utama penanaman moral, dan masyarakat
memberikan wadah nyata untuk pelaksanaan kewarganegaraan. Oleh karena itu, kolaborasi
antara ketiga elemen ini akan memperkuat pengembangan karakter siswa sebagai warga
negara yang pintar, perhatian, dan berintegritas (Kemdikbud, 2020).
Menurut Prensky (2001), perbedaan antara digital natives dan digital immigrants dapat
menciptakan kesenjangan generasi yang memengaruhi efektivitas komunikasi dan proses
pembelajaran di kelas. UNESCO (2018) menegaskan bahwa literasi teknologi merupakan
salah satu kompetensi abad ke-21 yang wajib dimiliki guru agar mampu mengintegrasikan
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 2, Juli 2025, page: 124-128
E-ISSN: 3048-3093
127
Adelia Rachmawati Fajriyah et.al (Transformasi Peran Pendidik PPKn di....)
teknologi ke dalam kurikulum secara efektif. Lickona (2012) menjelaskan bahwa pendidikan
karakter yang berhasil membutuhkan kerja sama antara rumah, sekolah, dan masyarakat
sebagai tiga lingkungan utama pembentuk moral anak. Berdasarkan Zed (2014), studi pustaka
merupakan metode pengumpulan data yang bersumber dari literatur seperti buku, artikel
ilmiah, dan dokumen resmi yang relevan dengan topik penelitian. Sugiyono (2017)
menyatakan bahwa metode kualitatif deskriptif bertujuan menggambarkan fenomena dengan
mengacu pada data dan teori yang ada untuk memperoleh pemahaman menyeluruh. Yulianti
dan Nugraha (2021) menemukan bahwa peningkatan kemampuan digital guru merupakan
kebutuhan mendesak dalam menghadapi tantangan pembelajaran di era Society 5.0. Marpaung
(2023) menyoroti bahwa guru abad 21 harus memiliki kompetensi adaptif dan kreatif untuk
menanggapi perkembangan teknologi pendidikan. Wibowo (2025) menekankan pentingnya
inovasi pembelajaran berbasis digital dalam transformasi pendidikan kewarganegaraan di era
Society 5.0. Freire (2018) menekankan bahwa pendidikan harus membebaskan manusia dari
penindasan dan menumbuhkan kesadaran kritis dalam proses belajar. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (2020) menyebutkan bahwa kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan
masyarakat merupakan strategi penting dalam pembentukan karakter peserta didik di era
digital.
4. Kesimpulan
Era Society 5.0 menciptakan transformasi signifikan dalam sektor pendidikan, termasuk
dalam pembelajaran PPKn. Guru tidak hanya berfungsi sebagai penyampai pengetahuan, tetapi
perlu bertransformasi menjadi fasilitator, motivator, dan agen perubahan sosial. Peran baru ini
sangat penting agar pembelajaran PPKn tidak hanya menciptakan generasi yang cerdas secara
akademis, tetapi juga berkarakter, berbudi pekerti, dan mampu beradaptasi dengan kemajuan
teknologi. Beberapa tantangan utama yang dihadapi meliputi kesenjangan digital antara
pendidik dan belajar, rendahnya kemampuan teknologi di kalangan guru, serta risiko
penurunan nilai kemanusiaan akibat penguasaan teknologi. Untuk menjawab tantangan itu,
diperlukan perubahan melalui tiga strategi utama: (1) pengintegrasian literasi digital ke dalam
kurikulum PPKn, (2) penerapan metode interaktif seperti diskusi, studi kasus, simulasi sidang,
dan debat, dan (3) kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam pengembangan
karakter.
Di samping itu, inovasi dalam pembelajaran melalui penggunaan platform digital,
pembelajaran berbasis proyek, serta gamifikasi menjadi esensial untuk membuat pembelajaran
lebih menarik, relevan, dan fokus pada keterampilan abad ke-21. Sementara itu, penguatan
nilai-nilai kebangsaan, demokrasi, dan etika sosial yang berlandaskan pada humanisme harus
tetap menjadi dasar utama. Menggabungkan penguasaan teknologi digital dengan penanaman
nilai-nilai Pancasila, guru PPKn dapat menciptakan pendidikan yang adaptif, humanis, dan
transformatif. Transformasi ini akan menciptakan generasi yang tidak hanya paham tentang
digital, tetapi juga memiliki kesadaran nasional, sikap analitis, serta tanggung jawab sosial
sebagai anggota masyarakat di era Society 5.0.
5. Ucapan Terima Kasih
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pamulang, yang
sudah memberikan bantuan akademik dan fasilitas dalam menyelesaikan artikel ini. Terima
kasih juga disampaikan kepada para dosen pembimbing serta rekan sejawat yang telah
memberikan saran dan masukan yang sangat berharga selama proses penelitian dan penulisan
berlangsung.
TUMOUTOU SOCIAL SCIENCE JOURNAL (TSSJ)
Vol. 2, No. 2, Juli 2025, page: 124-128
E-ISSN: 3048-3093
128
Adelia Rachmawati Fajriyah et.al (Transformasi Peran Pendidik PPKn di....)
6. Daftar Pustaka
Burhamzah. (2022). Peran guru dalam menghadapi era Society 5.0. Jurnal Pendidikan, 7(2),
115123.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi. (2020). Strategi pendidikan
nasional menghadapi era Society 5.0. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Fazira, A. (2024). Menerapkan filosofi Ki Hajar Dewantara dalam transformasi pendidikan
kewarganegaraan. Jurnal Didaktika Pendidikan, 14(1), 5567.
Freire, P. (2018). Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES.
Johnson, D. W., & Johnson, R. T. (2009). An educational psychology success story: Social
interdependence theory and cooperative learning. Educational Researcher, 38(5), 365
379.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Strategi pendidikan nasional menghadapi
era Society 5.0. Jakarta: Kemdikbud.
Lickona, T. (2012). Educating for character: How our schools can teach respect and
responsibility. New York: Bantam Books.
Marpaung, D. (2023). Guru abad 21: Kompetensi dan tantangan di era digital. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 28(3), 201210.
Prensky, M. (2001). Digital natives, digital immigrants. On the Horizon, 9(5), 1 6.
Rogers, C. (1995). Freedom to learn. Columbus, OH: Merrill.
Sihotang, A. P. (2024). Peran guru PPKn profesional dalam literasi digital. Jurnal Hardik, 5(1),
2231.
Soekanto, S. (2014). Sosiologi: Suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sihotang, A. P. (2024). Peran guru PPKn profesional dalam literasi digital. Jurnal Hardik, 5(1),
2231.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
UNESCO. (2018). ICT competency framework for teachers. Paris: UNESCO.
Wibowo, R. D. A. (2025). Transformasi pendidikan kewarganegaraan di era Society 5.0. Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan, 13(2), 98110.
Yulianti, D., & Nugraha, A. (2021). Transformasi peran guru PPKn dalam era digital. Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan, 11(2), 120132.