Izin Poligami di Pengadilan Agama (Suatu Tinjuan Filosofis)
DOI:
https://doi.org/10.61476/gkvxd311Keywords:
court permission, philosophical, formal law, material lawAbstract
The regulations governing polygamy permits are made to maintain public order while providing legal protection for the rights and responsibilities of each individual in legal relationships. In addition, this regulation also aims to protect human rights as a whole. Therefore, the formal requirements in polygamy are designed so that the legal purposes of a marriage can be properly met. Philosophically, granting polygamy licenses not only helps achieve the goals of marriage, but also serves as a means of education for the public to better understand and obey the applicable law. Often, legal issues related to the creation of a child's birth certificate are the main reason for applying for a polygamy license. Although the application was not fully in accordance with the provisions of Article 4 paragraph 2 of the Marriage Law No. 1 of 1974, the panel of judges in some cases still granted permission, considering that the benefits obtained were greater than if they had to comply with strict marriage rules, especially in terms of the legalization of serial marriages and child welfare. This case also shows that religious court judges not only adhere to positive laws in Indonesia, but also consider the laws that live in society, including sharia and fiqh principles.
References
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademik Pressindo, 1992. Ali, Mohammad Daud, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukun dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: Sinar Gafika, 2006. Al-Maraghy, Tafsir Al-Maraghy, Mesir: Musthafa Al-Babi Al-Halabi, 1382/1963.
Ashshofa, Burhan, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Rhineka Cipta, 1998. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, Bandung : PT. Syammil CiptaMedia, 2006.
Doi, Abdur Rahman I,. Karakteristik Hukum Islam dan Perkawinan ( syari’ah). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
Effendi, Satria, Ushul Fiqih, Jakarta: Kencana, 2009.
Ghazaly, Abd. Rahman, Fiqh Munakahat, Cet. II, Jakarta: Kencana, 2006.
Gusmian, Islah, Mengapa Nabi Muhammad SAW. Berpoligami ?, Yogyakarta: Pustaka Marwa.
Irawan, Candra Sabtia, Perkawinan dalam Islam: Monogami atau Poligami?, Yogyakarta : An Naba’ , 2007
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi. 3, Cet. III, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Koto, Alaiddin, Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Mahali, A. Mujab, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur’an, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002.
Mahkamah Agung RI, Buku II : Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama, Jakarta: Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama, 2013,
Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata di Indonesia, Jakarta: Kencana 2006.
, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Cet.4, Jakarta: Kencana, 2006.
Nasution, Khoirudin, Riba & Poligami: Sebuah Studi atas Pemikiran Muhammad Abduh, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Rahmat, Hakim, Hukum Perkawinan Islam, Bandung: Pustaka Setia, tth.
BUKU-BUKU
Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahnya, Bandung : Diponegoro, 2007.
Achmad Setiyaji, Aa Gym : Mengapa Berpoligami – Testimoni Seorang Jurnalis, Qultum Media, Jakarta, 2006.
Ariij binti Abdur Rahman as-Sanan, Adil Terhadap Para Isteri Etika Berpoligami, Darus Sunnah Press, Jakarta, 2006.
Depag RI , Bahan Penyuluhan Hukum, Jakarta : Ditbinbaga Islam, 1996/1997.
Eka Kurnia, Poligami Siapa Takut (perdebatan seputar poligami), Jakarta : QultumMedia, Jakarta, 2006.
Hasan Shadaly, Eksiklopedi Indonesia, Jakarta : Sinar Baru Van Hove, 1984.
Harimukti Kridaklaksanaan, dkk, Kamus Bahasa Indonesia, edisi II, Jakarta : Balai Pustaka, 1995.
Miftah Faridl “Poligami”, Bandung : Pustaka, 2007.-, Poligami – Catatan Pengalaman dan Interpretasi Ajaran, Pustaka, Bandung,2007.
Prof. KH Ibrahim Hosen, Fiqh Perbandingan dalam Masalah Nikah, Thalaq, Rujuk, dan Hukum Kewarisan, Jilid I, cetakan pertama, Yayasan Ihya , Ulumuddin Indonesia, Jakarta, 1971.
Qasim Amin, Tahrir al-Mar’ah, Tunisia : Dar al-Ma‟arif, 1990.
Siti Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta : Balai Pustaka, 1999.
Sudirman Tebba, Sosiologi Hukum Islam, Yogyakarta : UII Press, 2003.
Syaikh Mahmoed Syaltut, Islam sebagai Aqidah dan Syari’ah, Jakarta : Bulan Bintang, 1968.
Syofyan Saha, Poligami dalam Kaitan Aspek-Aspek Sosial, Canang IV, juni 1978.
William Morris, The Heritoge Illustrased Dictionary of the English Language, vol II, Boston: Hougth Mifflin Company, 1979.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 juncto.
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama. Undang-Undang nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah no 45 tahun1990 tentang.Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah. Kompilasi Hukum Islam, Jakarta : Akademi Pressindo, 1992.
Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, Surabaya : Pustaka Tinta Emas, 1990.
Undang-undang Peradilan Agama Nomor 7 Tahun 1989.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006 dan perubaha
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Endang Rias Wati, Siti Hidayah, Yoga Purnama Aji (Author)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.